Plak

Zalfa langsung memukul lengan Zafran, tapi waktu Zalfa akan memukulnya lagi. Zafran menahannya, bahkan Zafran memegang tangan Zalfa. Menciumnya berulang kali.

Zafran menatap Zalfa dengan tatapan sayu, seakan Zafran masih belum siap jika harus jujur semuanya.

"Sayang,"

"Hmm?"

"Banyak hal yang akan saya ceritakan sama kamu malam ini. Jika kamu marah, saya akan siap dengan resiko itu. Apa kamu sudah siap mendengar semua nya?"

Zalfa masih mencerna semua ucapan Zafran. "Rahasia apa yang di maksud mas Zafran?"

"Sebelum saya menceritakan rahasia saya, saya akan cerita ke kamu tentang rumah al-kafy. Tempat yang kita kunjungi tadi,"

Zalfa mendengarkan dengan serius, tanpa melepaskan tangannya dari genggaman tangan Zafran.

"Rumah itu adalah rumah yang di dirikan abi ketika Zoya berumur 5 tahun. Saat itu, keadaan Zoya sedang tidak baik. Jantungnya bermasalah, abi hampir menyerah. Namun ketika abi mau nyerah, abi melihat seorang ayah yang sedang memberikan support pada anaknya yang sakit kanker. Dengan posisi anak itu berada di atas blankar rumah sakit,"

"Hati abi tergerak, hingga abi membuat rumah al-kafy. Yang tinggal disana bukan hanya anak yang sedang berjuang dengan sakitnya. Melainkan anak-anak yang kehilangan kasih sayang orang tuanya,"

Air mata Zalfa jatuh begitu saja, saat mendengar kata terakhir dari Zafran. Ingatannya langsung tertuju kepada pak Nizam yang sedang memperlakukan Safana layaknya putri di sebuah kerajaan.

"Enak ya jadi Safana, di perlakukan layaknya putri oleh abba,"

Zafran menghapus air mata Zalfa lembut. "Kalau kamu nangis terus, kapan saya ceritanya?"

Refleks Zalfa menepis tangan Zafran yang sedang menghapus air matanya. "Sekarang aja? Mumpung masih jam 11," Ucap Zalfa, menyeka air matanya kasar.

Zafran mengangguk, menatap Zalfa dengan tatapan hangat. Berulang kali Zafran mengucapkan istighfar dalam hatinya.

"Saya kenal sama abba itu dari 2 tahun lalu, ketika abba memutuskan untuk menjadi donatur di pesantren tempat saya. Abba itu sangat baik kepada saya begitu pun kepada santri yang lain,"

"Saat abba kecelakaan, saya dan yang lain sangat khawatir. Apalagi saat itu, abba mengalami pendarahan hingga menuat kami semua khawatir. Qodarullah, Allah menggerakkan hatimu untuk mendonorkan darahnya untuk abba,"

"Saya sangat curiga dengan sikap kamu yang begitu khawatir kepada abba, hal itu yang membuat saya mencari tahu kebenarannya dengan melakukan tes DNA. Karena kata dokter, ada kecocokan di antara kamu dan abba-" Zafran menjeda ucapannya.

"Dan benar saja, kalian dinyatakan cocok. Sejak saat itu sampai saat ini, saya mencari tahu kebenarannya. Banyak keganjalan tentang abba yang tidak mengingat kamu dan amma termasuk bang Fathan,"

"Saya tidak akan menyerah mencari tahu kebenarannya, saya akan menuntaskan penyelidikan ini,"

Zalfa terharu mendengar ucapan Zafran yang di luar perkiraannya. "Ternyata mas Zafran se-effort itu, bahkan sebelum kami terikat ikatan halal,"

"Tugas suami itu adalah menjaga Istri. Betul?"

"Dan yang menjaga kamu adalah tugas saya,"

Zalfa mengangguk, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Tidak perlu khawatir, semua masalah itu bisa di selesaikan, tanpa terkecuali. Dan Allah itu, tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Jika melibatkan Allah, semua masalah terasa ringan tanpa beban." Ucap Zafran lembut, tidak ada kata yang di tekan.

Rembulan Yang SirnaWhere stories live. Discover now