Potongan Kue Pertama untuk yang Tersayang

15 2 0
                                    


Hari ini, Gema mendapat atensi dari separuh murid di sekolah. Sementara di dalam kelas, tidak ada yang berani menegurnya. Tapi lain dengan Kinara, gadis itu menempel pada Gema. Menanyakan apakah laki-laki itu merasa kesakitan atau tidak.

Selama pelajaran berlangsung, tidak sekalipun Gema membuka suara. Pandangannya hanya tertuju pada papan tulis, tetapi pikirannya melayang pada sosok yang terbaring di rumah sakit. Sejak mengetahui Alvin adalah dalang dari lukanya kaki Kinara, Gema berjanji akan memberikan pelajaran keras pada teman lamanya itu.

Kemudian, Gema benar-benar menepatinya. Membuat Alvin harus beristirahat selama sebulan. Gema harusnya bersyukur ketika mendapat informasi itu, tetapi diam-diam rasa khawatir menghampirinya. Gema takut seandainya Kinara mengetahui dia adalah dalang dari keadaan mengenaskan seorang Alvin.

Fokus Gema terpecah ketika bel istirahat berbunyi. Tanpa sadar dia mengembuskan napas panjang. Lalu, perlahan merebahkan kepalanya di atas meja. Tingkah Gema yang terkesan lemah dan tak berdaya itu mengundang perhatian ketiga sahabatnya. Pun dengan Kinara. Gadis itu langsung menghampiri meja Gema.

"Kak Gema kenapa? Kak Gema sakit? Kita ke UKS, ya?" Kinara menatap Gema khawatir.

Mengangkat kepalanya, Gema menggeleng pelan. "Aku nggak apa-apa, Ki. Beneran," ucap Gema sambil menggenggam tangan Kinara.

"Ge, mau nitip sesuatu nggak? Kita mau ke kantin?" Dani yang berdiri di samping kanan Gema bertanya. Laki-laki itu mencuri pandang ke arah Abel yang anteng di sebelah Kinara.

"Nggak usah, Kak Dani. Kak Gema hari ini makan bekal dari rumah," sahut Kinara. "Tadi Kinara sempat minta Mbok Darmi buat masakin nasi goreng sosis sama brokoli tumis."

Ketiga sahabat Gema hanya saling pandang. Diam-diam mereka mengelus dada, Kinara terlalu baik sampai-sampai membawakan bekal makan siang untuk orang yang sudah menganiaya calon gebetannya.

"Lah, berarti kamu nggak makan bareng aku, Ki?" tanya Abel, sedikit kaget karena tidak biasanya Kinara membawa bekal.

"Aku tetap makan bareng kamu, Bel. Bekal yang aku bawa ini khusus buat Kak Gema."

Lagi-lagi, para sahabat Gema mengelus dada. Hubungan Kinara dan Gema ini sedikit rumit. Satu terlalu tidak peka, dan satunya terlalu bucin. Keduanya terjebak di area kakak-adik zone.

Sepeninggalan Dani, Aldi, dan Yusuf, Gema kini menikmati makan siangnya dengan perasaan berbunga-bunga. Rasa khawatir yang sempat singgah di hatinya pelan-pelan mundur.

***

"Gema. Sayang, Mama udah siapin pakaian kamu."

"Iya, Ma." Gema yang masih sibuk di kamar mandi hanya bisa berteriak. Malam ini, usia Gema akan genap delapan belas tahun. Usianya yang cukup matang untuk menempuh perjalanan bernama pacaran. Ya, Gema sudah memutuskan bahwa dia akan mengungkapkan perasaannya pada Kinara.

Mikir ditolak urusan belakangan.

Harus percaya diri. Cuma lo satu-satunya yang pantas jadian sama Kinara.

Gue doain semoga lo diterima Kinara.

Pecutan semangat dari ketiga sahabatnya cukup ampuh untuk membuat Gema berani melangkah. Dia yang awalnya takut, sekarang justru tidak sabar untuk menyatakan isi hatinya.

Gema keluar dari kamar mandi, kaki panjangnya mendekati ranjang dan mulai mengenakan pakaian.

Saat mengancingkan kemejanya, Gema melirik ponselnya yang bergetar di samping bantal.

Vini

Gue nggak nyangka lo nggak ngundang gue, Ge. Gue pikir selama ini kita teman. But, It's oke. Gue tetap ngasih selamat dan hadiah. Selamat ulang tahun, Gema.

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now