BAGIAN DUA PULUH TUJUH

Start from the beginning
                                    

***

Sekarang Celvin, Cleo, Devan dan Alya tengah menyantap sarapan pagi mereka dengan keheningan. Hanya suara sendok yang berbenturan dengan piring, yang dapat di dengar hingga Cleo ber-celetuk. "Kenapa leher kamu?" Tanya Cleo kala ia mendapati banyak bercak merah pada leher putih milik gadisnya.

Menutup lehernya sendiri. Alya baru sadar jika rambutnya tersingkap hingga lehernya terekspos. Ah sial! Ini semua karena ulah Devan. Dasar pemuda mesum! Beraninya dia membuat leher Alya memiliki tanda berwarna merah. Jika cuman satu mungkin Alya bisa menoleransinya, tapi ini ada banyak! Banyak hingga Alya tak bisa menghitungnya.

"Di makan sama Devan!" Ucap Alya tanpa menatap tiga orang yang kini menatapnya dengan tatapan berbeda.

Memberikan tatapan kematiannya pada Devan. Cleo paham apa maksud Alya, kenapa pemuda ini—ais! Sial. Ia tak bisa marah, mereka sudah membuat keputusan jika Alya adalah milik mereka bersama.

"Apa?" Devan menantang dengan wajah meremehkannya. Tahu jika saat ini dua sahabatnya ini sedang marah karena ulah dirinya yang berbuat sesuka hati.

"Ck!" Decak Cleo bangkit lebih dulu. Meninggalkan meja makan dengan kobaran api kecemburuan karena melihat bekas kepemilikan Devan di leher jenjang milik gadisnya.

"Dih! Kok ngamuk?" Decak sebal Devan memilih menghabiskan dengan cepat makanannya. Sebelum ikut melangkah untuk mengejar Cleo yang pundung. Menyisahkan Alya dan Celvin saja yang masih dalam keheningan.

"Nanti Varren pulang, kamu jangan nakal. Dan satu lagi, ganti baju kamu. Pake yang nutup leher, biar gak di tambahin sama Varren" pesan Calvin sebelum ikut bangkit. Namun, sebelum benar-benar pergi, Celvin menyempatkan diri mencium kening gadisnya, setelahnya ia mulai pergi untuk mengejar dua sahabatnya itu.

"Ha?" Beoh Alya masih syok menerima kecupan kelewat lembut dan manis dari Celvin. Pemuda yang memiliki peringai paling buruk dari tiga pemuda lainnya.

"Apa Celvin sakit ya?" Monolog Alya merasa tak yakin jika yang mencium dan menasehatinya tadi adalah Celvin.

Tak ingin memikirkan hal itu, Alya buru-buru menghabiskan sarapannya. Karena, niatnya setalah ini adalah berkeliling daerah pulau yang ia tinggali ini. Mengingat ia tak pernah keluar jauh dari daerah sekitaran mansion.

***

Berjalan beriringan di sebuah lorong yang begitu gelap dengan hanya di terangi oleh senter ponsel. Tiga orang pemuda dengan pakaian serba hitam melangkah dengan santai menuju salah satu ruangan yang selalu mereka datangi. Mengecek apakah orang yang mereka tawan kabur atau tidak.

"Tolong, bebasin saya."

Gadis dengan surai yang begitu berantakan dan tubuh penuh akan lebam itu memohon dengan leher yang di rantai layaknya seekor anjing. Benar-benar mengenaskan dan miris.

"Melepaskan anda?" Tanya pemuda yang biasanya di panggil Eil oleh para bawahan dan dunia bawah tanah. Dunia gelap, tempat mereka menjadi devil yang sebenarnya tanpa takut pada siapapun, karena mereka. Adalah ketakutan yang sebenarnya.

"Oho, katakan dulu di mana adik sialan mu itu berada. Baru kami lepaskan kau!" Ucapnya dengan tatapan yang begitu tajam dan mengintimidasi.

Menggeleng pelan. Wanita dengan sudut bibir yang sedikit sobek dan wajah yang penuh memerah itu masih bisa menolak ternyata, setelah siksaan yang mereka berikan.

Meju beberapa langkah hingga berdiri tepat di depan wanita sialan itu. Pemuda dengan mata setajam elang yang biasa di panggil Derlo itu mencengkram kuat dagu wanita yang selalu membantah mereka ini. "Adik sialan lo nyulik cewek kita sialan!" Ucapnya dengan tatapan penuh akan kemarahan yang begitu besar.

"Kasih dia pelajaran hingga fajar. Jangan berikan dia air hari ini!" Ucap pemuda yang memiliki hidung Bangir, atau sebut saja namanya Gelvan oleh anak buahnya di dunia bawah tanah ini. Pemuda yang tidak pernah punya belas kasihan pada musuhnya itu begitu di takuti. Terlalu kejam untuk ukuran anak muda yang baru terjun ke dunia kegelapan.

"Baik tuan!" Ucap mereka dengan menunduk kala tiga tuan mereka mulai keluar dan berjalan melewati lorong dengan beberapa teriakan kesakitan orang-orang yang minta agar mereka tidak di siksa.

"Suara ini benar-benar memuakkan." Decak Derlo melangkah semakin cepat agar bisa sampai di luar ruangan terkutuk—atau biasa mereka sebut sebagai neraka buatan bagi mereka yang menentang dan berkhianat pada mereka.

TBC

Halo SEMUANYA?! Apa kabar anak-anak? Semoga kalian sehat dan gak bingung sama chapter ini. Ya,

Nanti juga gak bakal bingung kok kalo chapter nya udah banyak, jadi tetap tungguin terus sampai ceritanya tamat. Oke?

Sebelumnya, ada yang mau di sampein gak sama bunda? Kalo ada, di persilakan. Termaksud keluh kesah kalian sebagain pembaca. Monggo,

Jangan lupa follow akun bunda kalo kalian suka sama cerita-cerita yang bunda bikin. Biar kalian, tau update terbarunya bunda. Hehehe

Vote 700+700 komen baru lanjut part selanjutnya. Jadi, ayo lebih semangat biar bunda cepat uppppp!!

Selamat menunggu part selanjutnya♡

Obsesi Devil'sWhere stories live. Discover now