04. Still here... Come and go!

64 47 14
                                    

Dalam hati setiap orang ada harapan. Seperti mendung yang tidak selalu diiringi dengan hujan dan bunga yang tidak selalu menghasilkan buah. Setiap saat dalam hidup kita akan dihadapkan pada pilihan; hanya masalahnya adalah bagaimana kita mempertimbangkan dan memutuskan agar kita tidak terjerumus dalam pilihan yang salah dan tidak menyesal pada akhirnya.

***

@Kediaman keluarga Adhinatha

Rumah keluarga Harris Adhinatha memiliki desain arsitektur khas Eropa terlihat dari salah satu terasnya. Halamannya memiliki kolam renang yang luas dengan sejumlah pohon palem tinggi yang menghiasi sudutnya. Berkonsep modern, rumah ini memiliki pilar-pilar putih besar yang menyanggah bangunan. Rumah ini selayaknya kompleks istana karena ada bagian yang terpisah dari rumah utama. Ada juga pepohonan di sepanjang lorong panjang yang menghubungkan antara bangunan.

Sementara itu di kamar pribadinya, Aghnia tampak menyendiri. Di hadapannya ada berkas script yang harus dia pelajari untuk mengikuti audisi yang ditawarkan Mr. Dawson. Aghnia teringat masa-masa ketika dia harus meminta ayahnya agar diizinkan menjadi model, yang sangat ditentang. Harris Adhinatha ingin Aghnia belajar di luar negeri karena dia ingin menjadikannya sebagai penerus pimpinan hotel. Akhirnya, Aghnia diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan keartisannya sampai tiba waktunya mewarisi jaringan hotel berskala internasional tersebut, berkat dukungan ibunya.

Ceklek!

Aghnia menoleh. Ny. Hanna membuka pintu kamar Aghnia. Wanita itu menghampiri Aghnia yang sedang duduk di ayunan kursi gantung rotan bercat putih di sisi jendela kamarnya. Aghnia tersenyum kecil menyadari kehadiran ibunya.

"Kau belum sarapan?"

"Nanti saja ibu, aku sedang tidak berselera" ujar Aghnia sambil membolak balikkan lembaran di tangannya.

"Film baru?" tanya ibu sambil meminta berkas script itu dari tangan Aghnia.

"Iya"

Setelah membaca sekilas judul dan penulis script film tersebut, Ny Hanna tertegun.

"Dari Los Angeles?"

"Iya. Aku mendapatkan tawaran casting film di Hollywood, setelah film terakhirku berhasil tayang di Festival Film Internasional Toronto. Mereka tertarik mengajakku kerjasama"

"Bagus sekali, sayang. Ibu bangga padamu" ucap Ny Hanna antusias.

Agnia menunduk dengan lesu. Ny. Hanna sontak khawatir dengan perubahan roman wajah putri sulungnya itu. Ny Hanna mengulurkan tangannya untuk membelai kepala Aghnia.

"Ada apa Aghnia?"

"Castingnya lusa"

Ny. Hanna terkejut. Seketika belaian tangan di kepala Aghnia berhenti. Aghnia sudah menduga hal itu, dan dia sudah siap menerima apapun tanggapan ibunya.

"Lusa itu pernikahanmu, Aghnia"

"Aku tahu. Tetapi kesempatan ini belum tentu akan datang lagi"

"Kau sudah cerita ke calon suamimu?"

Aghnia mengangguk. Ny. Hanna menghela napas panjang, hatinya masygul. Ia tidak ingin Aghnia gegabah mengambil keputusan yang mungkin akan membawa dampak besar dalam hidupnya.

"Aghnia, dengarkan ibu baik-baik. Ibu selalu mendukungmu sejak kau hadir ke hidup ibu. Ibu berdoa semoga putri ibu selalu bahagia. Saat ayahmu menentangmu masuk ke modeling, ibu mendukungmu. Jadi saat ini, fokuskan kebahagiaan hidupmu di masa depan. Ibu tidak ingin ada penyesalan nantinya"

Setelah mendengar nasihat ibunya, Aghnia diam, tenggelam dalam pemikirannya. Walau bagaimanapun, Ny. Hanna yang selalu ada untuknya dan mendukungnya. Hatinya kembali ragu. Keputusan mana yang harus aku ambil?

Sewarsa PurnamaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu