Takut Kehilangan

24 1 0
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa tandai typo! Tinggalkan jejak, ya. Terima kasih 🥰🥰

Rabu, 24 Januari 2024







Biasanya saat menunggu makan malam siap, Kinara menghabiskan waktu duduk santai di dekat kolam ikan, taman samping. Rebahan sambil scroll Instagram atau TikTok atau bantu-bantu mengamati mbok Mina memasak. Btw, itu kebiasaan Kinara setelah mogok bicara dengan Gema.

Sekarang, Kinara berbaring di atas kasur empuk yang terbungkus seprei berwarna brown dan selimut sehalus sutra berwarna senada. Ingatan Kinara kembali pada penolakannya atas ide Abel.

"Gimana, Ki? Kamu mau aku bantuin?"

"Nggak. Aku bisa sendiri, Bel. Makasih." Kinara menolak halus.

Kinara menimbang, alasan apa yang harus diberinya untuk bisa berbicara dengan Gema. Minta maaf? Ah, itu kurang. Bilang terima kasih? Tidak, tidak cukup dengan terima kasih untuk semua yang sudah Gema lakukan.

Hm, Kinara tampak pusing. Dia yang salah, bertindak tanpa pikir panjang. Harusnya Kinara marah pada Alvin bukan pada Gema. Harusnya Kinara mogok bicara pada mantan gebetannya itu bukan pada Gema.

Lihat! Kinara sekarang harus menelan pil pahit akibat kesalahannya sendiri.

"Kak Gema," bisik Kinara sembari memperhatikan foto Gema di galery ponselnya.

"Kangen." Satu kata itu lolos bersamaan dengan jatuhnya air mata Kinara. Menangis sambil mendekap ponselnya berharap rasa rindunya sampai pada laki-laki itu. Pada sosok yang sudah Kinara lukai.

Rasanya Kinara ingin mengadu pada papa dan mamanya. Menanggung sendirian kesedihan ini terasa sangat menyakitkan bagi Kinara. Satu-satunya orang yang menjadi pelipur lara kini sedang menjauh.

"Kinara nggak ada niat buat jahat sama Kak Gema. Kinara cuma nggak mau Kak Gema terluka gara-gara Kinara." Masih jelas dalam ingatan Kinara tentang ucapan Alvin. Di mana laki-laki itu mengatakan akan menggunakan Kinara untuk membalas Gema.

Sebegitu dalamnya, kah, kebencian Alvin pada Gema? Apa salah Gema? Dan, kenapa harus Kinara yang tidak tahu apa-apa yang menjadi tumbal?

Jahat. Sebutan itu sangat cocok untuk Alvin.

Semakin Kinara mengingat, semakin bertambah sakit dihatinya. Mbok Mina yang kebetulan berdiri di depan kamarnya, hendak memanggilnya untuk makan, segera saja masuk ke dalam.

"Non. Non kenapa? Sakit?"

Kinara menggeleng. Air matanya yang tak berhenti tumpah menambah rasa khawatir sang ART.

"Apa Mbok telepon Den Gema, ya?"

"Jangan!" Kinara menyela cepat. Mata bengkak dan pipi basahnya membuatnya terlihat menyedihkan. "Jangan kasih tahu Kak Gema. Kinara mohon," pinta Kinara terisak.

"Mbok, Kinara kangen Papa sama Mama. Kinara nggak kuat sendirian."

"Sabar, Non. Ada Mbok di sini," hibur Mbok Mina sembari menepuk pelan bahu Kinara. Gadis itu sedang menangis dalam pelukan ART nya.

***

"Ge, anterin ayam betutu ke rumah Kinara, ya. Dia tadi sempat komen story Mama, katanya pengen cobain ayam betutu buatan Mama." Mayang menyodorkan rantang susun. "Mama telepon sama chat tapi ponsel Kinara nggak aktif. Kenapa, ya, Ge? Perasaan Mama nggak enak. Nggak biasanya dia nggak jawab telepon atau chat."

Gema pura-pura sibuk dengan buku di genggamannya.

"Ge, Mama lagi ngomong lho. Mama perhatiin kamu akhir-akhir ini jarang ke rumah Kinara. Dia juga nggak main ke sini. Kalian lagi marahan?"

Gemara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang