08. Still here... Marry me

26 14 9
                                    

Pernikahan bukan hanya tentang usia dan perasaan, tetapi juga tentang persiapan diri dan pemantapan hati yang harus matang, karena pernikahan adalah ujian dan pelajaran terpanjang yang melibatkan dua orang yang berbeda dengan tujuan yang sama: mencari arti cinta dan kebahagiaan.

***

Tak ada tindakan, tak ada percakapan. Entah karena apa, Ruby masih membiarkan Sagara bersandar padanya untuk beberapa saat lama. Gadis itu merasa iba sekaligus bersimpati. Perlahan, tangan Ruby berpindah ke punggung Sagara, menepuknya perlahan. Meski tak memberi solusi, ia merasa saat ini Sagara sangat membutuhkan topangan, setidaknya ada tempat baginya menumpahkan kegelisahannya.

Tanpa mereka sadari, seseorang berdiri tegak mematung dari balik pintu suite room tersebut, memandang keduanya dengan tatapan meredup. Beberapa saat kemudian, ia berlalu meninggalkan ruangan yang mana saat ini ada Sagara dan Ruby di dalamnya.

Kavi melangkahkan kaki dengan gontai. Sebelah tangannya terangkat, ditempelkan tepat di depan dada. Aneh, ada perasaan tak rela, lebih tepatnya cemburu, melihat Sagara dengan leluasa mencurahkan kegundahannya pada Ruby.

Flashback

@Rumah Keluarga Sagara

"Ruby, apa rencanamu setelah SMA?" tanya Kavi kepada Ruby.

Saat itu mereka sedang duduk berdua di taman belakang rumah Sagara, ketika Ruby ikut datang di pertemuan kedua calon besan disana.

"Aku ingin menjadi dokter hewan"

"Benarkah? Boleh tahu apa alasannya?"

"Karena aku menyukai mereka. Aku suka segala hal tentang fauna, jadi aku ingin terlibat langsung menyayangi, dan merawat mereka" Ruby selalu semangat menjelaskan kepada siapapun yang menanyakan alasan dari cita-citanya itu.

"Kau tahu? Ada motto untuk dokter hewan yaitu menciptakan kesejahteraan manusia melalui kesejahteraan hewan. Jadi dokter hewan juga berperan untuk membangun kesehatan manusia melalui kontribusinya di kesehatan hewan. Tujuannya sama untuk kelestarian alam semesta"

Kavi memandang Ruby dengan tatapan kagum. Sebagai siswa SMA, ternyata Ruby cukup dewasa untuk berkomitmen dan fokus dalam mengejar keinginannya.

"Kenapa? Kau pasti heran dan bingung dengan ucapanku, sama seperti orang-orang" kata Ruby merespon ekspresi Kavi yang terlihat diam saja.

"Tidak, justru aku kagum denganmu, punya keinginan dan berusaha melakukan segala cara untuk meraihnya. Kau pejuang yang gigih, Ruby" puji Kavi.

"Suatu saat kau juga akan menemukan dan meraih cita-citamu, sehingga Ayahmu bisa bangga melihatmu berhasil dari atas sana" ucap Ruby lagi. 

Kavi tertegun. Ia tampak merunduk sejenak, lalu kembali mendongak dengan tatapan serius pada perempuan yang ada di sampingnya.

Hummm... apa kau-bisa berada disisiku saat itu terjadi? Apa aku boleh berharap bahwa mungkin kau yang akan menemaniku dalam menggapai cita-citaku?

Kavi urung mengeluarkan untaian kalimat yang ada di pikirannya. Ia merasa semua ini terlalu dini untuk Ruby, karena ia baru mengenal gadis itu.

Flashback end

Senyuman masam tersembul di bibir Kavi, seakan tak percaya dengan segala dugaan dan sangkaan yang memenuhi otaknya. Benarkah dia mencintai Ruby? Selama ini Kavi merasa nyaman berdekatan dengan Ruby yang ceria dan apa adanya. Ruby yang menyenangkan, yang masuk dalam hari-harinya yang terasa membosankan.

Setelah Kavi, ternyata ada orang lain yang tak sengaja melintas dan melihat kebersamaan Ruby dan Sagara. Meski awalnya kaget, sebentar kemudian pria paruh baya itu tersenyum. Seperti mendapat pencerahan, ia mengangkat dahi. Sesaat kemudian ia pun meninggalkan ruangan itu dengan sebuah ide yang muncul di kepalanya.

Sewarsa PurnamaWhere stories live. Discover now