Mengorbankan Ely demi Gema

69 12 44
                                    








Tiket nonton film dari Alvin di letakkan dengan rapi oleh Kinara di atas meja belajarnya. Sebenarnya, Kinara tidak pernah terpikirkan untuk membatalkan ajakan nonton dari Alvin, namun karena ada sesuatu hal yang teramat penting, akhirnya Kinara dengan sangat berat hati membatalkan rencana itu. Bahkan sebelum Alvin meminta izin pada Gema.

Kinara mengembuskan napas berat, lingkaran merah di kalender adalah alasan Kinara membatalkan rencananya bersama laki-laki pujaannya itu.

“Aku emang suka sama Kak Alvin, tapi ulang tahun Kak Gema adalah hal yang penting buat aku.” Tentu saja Kinara tidak akan melewatkan momen penting seorang Gema Adrian, sosok Kakak terbaik yang selalu ada untuknya. Sosok yang teramat sangat menyayanginya.

Beranjak dari meja belajarnya, Kinara membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Pikirannya sibuk memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan kepada Gema, meskipun ulang tahun laki-laki itu masih dua hari lagi.

Kinara meraih ponselnya, membuka google dan mencari tahu hadiah apa yang bagus untuk orang yang berulang tahun. Kinara bingung ingin memberikan hadiah apa untuk Gema, sebab Kakaknya itu tampak seperti tidak memerlukan pemberian apa pun dari orang lain.

Bagaimana tidak, Gema nyaris memiliki semua yang diinginkan dalam hidupnya. Sandang, pangan, papan, semua itu terpenuhi bahkan berlebih untuknya.

Aish! Jadi bingung mau kasih apa ke Kak Gema,” gumam Kinara, otaknya pusing memikirkan hadiah Gema.

Namun, sebuah iklan jam tangan kekinian yang muncul di google berhasil menjernihkan pikiran Kinara. Tidak ada salahnya ia memberikan sebuah jam tangan untuk Gema, lagi pula itu jam tangan kekinian yang sedang ngetren di kalangan anak muda.

“Nggak apa-apa, deh, aku kasih jam tangan. Toh, ini aku beli pakai uang tabungan aku. Jadi rasanya beda sama yang dibeli pakai uang orang tua.”

Senyum Kinara mengembang, jarinya bergerak lincah mencari informasi mengenai jam tangan tersebut. Setelah mendapatkan semua informasi terkait barang yang ingin ia beli, termasuk kisaran biaya yang ia keluarkan Kinara langsung turun dari tempat tidur dan masuk ke dalam walk in closet. Mencari tempat celengan gajah miliknya.

“Ely, maaf, aku harus membelah perutmu. Mengambil isinya dan membuangmu ke tempat sampah,” bisik Kinara sembari memeluk Ely. Ely adalah celengan yang sudah menampung uang Kinara selama hampir setengah tahun. “Tapi aku harus melakukan ini, Ly. Soalnya aku sayang banget sama Kak Gema.”

Kinara ke luar dari walk in closet sambil menggendong Ely. Tujuannya adalah menemui Mbok Darmi, meminta bantuan wanita paruh baya itu untuk mengeluarkan isi perut si Ely.

Sesampainya di dapur, Kinara tidak menemukan sang ART. Padahal, dapur adalah tempat favorit Mbok Darmi.

“Mbok! Mbok Darmi, where are you?” Suara cempreng Kinara menggema di dapur.

“Mbok di belakang!” teriak Mbok Darmi, suaranya yang keras berasal dari belakang dapur.

Mengetahui keberadaan Mbok Darmi, Kinara langsung bergegas ke luar. Tubuh gemuk Mbok Darmi terlihat berjongkok di dekat pot tanaman, di depannya ada seekor kucing hitam yang sedang makan.

“Lagi kasih makan Jeki, ya?” tanya Kinara dengan mata yang tertuju pada kucing hitam. Kucing yang diberi nama Jeki.

Mbok Darmi mendongak, matanya menyipit karena silaunya cahaya lampu taman. “Iya, Non. Si Jeki, kan, nggak mau kalau dikasih makanan toko. Dia maunya ikan asin aja,” jawab Mbok Darmi. Segera saja ia berdiri setelah memastikan kucingnya makan dengan lahap. “Non perlu apa, ya?”

Gemara [On Going]Where stories live. Discover now