26

613 61 11
                                    

Jay sedang memproses soal pengusikan para pelaku yang pernah melecehkan anaknya, dengan bantuan ayahnya tentu saja, agar proses bisa berjalan dengan cepat. Ayahnya memiliki kuasa untuk mencari bukti-bukti yang Jay perlukan.

Setelah mengurus itu, Jay menuju kembali ke rumah. Ia sudah ditelepon untuk pulang karena masih dalam masa hukumannya.

Di perjalanan ia melihat seseorang yang tidak asing, dia sedang bertengkar dengan ... mungkin temannya. Memang tidak terlihat sedang adu argumen, tapi dari matanya mereka berdua saling menatap sengit.

"Kenapa gue tiba-tiba lupa namanya, deh?"

Baru Jay ingat, satu dari mereka bernama Daniel. Siapa yang tidak kenal dengannya? Jay kenal Daniel karena dia adalah anak dari konglomerat yang hartanya tidak pernah habis.

Walaupun Jay belum pernah mengobrol, bahkan bertemu saja tidak, tapi wajah Daniel sudah tertampang di mana-mana. Di internet, televisi, bahkan majalah.

Kabarnya, Daniel awalnya disembunyikan oleh kedua orang tuanya karena alasan tertentu yang tidak diketahui publik. Tahu-tahu saat dikenalkan di publik, kedua orang tuanya memperkenalkan Daniel yang sudah berumur 19 tahun sebagai laki-laki sukses dengan kecerdasan di atas rata-rata.

Jay tiba di rumah.

Bunda menyambutnya dengan berkas-berkas yang terlihat memusingkan di mata Jay.

"Apa ini, bunda?"

"Baca ini, itu semua berkas perusahaan yang nanti akan kamu urus."

Jay menerimanya.

"Jay sarjana aja belum, bunda. Masa udah disuruh buat ngurus perusahaan?"

"Kan bunda bilang nanti, bunda juga mau istirahat di masa tua. Bunda gak muda lagi, capek tiap hari kerja sampai gak ada waktu buat Jay sama ayah. Jay anak satu-satunya, jangan kecewain bunda sama ayah lagi, ya?"

Jay mengangguk mendengar penuturan bunda.

"Jay kuliahnya di rumah aja. Bunda sudah urus semua, kamu tinggal lihat jadwal kelasnya nanti."

Kuliah dari rumah? baiklah, mungkin tidak terlalu buruk. Bagusnya, Jay bisa mengikuti kelas saat ia di mana saja, termasuk saat bersama Sunghoon dan Jongseong.

"Jay," panggil bunda.

"Iya, bunda?"

"Kamu tidak ada niat untuk menjadikan Sunghoon menantu bunda?" raut wajah bunda sedih.

Jay tersentak mendengar pertanyaan dari bunda.

"Itu .... Jay sebenarnya mau, bunda. Tapi, Sunghoon yang lebih berhak memilih. Jay sudah buat hidup Sunghoon sengsara, akibat perbuatan Jay di masa lalu, Jay tidak yakin Sunghoon akan menerima Jay kembali menjadi pasangan hidupnya, bunda."

Bunda mengerti. Bahkan bunda mengerti kenapa Jay bisa nekat berbuat sejauh itu di masa lalu, di saat Jay masih duduk di bangku SMA.

Sunghoon satu-satunya yang selalu menemani anaknya saat kedua orang tuanya sibuk bekerja. Sunghoon tulus berteman dengan Jay, bunda juga sempat mematai teman anaknya itu.

Sunghoon memang bukan orang berada, tapi bunda tidak pernah mempermasalahkan ekonomi orang yang ingin dekat dengan anaknya. Selama anaknya baik-baik saja dan merasa nyaman, bunda mengizinkan siapapun untuk berteman dengan Jay. Tahu-tahu bunda dapat informasi kalau Sunghoon anak dari pasien rumah sakit jiwa di kota sebelah.

Diselidik lagi asal-usul Sunghoon menggunakan kekuasaannya.

Bibit-bobot Sunghoon buruk. Sunghoon saja anak dari hubungan pria dengan laki-laki.

Perfume [jayhoon] ✅Where stories live. Discover now