Chapter 11: New Page

1.4K 164 13
                                    



Tatapan Jonas begitu fokus pada layar komputer di depannya. Namun, sebenarnya pikiran lelaki itu melayang ke momen pagi tadi. Bahkan, ia tidak menyimak kalimat yang terucap dari mulut rekan kerjanya yang sejak tadi bicara.

"Jonas?" Bahu Jonas diguncang. Barulah lelaki itu bisa kembali dari lamunannya.

"Ya?" Ia menoleh, mendapati teman kerjanya menatap sambil memicingkan mata.

"Walah, Cuk. Jadi dari tadi itu cuma ngelamun?" Teman Jonas mendengus kesal. "Ini lho, tolong aku cek ulang keamanan web ini."

Teman Jonas menunjuk layar komputernya sendiri. Biasa, memang Jonas yang paling dipercaya untuk memeriksa hasil akhir dari website klien yang memakai jasa perusahaan nya untuk membuat dan mengembangkannya.

"Kalau dilihat, udah nggak ada masalah." Jonas berucap yakin.

"Kamu beneran pindah ke Jakarta, Jon?" Teman bernama Erik itu menunjukkan ekspresi serius.

"Bener. Saya juga mau berkembang."

"Gila gila... berarti fix jadi Manager?"

Kepala Jonas mengangguk. "Iya begitulah."

"Terus, jadi nikah juga?" Erik sedang kepo maksimal.

Sebenarnya, Jonas tidak cerita siapa-siapa tentang lamaran tempo hari. Hanya saja, salah satu sepupunya adalah teman Erik. Jadi, satu kantor akhirnya tahu kalau Jonas sudah mengadakan lamaran gara-gara mulut ember sang sepupu yang cepu ke Erik.

"Sudah tadi pagi," jawab lelaki itu dengan jujur.

"Edan!" Erik terperanjat. Suaranya yang keras membuat para pegawai lain di ruangan itu menoleh. "Cuk, Jonas sudah sold out tadi pagi!"

Kehebohan Erik membuat Jonas hanya bisa menahan malu. Beragam pertanyaan tentang kenapa tidak mengundang dan sebagainya pasti akan menghantui sepanjang hari ini.

Di lokasi berbeda, Amaya juga sama sibuk. Ia berkutat di depan laptop untuk merapikan CV. Lalu, segera mengirimnya ke email sang senior, Sadam.

Lelaki yang selama bertahun-tahun dikagumi oleh Amaya itu memberikan informasi bahwa ada posisi bagus yang membutuhkan keahlian gadis itu di sebuah perusahaan streaming film dan serial. Kebetulan, Sadam juga akan pindah bekerja di sana. Kabarnya, lelaki itu resign. Kalau dipikir lagi, memang televisi tidak lagi menjanjikan. Orang-orang banyak yang beralih menonton secara daring. Aplikasi streaming berbayar pun menjadi naik daun.

"Mbak." Juanda membuka pintu kamar Amaya. Sang adik nyelonong masuk dan tanpa permisi rebahan di atas ranjang. "Jadi, mau balik ke Jakarta kapan?"

"Besok." Gadis itu menjawab dengan singkat.

"Besok? Bapak aja belum pulang dari rumah sakit. Kamu juga baru nikah tadi pagi." Lelaki itu menggerutu. Ia bangkit dari posisi rebahan. Kali ini, duduk bersila sambil menatap sang kakak yang masih berkutat di depan laptop.

Amaya menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Ia menatap sekilas sang adik yang sedang mengernyit.

"Harus balik besok, aku ada interview kerja." Jawaban Amaya semakin membuat kening sang adik mengerut dalam.

"Mbak Yaya berhenti di tempat yang sekarang?" Tanya Juanda.

"Iya." Hanya sebatas itu jawaban Amaya. Ia tidak mau berbagi tentang dirinya yang kena PHK. Akan lebih baik jika orang-orang di rumah tahu bahwa dirinya pindah tempat kerja saja.

Love Over HateWhere stories live. Discover now