17

775 77 39
                                    

Jungwon menyadari keadaan di rumahnya sangat sepi. Tidak ada pergerakan sama sekali kecuali dari dirinya. Ia berniat untuk masuk ke kamar Sunghoon, tapi ia terkejut karena kamarnya bersih. Tidak ada satu pun barang di sana yang tersisa.

Setelah dari kamarnya Sunghoon, Jungwon kembali dan melihat mamanya sedang berjalan ke arah kamarnya.

Jungwon menghampiri mamanya.

"Apa?"

Jungwon lupa mamanya tidak bisa menggunakan bahasa isyarat. Jungwon kembali ke kamarnya dengan cepat untuk mengambil alat tulis.

Jungwon sedikit terengah-engah di depan mamanya, ia mulai menulis apa yang ingin ia utarakan pada sang mama.

"Kak Sunghoon ke mana? Kenapa di kamarnya tidak ada dan kenapa kamar kak Sunghoon tidak ada barang sama sekali?"

Mama mengambil alat tulis Jungwon, mama menulis jawaban dari pertanyaan anaknya.

"Dia bukan kakakmu lagi, dia sudah kembali dengan keluarga kandungnya."

Mata Jungwon membulat akjbat terkejut membacanya.

"Di mana keluarga kandungnya?" tulis Jungwon.

"Rumah sakit jiwa."

Hati Jungwon seketika merasa sakit, mama dan papa membawa Sunghoon ke rumah sakit jiwa? Kenapa mereka melakukan itu pada anak kesayangannya? Apa yang dilakukan kakaknya sehingga membuat mama dan papa marah?

Bukankah kedua orang tuanya menyukai Sunghoon?

Kepala Jungwon sakit memikirkannya karena ia tidak tahu apa-apa. Mama dan papa pun tidak berniat memberitahu Jungwon mengapa Sunghoon diusir dari rumah.

Setelah banyak berpikir, ia akhirnya mulai menuliskan sesuatu lagi. Menghampiri mama yang tadinya akan ke kamar, berbelok ke arah dapur.

"Mama, apa aku boleh minta sesuatu?"

Dahi mama mengernyit.

"Aku ingin bersekolah."

"Apa menyekolahkanmu akan menguntungkan untuk mama dan papa?"

"Aku berjanji, asal mama memberi alamat rumah sakit jiwa di mana Sunghoon tinggal."

"Buktikan dulu, baru mama berikan."

Jungwon mengangguk setelah membacanya. Jungwon mengambil alat tulis dari tangan tangan mama, ia membungkuk lalu kembali ke kamar.

Papa mendukung saja saat anak satu-satunya ingin bersekolah. Toh harapannya pada Sunghoon sudah tidak ada lagi.

Sampai akhirnya Jungwon bersekolah, tidak mudah memang diterima di lingkungan sekitar.

Jungwon ikut kelas paketan, ia belum punya ijazah SD dan SMP. Umurnya terlalu tua karena seharusnya ia sudah kelas satu SMA.

Bertahun-tahun ia berjuang menggantikan ekspektasi kedua orang tuanya pada Sunghoon. Jungwon itu berkebalikan dari Sunghoon. Saat Jungwon banyak pikiran, fisiknya yang akan kena sedangkan mentalnya baik-baik saja.

Dengan Jungwon sering sakit fisik, kedua orang tuanya menjadi selalu memperhatikan segala aktivitasnya. Sebuah kehidupan yang tidak pernah Jungwon bayangkan telah datang di hidupnya.

Sebuah keluarga bahagia, di mana Jungwon selalu diperhatikan layaknya seorang anak. Jungwon pun menjadi anak yang berbakti, nilainya selalu memuaskan, tidak pernah turun.

Kedua orang tuanya bangga, seketika mereka menyesal telah merawat Sunghoon. Kenapa mereka tidak menyekolahkan anak kandungnya dari dulu?

Tanpa mereka sadari cara mereka merawat Sunghoon dan Jungwon berbeda.

Perfume [jayhoon] ✅Where stories live. Discover now