Chapter 18

2.8K 271 21
                                    

jangan tantrum gess, author update cepett🤙🤏

selamat membaca☺️

selamat membaca☺️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- CRUSH -





Di kantin, menghabiskan sisa waktu di istirahat pertama bersama Anna dan juga tentunya Vanesa. Kami duduk saling berjejeran dengan gue di tengah-tengah, sementara kursi kosong yang tersisa di depan kami baru saja diisi oleh Dimas dan juga Ebra.

"Sore ini gue tanding futsal, jangan lupa lo bertiga datang buat dukung gue. " Ebra melempari kami bertiga dengan kulit kuacinya.

Vanesa berdecak. "Ebra, tolol! Jorok banget, ish!!" kesalnya yang hanya membuat Ebra terkekeh.

"Eh, Ra. Lo nonton ya nanti, dukung gue." Ebra beralih ke gue.

"Iya lah, ege! Lawan lo kan kelas gue," sahut Anna sambil melempar balik kulit kuaci kepada Ebra. "Tapi nanti gue sama Hera pasti dukung kelas kami lah."

"Mana boleh gitu! Kan pacar lo ada di kelas gue?"

"Ya, terus?" Anna mendelik. "Sorry, ya, ini tentang solidaritas," lanjutnya sombong.

"Awas aja kalau kalah, lo ngambeknya ke Dimas, ya!"

"Nggak bakal kalah, lah," jamin Anna. "Kan ada Kenzo," lanjutnya yang seketika membuat kami semua terdiam.

Soal Kenzo... kayaknya udah satu minggu ini dia nggak gabung sama kami, dia benar-benar menjauh. Lebih tepatnya, dia menjauh karena dijauhin sama temen-temennya ini.

"Haus, njir. Sana, Bra, pesenin gue minum," suruh Vanesa, yang gue yakini suruhan ini hanyalah untuk membuat kami berpaling dari mengingat soal Kenzo.

"Kenapa harus gue, nyet?" tanya Ebra.

"Muka lo cocok jadi pelayan kantin," sahut Dimas, yang tentu saja berhasil membuat kami tertawa.

Namun disaat asyik mentertawai ledekan Dimas kepada Ebra, Anna tiba-tiba memberi kode tentang sesuatu.

"Eh, woi! Sttt..." kata Anna sambil menunjuk ke pintu kantin dengan dagunya. "Kefano..."

Bukan cuma gue, tapi semua dari kami juga menoleh ke arah yang dimaksud oleh Anna. Kefano dengan langkah tegapnya berjalan melewati beberapa meja dengan cuek, ia nampak tidak peduli meskipun orang-orang di sekitarnya menatap kagum.

"Fan!" teriak Dimas, cowok itu juga mengangkat tangannya untuk memudahkan Kefano menemukan dirinya. "Sini, masih ada kursi kosong," lanjut Dimas.

Kefano, ia belum menjawab setelah beberapa saat Dimas mengatakan itu. Cowok itu hanya melihat-lihat ke arah kami sebentar, sebelum akhirnya tatapannya jatuh ke gue yang juga belum berpaling melihatnya.

"Gue mau langsung ke kelas," jawabnya datar.

Bukannya senang, kenapa gue malah kecewa dengan jawaban itu?

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Where stories live. Discover now