PART 1

147K 6K 25
                                    

Lavanya Onella Zayden. Gadis berparas ayu yang menjadi murid pintar dan suka mengikuti olimpiade Geografi sekaligus teman dekat Rachel di sekolah. Itu dulu.

Sekarang, Vanya hanya gadis biasa yang tinggal di sebuah lingkungan kumuh. Sudah 1 bulan ia tak masuk sekolah, otomatis dia sudah di DO sebab tak berangkat lebih dari 2 minggu.

Entah bagaimana kabar sekolahnya saat ini. Apalagi kabar Rachel. Biasanya, setiap pagi di kelas Rachel atau Acel itu selalu mengucapkan sapaan pagi untuk Vanya. Namun sekarang mungkin sapaan itu telah berubah menjadi rasa rindu.

Terlebih Acel tidak tahu asal usul Vanya. Semakin sulit pula untuk dia mencari jejak sahabatnya.

Sedangkan Gavin, sampai sekarang laki-laki itu tak merasa bersalah sama sekali. Ia masih sekolah dengan tenang dan bermain menghabiskan masa muda bersama teman-temannya.

Tidak di tahu karma apa yang akan laki-laki itu terima. Tapi kalian perlu mengetahui satu hal, sebrengsek-brengseknya Gavin, Vanya tidak pernah marah kepada laki-laki itu. Mungkin hanya kecewa.

Di sebuah desa yang rumahnya masih menggunakan anyaman bambu, terlihat Vanya tengah menimba air di sumur samping rumah.

"Nak! Nanti abis nimba air gak usah bantuin ibu masak. Istirahat aja sama nenek di dalem." Teriak seorang wanita paruh baya dari dapur yang berada tak jauh dari sumur itu.

Melihat ember sudah penuh, Vanya mengangkat benda itu mendekati Ayumi, si wanita paruh baya. Melihat hal tersebut membuat Ayumi menggeleng-gelengkan kepala pasrah.

"Sudah ibu bilang, gak usah angkat-angkat yang berat. Kasihan dedek bayinya," Tegur Ayumi tidak tahu yang ke berapa kalinya.

"Ibu, Vanya cuma pengen bantuin dikit. Kasian ibu juga kalau harus angkat-angkat barang berat dari pojok sana ke sini," Tunjuk Vanya.

"Ibu sudah biasa. Kamu tahu sendiri."

"Tapi ibu udah mulai lanjut usia. Gak apa bu, hitung-hitung biar Vanya gak bosen di rumah."

"Kamu baik sekali, Vanya. Ibu salut, orang tua kamu berhasil mendidik anak sebaik kamu."

Vanya tersenyum mendengarnya. Memang, orang tuanya adalah terbaik. "Tapi Vanya gak bisa jadi yang terbaik buat mereka. Vanya udah kecewain mereka."

"Ssttt, udah 1 bulan yang lalu. Jangan suka memikirkan masa lalu disaat hamil muda. Gak baik."

"Iya ibu..." Bahkan gadis yang dulu memakai barang bermerk kini hanya memakai daster lusuh milik Ayumi. Malah ada beberapa bagian daster yang sudah sobek kecil.

"Kamu masuk sana. Temenin nenek, kamu bisa bantu nenek kalau perlu sesuatu. Biar ibu yang masakin kalian makan malam," Ucap Ayumi sembari menyalakan tungku.

Vanya pun mendengarkan apa yang ibu angkatnya suruh. Ia masuk ke dalam menemui Lastri, ibu Ayumi sekaligus nenek angkat Vanya.

Lastri sudah sangat tua, walaupun begitu beliau masih sehat. Mungkin hanya di bagian kaki yang sudah tak bisa digerakkan dengan sedemikian rupa.

"Nek, nenek mau apa? Biar Vanya ambilin," Tanya Vanya duduk di samping Lastri.

Tidak ada kasur di rumah itu. Bahkan bilik kamar pun hanya ada satu. Itu Ayumi gunakan untuk kamar Vanya dan nenek. Tidak mungkin wanita hamil dan lanjut usia tidur di ruang tamu hanya dengan beralas tikar.

Walau dikamar tidak ada kasur sebagai alas, setidaknya ada selimut tebal yang bisa dijadikan alas tidur.

Begini konsep rumahnya. Seluruh tembok masih menggunakan anyaman bambu serta triplek. Lalu dari pintu masuk kalian akan langsung bertemu ruang tamu. Ada tv tabung dan tikar yang sedang diduduki Lastri dan Vanya.

HER LIFE (OTW TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang