Midnight - Seungcheol (END)

239 25 0
                                    

Mimpi itu selalu menghantui Y/N dalam kesehariannya. Hal ini membuatnya tidak fokus bekerja, tidak fokus makan, tidak fokus beristirahat, pokoknya tidak fokus sama sekali. Bagaimana tidak, mimpi itu selalu datang ketika ia tidur. Kepalanya kini dihantui tangisan pilu tuannya dan pemandangan menyakitkan itu.

"Jangan melamun."

Y/N tersentak. Ia membalikkan badannya dan wajahnya mendarat tepat di dada Seungcheol yang ternyata berada sangat dekat dengannya. Y/N yang kaget segera mundur, berusaha menjauhkan tubuhnya yang berada sangat dekat dengan tuannya. Dalam sepersekian detik, ia melihat wajah tuannya yang tampan dengan kacamata yang ia gunakan. Hal tersebut membuat Y/N hampir berteriak, namun berhasil ia tahan. 

Seungcheol segera mengulurkan tangannya di antara kepala Y/N dengan rak buku kayu miliknya. Ia menghela nafasnya ketika kepala Y/N menabrak tangannya dengan cukup kuat. "Hati-hati," ucapnya. Ia menjauhkan badannya, memberi jarak antara mereka berdua.

Y/N dengan wajahnya yang memerah meminta maaf dengan terbata-bata. Seungcheol hanya menggeleng pelan, kemudian ia kembali ke meja kerjanya dan lanjut membaca buku-buku kuno yang terlihat usang. 

Y/N merasakan dadanya berdetak begitu cepat, seperti jantungnya akan keluar lewat tenggorokannya. Ia menepuk-nepuk pipinya pelan, berusaha untuk kembali memfokuskan pikirannya. Pekerjaan yang banyak masih menantinya, ia tidak bisa menyia-nyiakan waktunya. Tetapi, mimpi itu selalu menghantuinya. Tangisan yang memekakkan telinganya, menyayat hatinya. Ia tidak bisa lupa bagaimana wajah tuannya yang terlihat seperti kehilangan dunianya.

"Tidak, tidak bisa seperti ini! Aku harus bertanya pada tuan!"  ucap Y/N dalam hatinya.

Y/N mengatur nafasnya, mencoba untuk tidak gugup. Dengan ragu ia memanggil Seungcheol pelan.

"Tuan, bolehkah saya bertanya?"

"Akhirnya," ucap Seungcheol tanpa memalingkan pandangannya dari buku di tangannya.

Y/N bingung. "Apa maksudnya, tuan?" tanyanya.

Seungcheol kembali menghela nafasnya. Ia menutup bukunya, melepaskan kacamatanya, dan menatap Y/N lekat. "Kau bertindak aneh beberapa minggu ini. Kau yang selalu fokus dan cekatan dalam mengerjakan tugasmu tiba-tiba selalu terlihat seperti orang linglung. Beberapa kali aku melihatmu dimarahi oleh Madam Lee karena kau terus menerus memecahkan piring dan gelas. Aku juga sering melihatmu menyiram tanaman yang sama dengan 3 ember air. Aku tidak perlu menjadi orang yang cerdas untuk mengetahui kalau ada yang salah denganmu."

Y/N yang mendengar hal tersebut merasakan pipinya yang memerah dan panas. "Tuan memperhatikan saya? Bukankah akhir-akhir ini tuan sibuk?"

"Kau malah fokus ke hal lain," ucap Seungcheol berusaha menutupi rasa gugupnya karena baru saja ketahuan menjadi stalker. Memang benar Seungcheol sibuk, tapi matanya selalu bisa mencuri kesempatan untuk mengamati Y/N ketika Y/N berada di sekitarnya. Jadi Y/N benar, Seuncheol selalu memperhatikannya.

Y/N menggelengkan kepalanya, berusaha fokus dengan kekhawatiran yang mengganggunya akhir-akhir ini. "Ma-maaf tuan. Saya tidak tau apakah ini menyinggung anda, tetapi akhir-akhir ini saya selalu dihantui oleh mimpi yang sama. Saya melihat tuan di taman bunga yang indah, menangis sambil memegang seorang perempuan di pangkuan anda. Saya tidak bisa melupakan bagaimana suara tangisan tuan saat itu jadi saya-"

Seungcheol tiba-tiba bangun dari duduknya. Matanya terbelalak, seperti sesuatu mengagetkannya. Ia segera berlari keluar dari ruang kerjanya, meninggalkan Y/N yang kebingungan dengan sikap tuannya.

"Apa-apaan..." gumam Y/N tercengang dengan sikap tuannya. Dalam bingungnya ia kembali membersihkan buku-buku yang berdebu, sedangkan Seungcheol berlari menuju ke tempat di mana kamar terlarang berada, membuat semua vampir yang berpapasan dengannya bingung.

Seventeen's ImaginesWhere stories live. Discover now