21

684 76 8
                                    

Empat hari berlalu, kondisi Jay sudah membaik. Jay sudah dibolehkan berjalan-jalan sendiri dengan menggunakan pelacak di handphone-nya.

Cuaca sore hari yang cerah dan juga panas, membuat Jay menatap ke arlojinya.

Masih pukul tiga sore.

Jay berjalan ke tempat yang ia sendiri tidak tahu di mana. Mendadak Jay jadi lupa sama apa aja yang ada di sini. Padahal, dulu gang-gang kecil aja Jay hafal ada di mana saja.

Lama berjalan, Jay merasa haus. Mampirlah ia ke minimarket yang tidak jauh dari sana buat beli sebotol air.

Jay kembali melanjutkan acara jalan-jalan sendirinya sambil memegang sebuah botol yang setengah penuh.

"Jangan ... am ... cukup!"

Di sebelah minimarket tadi, ada sebuah gang sempit yang sedikit lembab. Kaki Jay refleks berjalan ke sana.

"Gak ... kalian keterlaluan."

Jay mendengar suara lagi, suara anak remaja. Mungkin anak SMP yang sekolahnya gak jauh dari sini, Jay sempat melihat ada satu SMP di sekitar.

Jay mulai mengintip di balik tong besar, penasaran kenapa mereka bisa ada di tempat yang kayak begini. Ada lima orang, dengan empat pelaku dan satu korban.

"Mau pulang ...."

"Berhenti ngoceh."

Tangan dari remaja itu terus menelusup tubuh korban dengan sensual. Korban tidak bisa melawan karena ditahan oleh dua orang lainnya.

Korban menangis, dari kelas 5 sekolah dasar ia selalu dilecehkan oleh orang-orang yang berbeda. Korban tidak tahu mengapa mereka sangat menyukai tubuhnya sampai ia harus menderita sampai sekarang.

Sebuah botol terlempar ke arah pelaku yang sedang meremas bagian dada korban. Padahal berjenis kelamin yang sama, Jay tidak habis pikir. Apa mereka belok semua?

"Siapa yang ngelempar botol ke kepala gue?!"

Jay keluar dari persembunyiannya.

"Gue, kenapa?"

Ngeliat tubuh bongsor Jay mereka jadi takut. Jay walaupun sendirian, ia adalah orang dewasa. Dari suaranya saja sudah membuat anak-anak remaja tadi ketakutan.

"Seneng lo ngelecehin anak orang?"

Para pelaku dan juga korban diam.

Jay menyentil dahi pelaku satu-satu.

"Kalau gak mau gue laporin ke pihak sekolah, kalian jangan ngulangin kejahatan kalian lagi, paham?"

Para pelaku mengangguk cepat.

"Kalian berempat pulang, kecuali lo," tunjuk Jay pada korban.

Para pelaku segera berlari ke luar dari gang sempit. Korban malah menangis, ia takut.

Jay menyamakan posisinya dengan korban.

"Kamu udah sering digituin sama mereka?"

Korban mengangguk.

"Jangan kasih tahu siapa-siapa ya, paman," korban mendongak menatap langsung mata elang Jay.

Mata mereka bertemu, dilihat-lihat mata mereka mirip.

"Nama kamu siapa?"

"Nama aku Jongseong, paman."

Jongseong tentu bukan nama yang asing bagi Jay. Jay punya dua nama, Jay dan Jongseong. Nama Jongseong itu dipakai khusus untuk di negara asalnya.

Kalau di sini, Jay tidak ingat pernah menggunakannya atau tidak.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit.

"Paman!"

Jongseong tidak jadi takut pada satu orang dewasa itu. Malah sekarang ia merasa khawatir karena orang yang menolongnya kesakitan.

"Paman tidak apa-apa?"

"Jongseong kenapa belum pulang sekolah?" bukannya menjawab pertanyaan Jongseong, ia malah bertanya balik.

"Belum dijemput."

"Mau diantar pulang? bahaya kalau kamu pulang sendirian, mereka bisa balik lagi."

"Memangnya paman tidak apa-apa?"

"Cuma sakit sedikit, ayo," Jay meraih pergelangan tangan Jongseong untuk keluar dari gang.

Jongseong bilang rumahnya agak jauh. Kalau jalan bakal pulang malam, jadi mereka hanya berjalan sampai halte bis.

Selama menunggu, Jongseong memulai percakapan.

"Paman bukan orang sini, ya?"

Jay menoleh.

"Emangnya kelihatan?"

"Kelihatan, apa paman baru di sini?"

"Sudah lama, cuma lupa sama apa saja yang sudah terjadi di sini."

Jongseong ngerasa muka paman ini sebelas dua belas sama dia. Cuman ya, paman ini lebih ganteng, lebih gagah berwibawa gitu deh.

"Paman kenal sama mami S-," ucapan Jongseong terhenti karena bis sudah datang.

Akhirnya mereka masuk dan duduk di bangku yang kosong.

Selama di perjalanan Jongseong penasaran sama paman yang satu ini, yang habis nolongin dia. Mau nanya, tapi paman ini megang kepalanya terus kayak lagi kesakitan. Jongseong kan gak mau nambah-nambahin beban pikiran akibat pertanyaan dari dia.

Setelah sampai di halte yang selanjutnya, Jongseong dan Jay berjalan sedikit ke arah barat. Sampailah mereka di sebuah rumah.

Jongseong berbalik menatap paman baik yang menolongnya.

"Terima kasih paman, sudah nganterin Seong sampai di depan rumah. Oh- sama yang tadi pas di gang, kalau gak ada paman mereka sudah berbuat yang lebih jauh dari itu. Makasih ya, paman!"

Mendengar suara Jongseong berbicara dengan seseorang dari luar membuat Sunghoon membuka pintunya.

Jongseong lagi ngomong sama siapa sampai suaranya kedengeran sampai dalam rumah? apalagi Jongseong gak langsung masuk ke rumah buat nyapa mami-nya.

Jongseong berbalik menatap mami-nya yang selalu terlihat cantik.

"Mamiii," Jongseong berlari ke arah Sunghoon, memeluk mami-nya.

"Kamu ngomong sama siapa?"

"Sama paman baik, paman itu bantuin Seong dari penjahat, mami. Terus anterin Seong pulang."

Jay masih berdiri di sana menatap sosok yang sangat tidak asing.

Apa mereka pernah bertemu?

Tubuhnya menolak untuk mengingat. Kepalanya terasa lebih sakit dari yang tadi. Sunghoon kaget pas ngeliat wajah paman yang dimaksud Jongseong.

"Jay?!"

Jay terduduk, memukul kepalanya berkali-kali. Darah mulai mengalir dari hidungnya.

Sunghoon segera berlari ke arah Jay, ia masih memiliki rasa kemanusiaan untuk menolong seseorang yang sedang kesakitan.

"Jay, kamu kenapa?"

"S-sakit."

Sunghoon membantu Jay untuk berdiri, Sunghoon membawanya masuk ke rumah lalu membaringkannya di sofa.

Sunghoon mengambil tisu untuk membersihkan darah yang keluar. Ia jadi bingung, kenapa pas natap mata Sunghoon, Jay langsung mukul kepalanya sampai mimisan?

"Mami."

Sunghoon menatap Jongseong.

"Seong mandi dulu, habis itu makan, oke?"

Jongseong mengangguk, ia berjalan ke arah kamarnya dengan perasaan bingung.

"Akhirnya lo dateng juga, Jay."














to be continue

malah jadi berasa kek bonchap
alurnya cepet banget

gak biasa bikin cerita lebih dari 20 chap, ki ngelanjutin ending juga karena kalian, hihi

Perfume [jayhoon] ✅Où les histoires vivent. Découvrez maintenant