PART 28

81K 4.9K 208
                                    

"Ibu, Vanya pulang!" Teriak Vanya dari luar rumah.

Ayumi yang sejak 10 menit lalu sampai di rumah pun keluar, dia membantu Vanya beberes lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam.

"Gimana tadi ketemuannya?" Tanya Ayumi duduk di ruang tengah sambil memotong wortel serta kubis. Ngomongin Elen, dia sedang asik bermain sendiri disebelah Ayumi.

"Biasa aja. Aku izinin dia ketemu Elen tapi harus ada akunya."

Mendengar hal itu membuat Ayumi tersenyum. Untung Vanya gak egois. Dia sempat takut kalau Vanya melarang Gavin bertemu Elen. Walaupun itu haknya.

"Dia... Baik-baik aja kan?" Tanya Ayumi, kening Vanya berkerut. "M-maksudnya gak nyakitin kamu?"

"Enggak. Oh ya, kata dokter tadi Elen gimana?" Vanya sengaja mengubah topik.

Paham akan ketidaksukaan Vanya dengan pertanyaannya membuat Ayumi berdehem agar suasananya ikutan berubah.

"Dokter Cecel gak bisa datang. Tadi yang datang dokter pengganti. Katanya sih ada kemajuan, cuma harus lebih rajin lagi terapinya." Jeda Ayumi sebentar. Ia ambil nafas sebanyak-banyaknya terlebih dulu sebelum lanjut.

"Elen kalau membahasakan diri sama orang-orang terdekatnya udah mulai lancar," apalagi  membahasakan Papanya. Lanjut Ayumi dalam hati. Dia tahu Vanya masih menyimpan luka itu.

Vanya mengangguk, ia lega kalau ternyata Elen bisa sembuh seperti anak-anak pada umumnya. Gimanapun Vanya takut kegagapan Elen bakal membuat anak itu di ledek terus-terusan. Belum masa depan Elen masih panjang.

"M-ma, E-len ma-mau ke-ke-temu Papa." Ucap Elen tiba-tiba.

Vanya menatap intens ke arah anak itu. Dia cukup salah fokus mendengar kata Papa yang begitu jelas dari mulutnya.

"Elen barusan bilang apa?" Tanya Vanya memastikan.

"A-pa?" Dia masih kecil. Belum mengerti apa yang Vanya maksud secara langsung.

"Enggak. Sini peluk Mama," Vanya merentangkan tangan siap menerima Elen dengan senang hati. Di peluklah Elen seakan tak mau lepas.

"Pinter banget sih sekarang?" Ucap Vanya masih dengan Elen di pelukannya.

"Mau ma-in s-sama Papa," Rengek Elen. Mata Vanya bergerak naik menatap Ayumi yang ternyata juga sedang menatap mereka berpelukan.

Dari tatapan Ayumi mengatakan, apapun yang Elen mau, Iyakan saja. Lagian Elen gak masuk ke dalam permasalahan mereka kan? Ya, semasuk-masuknya Elen, dia gak ada tanggung jawab buat menyelesaikan permasalahan kedua orang tuanya.

Vanya menghembuskan nafas berat, "Elen seneng ya main sama Papa?" Gak mungkin Vanya membahasakan Gavin pakai kata laki-laki itu dihadapan Elen.

Tidak menjawab, Elen hanya mengangguk. Dia sedih hari ini belum ketemu sama Papanya.

"Besok aja ya? Ini udah mau malem." Lega dengan jawaban Vanya, Ayumi kembali memotong sayuran.

"K-kena-pa, Papa nggak t-tidur di-si-sini aja Ma?" Tanya Elen polos.

"Karena Papa masih harus kerja. Makannya nggak tidur disini sama Elen," Sahut Ayumi menjawab.

Tok... Tok... Tok...

"Ibu ada tamu?" Tanya Vanya sebelum berdiri membuka pintu.

Ayumi menggeleng, tamu? Di sore menjelang malam ini?

"Ya udah, aku bukain dulu," Vanya menaruh Elen kembali diatas tikar. Dia berdiri dan bergegas membuka pintu rumah.

"Iya, cari siap-- kamu ngapain kesini?" Kening wanita itu berkerut melihat Gavin berada didepan pintu rumah.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang