7.HM-🔪Penyusup di Kamar Shea🔪

1.5K 72 4
                                    

Tepat pukul dua belas malam kurang tujuh menit Shea sampai di rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat pukul dua belas malam kurang tujuh menit Shea sampai di rumah. Shea sendirian sebab Ayah dan kakaknya masih di kantor.

Ada kasus baru terkait penemuan mayat dengan sayatan berbentuk huruf X di dahi. Makanya akhir-akhir ini dua orang tersayang Shea itu sering pulang tengah malam atau subuh. Bahkan Joana sering menginap di kantor.

Shea pulang bersama Arsen. Tidak ada pembicaraan sepanjang perjalanan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sampai di kamar, Shea menekan saklar lampu untuk membunuh gelap di ruang pribadi miliknya. Shea meletakkan tasnya di atas nakas samping ranjang. Setelah menarik napas panjang, Shea menghempaskan tubuh ke atas kasur.

Ponsel Shea berdering. Segera Shea menjawab panggilan ayahnya.

"Halo, Ayah?"

"Kamu sudah sampai di rumah, Nak?"

"Udah, Yah. Barusan aja."

"Kemungkinan ayah baru bisa pulang subuh. Kakak kamu juga. Kamu gak apa-apa di rumah sendirian?"

Di seberang telepong, Dafian menghela napas panjang.

"Gak apa-apa, Yah. Shea berani kok di rumah sendirian. Shea gak takut."

"Iya, anak ayah emang gak takut. Tapi ayah yang takut kamu sendirian di rumah."

"Gak usah khawatirin Shea, Ayah. Kalau ada yang masuk tanpa izin, alarm rumah kita bakal langsung berdering. Nah, kalau alarmnya berdering, Shea langsung telepon ayah. Ayah tenang aja."

Dafian tau itu. Memang, sejauh ini tidak ada orang asing yang berhasil masuk ke rumahnya tanpa izin. Namun, tetap saja Dafian khawatir.

Kasus pembunuh misterius dengan sayatan huruf X di dahi sampai hari ini tak kunjung menemukan titik terang. Belum diketahui apa motif kejahatannya. Sepertinya si Pembunuh memilih korban secara acak. Dan itu jauh lebih berbahaya sebab ia bisa membunuh siapa saja dan kapan saja.

Ditambah kasus penembakan di kafe yang menyeret Shea malam itu. Pelakunya juga belum ditemukan. Namun, Dafian memilih berbohong pada Shea dengan mengatakan bahwa pelakunya sudah tertangkap. Setidaknya, dengan begitu shea tidak lagi merasa terancam.

Meski Shea sudah terlihat baik-baik saja. Dafian tau putrinya masih trauma. Hanya saja, Shea menyembunyikannya dengan sangat baik.

"Kalau gitu hati-hati di rumah, pastikan pintu dan jendela sudah terkunci semua."

"Baik, Ayah."

"Jangan lupa cuci kaki dan sikat gigi juga."

"Ya ampun! Shea udah mau 21 tahun. Shea bukan anak kecil lagi ayah. Shea bakal tetap sikat gigi dan cuci kaki tanpa harus ayah ingatin." Mendengar rengekan manja Shea, Dafian terkekeh geli.

"Nak, walau pun nanti usia kamu dan Joana sudah seratus tahun dan sudah jadi nenek buyut. Kalian berdua tetap akan jadi putri kecil ayah."

Ucapan Dafian mengirim rasa hangat ke hati Shea. Perlahan merambat ke seluruh urat nadi membuat perasaan Shea jauh lebih baik.

Hello MineWhere stories live. Discover now