Chapter 13: Is It a Problem?

1.4K 137 9
                                    



Kepala Amaya mendongak, menatap gedung tiga puluh lantai yang menjulang di depannya. Terdapat tulisan 'Nusa Corp' tepat di bagian pintu utama gedung. Orang-orang yang keluar-masuk gedung juga banyak. Mereka semua memakai pakaian kantor yang terkesan lebih casual. Jika ditilik lagi, kebanyakan orang yang berlalu-lalang di dalam gedung pun masih tergolong muda.

Sebagai tamu, gadis itu diarahkan menuju meja informasi. Di sana, ia harus melapor dulu tentang kepentingannya. Setelah mendapat konfirmasi, barulah Amaya diberikan kartu akses agar bisa naik lift menuju lantai tujuannya.

Iya, tempat kerja baru yang ditawarkan Sadam merupakan salah satu lini usaha di bidang hiburan milik Nusa Corp –perusahaan korporasi yang sepuluh tahun belakangan berkembang pesat. Ada begitu banyak usaha yang dijalankan perusahaan ini seperti, layanan streaming, media berita elektronik, rumah produksi, manajemen artis, promotor konser internasional, dan pengembangan web. Intinya, ini perusahaan yang besar dimana semua kantor dari lini usahanya berada dalam satu gedung.

Kali ini, Amaya akan menuju lantai 10, dimana kantor Nusaflix berada. Gadis itu bergegas menuju lift, ia tiba di depan lift ketika pintunya hendak tertutup. Untungnya, seseorang menahan pintu itu dan seketika wajah gadis tersebut berseri.

"Mas Sadam?" Senyum lebar merekah sempurna di bibirnya.

"Hai." Mantan atasan Amaya di kantor lama itu menyapa ramah. "Jadi, sudah dapat panggilan interview?" Sadam menempelkan kartu akses sebelum memencet tombol angka 10. Tujuan mereka rupanya sama.

"Begitulah. Mas Sadam sudah fix resign?" Amaya balik bertanya.

"Begitulah," jawab lelaki itu, mengikuti gaya bicara Amaya sebelumnya. "Cuma gue belum mulai kerja di sini. Urusan di tempat kita yang lama belum selesai."

"Terus, sekarang ngapain dong?" Kening gadis itu mengerut, heran. Kalau belum waktunya bekerja, harusnya Sadam masih di kantor lama karena harus menyelesaikan sisa pekerjaannya.

"Sekarang, gue cuma mau lihat-lihat, sama memastikan lo bisa diterima di sini," kata lelaki itu. Senyum menawannya merekah sempurna, menambah daya tarik sosok Sadam yang gagah dan rupawan.

Jika begini terus, susah bagi Amaya untuk benar-benar move on. Cinta bertepuk sebelah tangannya seperti terus diberi pupuk agar subur.

"Boleh tanya sesuatu?" Amaya meminta izin.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 10. Keduanya melangkah keluar dan disambut oleh resepsionis dengan senyuman ramah.

"Tanya aja." Langkah Sadam terhenti, ia menoleh ke arah Amaya.

"Di sini, Mas Sadam jadi apa?" Satu hal yang pasti, lelaki itu jabatannya akan lebih tinggi.

"Nanti juga lo tau," ujar lelaki tersebut, sok misterius.

Amaya mencebik, tapi kemudian tersenyum sangat lebar. "Yang pasti jadi bos gue."

Memang tidak salah. Apalagi ketika resepsionis mengenalinya, seolah lelaki tersebut sudah benar-benar mulai bekerja di sana. Langkah Sadam juga santai ketika melewati koridor menuju salah satu pintu dengan tulisan HRD di daun pintunya.

"Good luck!" Sadam membukakan pintu dan Amaya langsung masuk ke dalam.

Gadis itu pikir, wawancara kerjanya akan berjalan kaku. Ternyata tidak, malah sangat santai. Dua orang bernama Tegar dan Nisa, seperti sudah percaya dengan kemampuan Amaya.

"Kebetulan, saya suka sekali nonton 'Startelling'. Sayang banget program begitu harus dibungkus. Mungkin, Mbak Amaya bisa bikin program serupa buat konten promosi film atau serial yang tayang di Nusaflix." Nisa, salah seorang pewawancara tampak bersemangat.

Love Over HateWhere stories live. Discover now