PART 39

62.6K 3.5K 225
                                    

"Ma, setelah aku pergi, semua baik-baik aja?"

Kini mereka sedang duduk bersantai di ruang keluarga. Beberapa menit lalu Meera turun dari lantai atas. Dia sempat berbincang sejenak mengenai kondisi Vanya dengan Clara di samping anak tangga.

Melihat hal itu membuat kening Adara berkerut. Pikirannya terus berputar tak bisa tenang. Ada beberapa pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Clara namun gengsi.

Baru setelah beberapa saat kemudian Adara bertanya. Kening Clara berkerut. Dia tahu, Adara tengah memikirkan sesuatu mengenai sahabatnya.

"Dari tadi Vanya gak turun dan Mama seakan-akan larang aku buat naik ke kamar Vanya. Ada sesuatu yang Mama sembunyikan?" Lanjut Adara sebab Clara hanya diam ditempat sambil bermain hp.

"Kamu mau temuin Vanya? Silahkan, Mama gak larang kamu buat ke kamarnya."

Raut wajah Adara semakin bingung. Ia tak tahu ada masalah apa di rumah ini. Karena rasa ingin tahu Adara semakin tinggi, ia bergegas naik menuju kamar Vanya.

Sampai di depan pintu berwarna putih susu dihadapannya itu, kantong celana jeans Adara berdering. Adara mengecek siapa orang yang sedang menelponnya. Dia takut kalau dapat telfon penting dari Bundanya.

Sayang❤️

Oh ternyata bukan telfon dari Bunda. Mau sengaja gak diangkat, Adara khawatir pacarnya marah. Maka terpaksa ia menjauh dulu dari kamar Vanya guna mengangkat telfon tersebut.

"Sayang kamu dimana? Kok belum sampai hotel?" Baru menempelkan hp ke telinga, suara berat yang sangat candu itu masuk membuat hati Adara yang tadinya gelisah menjadi agak tenang.

"Kamu gak lupa kan tujuan aku ke Jakarta selain ketemu sama keluarga kamu apa?"

"Iya, inget. Kamu udah ketemu sama temen kecilmu?"

"Baru mau ketemu sama dia tapi kamu malah telfon."

Terdengar suara kekehan dari seberang sana. Reflek, Adara mengulas senyum kecil.

"Maaf ya udah ganggu waktunya cewek cantik satu ini."

"Apa sih Junaaa. Orang aku gak cantik," Percayalah pipi Adara terlihat sangat merah. Dia itu gampang sekali salah tingkah.

"Dih, orang buta aja tahu kamu cantik."

Ini yang Adara suka dari pacarnya. Dia tidak menuntut ceweknya menjadi yang paling sempurna. Bahkan kesederhanaan Adara saja Juna terima.

Masih ingat kan LDR-annya Juna tinggal di Bali? Dia bernama Adara. Tanpa mereka ketahui, Adara adalah teman dekat Vanya sejak kecil.

"Sayang nanti lagi ya, aku harus temuin sahabat aku dulu. Dia udah nunggu."

"Iya cintaku, di Jakarta harus happy ya!! Kalau minta jemput telfon aja. I love you so much, Dara."

"Siap pacarnya, Dara! I love you, Sayang."

Sambil sumringah, Adara kembali memasukkan hpnya ke dalam kantong celananya. Ia menghirup nafas dalam lalu mengetuk pintu kamar Vanya.

Ketukan pertama.

Tidak ada sahutan atau tanda-tanda pintu akan dibuka.

Ketukan kedua.

Masih sama.

Ketukan ketiga.

Adara sudah tidak mempunyai kesabaran lagi. Ia putuskan untuk langsung membuka pintunya.

Tepat saat pintu terbuka, Vanya yang sedang bersandar di kepala ranjang menoleh. Wajah pucat wanita itu membuat Adara kaget setengah mati.

"Vanya?" Panggilnya lalu terdiam.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang