Chapter 4

2.9K 236 12
                                    

- CRUSH -

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


- CRUSH -



Kalau ada yang penasaran gue anak ke berapa dalam keluarga, jawabannya gue anak kedua dari tiga bersaudara.

Gue punya kakak perempuan yang tiga tahun lebih tua dari gue, namanya Viona. Udah kuliah di jurusan keperawatan. Terakhir ya adik gue si Dava, sekarang baru kelas 2 SD.

Dava ini tipe yang manja, maklum anak bungsu dan satu-satunya anak cowok dalam keluarga. Kalau Viona nggak manja, tapi dimanjain, beda dari gue yang dituntut untuk jadi serba bisa sama bokap nyokap.

Btw, ini gue lagi di teras. Lagi nunggu jemputan dari Vanesa untuk berangkat bareng ke acara ulang tahunnya Anna.

Gue pakai dress selutut warna putih yang dipadukan dengan kardigan berwana biru langit, sesuai sama dresscode yang Anna atur.

Cantik.

Walaupun gue yakin seribu persen penampilan gue ini nggak bakal dilirik sama orang-orang, karena emang gue nggak secantik itu.

Vanesa Maira :
Dah di depannnnn

Gue buru-buru berjalan keluar gerbang rumah gue untuk menemui Vanesa di sana. Sialnya, gue nggak nyangka kalau Vanesa datang nggak sendirian.

Dia sama Ebra.

Apa-apaan? Kok tiba-tiba bisa sama Ebra?

"Masuk, Ra. Diem-diem bae," kata Vanesa menegur gue yang terdiam melihat sosok Ebra yang duduk di kursi kemudi.

Mungkin karena gue masih terdiam, Ebra jadi hela nafas dan buka suara.

"Gue cuma numpang, Ra. Nggak boleh banget?" katanya.

Vanesa terkekeh kecil. "Mobilnya Ebra masuk bengkel. Tadi berhentiin gue di jalan, gue angkut aja sekalian," jelasnya.

Gue mengangguk ria. Kemudian tanpa pikir panjang lagi langsung masuk ke mobil dan duduk di belakang Vanesa.

Dari kaca spion tengah gue bisa lihat Ebra yang merhatiin gue. Lalu nggak lama kemudian, dia malah senyum kecil sambil nginjak pedal gasnya.

"Buta kali mata Kefano udah nolak cewek kayak lo, Ra."

Tunggu...

Apa?

Gue bisa dengar lagi kekehan dari Vanesa. "Bilangin tuh sama temen lo, kalau temen gue nggak rugi nggak bisa dapatin dia. Malah dia yang rugi, soalnya temen gue cantik banget."

Gue mengedipkan mata berkali-kali. Ini... lagi ngomongin gue?

"Tapi Kasya juga cantik, sih," lanjut Vanesa yang buat gue mendecih dalam hati.

"Kalau soal cantik sih, lo nggak kalah, Ra. Tapi kalau soal sifat, mungkin Kefano lebih nyaman sama Kasya," kata Ebra berpendapat.

"Apaan, sih. Kok jadi ngomongin gue?" jawab gue mencoba untuk sesantai mungkin. "Ya, biarin lah Kefano sama Kasya, lebih cocok juga gue rasa."

CRUSH | SO JUNGHWAN ✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin