7

57 4 0
                                    

Selamat membaca 🤗❣️








Syila tersenyum bangga dengan apa yang baru saja dirinya kerjakan. Ia menatap meja makan yang kini sudah terhidang sarapan, tumis sayur capcay dan ayam goreng menjadi menu pilihannya pagi ini.

Ya, pagi ini Syila tidak kesiangan sehingga dirinya bisa menyiapkan sarapan lebih awal tanpa harus takut terlambat menuju sekolah. Tentu dirinya melakukan ini karena tidak ingin kejadian kemarin kemarin kembali terulang, dimana Erka meminta untuk dimasakan sarapan padahal Syila sudah sangat terlambat. Dan untungnya saja semalem mereka sudah berbelanja kebutuhan dapur.

Syila melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. 6.15 tertera dijamnya, ia pun berjalan menuju kamar untuk memanggil Erka sekalian mengambil tas sekolah miliknya. Tangannya pun membuka pintu bercat putih dimana didalamnya Erka sedang memakai dasi, namun nampaknya dasi yang dikenakan oleh suaminya itu tidak rapih cenderung miring dilihat oleh Syila.

Langkahnya pun menghampiri sang suaminya yang kini sedang memakaikan jas ditubuhnya. Niatnya ingin membetulkan dasi yang miring dileher suaminya, sangat tidak baik bukan jika jas dan penampilan sudah rapih tetapi dirusak oleh dasi yang miring.

Erka terkejut saat dasinya ditarik tiba tiba oleh Syila membuat ia langsung menghadap sang istri, bahkan jarak keduanya sangat dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Hal itu membuat Erka terdiam kaku membisu tidak bisa bergerak karena ulah istri didepannya, ia sungguh sangat terkejut oleh perlakuan sang istri yang tiba tiba seperti ini.

"Nah selesai."kata Syila puas setelah membenarkan letak tatanan dasi milik suaminya. Ia pun mengangkat kepalanya dan kedua netra matanya langsung bertubrukan dengan netra hitam pekat milik Erka.

Sekejap mereka saling berpandangan satu sama lain dengan posisi yang sangat dekat walaupun kaki Syila harus menjijit akibat tinggi badan Erka yang jauh darinya. Hingga tidak lama Syila langsung membuang mukanya dan menjauh dari Erka. Kedua pipinya memanas dengan jantung yang berdetak kencang seperti sudah berlari mengelilingi satu komplek.

Begitupun dengan Erka, ia berdehem untuk meminimalisir suasana canggung yang baru saja terjadi. Ia mengambil ponsel diatas nakas kemudian berjalan keluar kamar tanpa berkata satu kata pun.

"Ya Allah barusan itu hamba ngapain?."gumam Syila mengingat kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya apa yang baru saja ia lakukan.

Syila berjalan ragu menuju meja makan, kejadian tadi membuatnya sedikit ragu untuk menghampiri Erka yang sekarang sedang memakan sarapannya, tanpa menunggu dirinya datang. Namun tidak terasa langkah kecilnya pun sampai dimeja makan membuat Erka menatapnya.

"Ini semua kamu yang masak?."tanya Erka setelah melihat Syila duduk.

"Lo pikir siapa yang masak? Wewe gombel?."tanya balik Syila. Rasa ragu dan canggung yang ia rasakan lenyap seketika ketika mendengar pertanyaan dari suaminya. Memangnya jika bukan dirinya yang masak siapa lagi? Mereka hanya tinggal berdua yang artinya jika bukan Erka yang masak ya sudah jelas Syila yang masak.

"Saya cuman nanya saja, biasanya kamu tidak sempat membuat sarapan karena kesiangan."sindri Erka yang lagi lagi membuat Syila mendengus.

Tak mau ambil pusing Syila pun mengambil makanannya. Ia tidak ingin membalas ucapan suaminya itu yang berpotensi membuat mood paginya rusak.

"Nanti malam saya akan pulang malam karena banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Kamu kunci saja pintu karena saya akan membawa kunci cadangan."ujar Erka.

"Gue juga nanti pulang sekolah bakalan ada ekskul, mungkin baliknya abis magrib. Terus mau mampir juga kerumah sakit buat jenguk Tante Ririn."kata Syila.

Love SuamikkkOù les histoires vivent. Découvrez maintenant