23 • Duduk Di Tepi Danau Hitam

447 49 0
                                    

Perdebatan dengan Harry dan Ron kemarin malam berimbas pada persahabatan mereka yang kini mulai merenggang. Hermione mendiami mereka dan begitu pula sebaliknya. Tidak ada lagi duduk di sofa depan perapian ruang rekreasi, atau duduk berdekatan saat makan malam di great hall.

Orang-orang mungkin akan mulai mempertanyakan penyebab renggangnya hubungan tiga serangkai dari Gryffindor. Hermione hanya bertegur sapa dengan Ginny, terkadang gadis Weasley itu akan memberitahu apa yang sedang Harry atau Ron lakukan. Hermione mendapat kabar tanpa di minta. Ginny memang pengertian.

Hermione kesal dan marah, tapi tidak sampai membuatnya membenci Harry atau pun Ron. Sejujurnya, Hermione mulai merindukan kedua sahabatnya itu. Rindu menghabiskan waktu bersama mereka. Tapi kekesalan membuatnya urang untuk menyapa lebih dulu.

Saat ini, lagi dan lagi, Perpustakaan menjadi lokasi dimana Hermione Granger berada. Tadinya ruangan penuh buku ini hanya sekedar ruangan menyenangkan untuk menghabiskan waktu luang, tapi sekarang perpustakaan bagai tempat pelarian.

Draco tidak datang hari ini. Hermione hanya sendirian, menelusuri setiap rak yang bisa ia jangkau, membaca berbagai judul sampai ia bosan.

Soal dongeng penyihir merah, Hermione masih tidak tahu dimana ia bisa menemukan cerita lengkap yang menjelaskan latar belakang dongeng tersebut. Terkadang, pikiran bahwa Jane-Anne mungkin bukan orang betulan, melainkan sekedar tokoh fiksi. Dan sosok gadis yang ada dalam penglihatan gelang adalah sosok yang berbeda.

Tapi, Draco mendesaknya, lelaki itu mempercayai keyakinannya. Bahwa cerita di balik dongeng penyihir merah sungguhan ada dan dongeng tersebut hanyalah fakta yang dipelintir oleh seseorang yang menyebut dirinya penyair.

Tangan lentik Hermione menyusuri deretan buku, manik hazelnya bergerak pelan, membaca setiap judul, menemukan buku yang belum pernah dijumpainya. Sampai kemudian, jemari lentiknya berhenti disalah satu buku bersampul abu-abu gelap.

Hermione menarik buku tersebut, membaca ulang judul yang tertera pada sampul yang tampak kuno dan telah usang. Seketika, manik hazelnya berbinar dan ia tersenyum kegirangan.

Selepas meminjam buku bersampul abu-abu kuno tersebut pada Madam Piece, Hermione lekas keluar dari perpustakaan. Pergi menelusuri kastil untuk menemukan seseorang.

Namun, sosok yang dicarinya tidak berada di dalam Kastil. Hermione justru menemukannya duduk di tepi danau hitam. Merenung sendirian, memandang danau hitam yang mengeluarkan suara riak air yang ditimbulkan oleh berbagai macam mahluk yang hidup di bawahnya.

"Draco."

Draco Malfoy menoleh. Wajah pucat yang tadinya tampak lelah dan frustasi seketika mengukir senyum tipis kala menemukan wajah yang telah familiar baginya.

"Kau sebaiknya pakai gelangnya lebih sering. Tidak adil jika hanya aku yang tidak pernah melepaskannya."

Draco menggeser duduknya, mempersilahkan Hermione duduk tepat di sampingnya.

"Kau tahu bahwa benang merahnya memiliki pesona, kita akan terjerat untuk saling mencari terus menerus. Dan saat bersama, kita tidak akan bisa berpisah."

Hermione membuang napas berat "okey. Alasan yang bagus."

"Jadi, apa yang kau lakukan sendirian di sini?" Tanya Hermione begitu telah memposisikan dirinya duduk di samping Draco.

"Mencari ketenangan, di dalam terlalu berisik."

Hermione mengangguk setuju. Pandangan gadis itu kemudian beralih ke hamparan danau hitam di hadapannya "meski di sini ada cumi-cumi raksasa, setidaknya di sini lebih tenang. Kupikir akan bagus untuk dijadikan tempat membaca."

"Kau pernah melakukannya. Krum mengajakmu ke Yule Bell saat kau tengah membaca di dekat sini bukan?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Kebetulan aku ada di dekat kalian saat itu. Asal tau saja, aku sudah menjadikan danau hitam sebagai tempat healing sejak tahun ketiga selain menara astronomi."

"Itu fakta baru tentangmu yang kau beritahukan padaku." Hermione tersenyum. Senyum yang membuatnya berkali-kali lipat tampak cantik. Senyumanya menular pada Draco yang juga ikut tersenyum.

"Kau tidak datang ke perpustakaan hari ini. Kenapa?" Tanya Hermione.

"Aku mulai sedikit muak dengan buku, kupikir, jika tidak rehat hari ini, aku akan bener-benar membenci buku."

Hermione menggeleng pelan "setidaknya kau bertahan selama berbulan-bulan. Ron dan Harry mana mungkin bisa melakukannya." Hermione mendengus.

"Aku mendengar beberapa rumor tentang kau yang sedang bertengkar dengan dua teman idiotmu."

"Itu bukan rumor. Aku memang sedang malas bertegur sapa dengan mereka."

"Ini jadi rekor terlama kau mendiami dua idiot itu bukan? Sekitar seminggu?"

"Sudah dua minggu. Kau telat seminggu mendengar beritanya."

"Okey. Jadi apa yang terjadi?" Tanya Draco.

"Hanya perdebatan tidak masuk akal yang terlalu diseriusi," jawab Hermione. Gadis itu meluruskan kakinya, menghela napas berat sembari memandang ke arah tentakel yang sejenak mencuat dari dalam danau hitam "mereka menuduhmu sebagai pelahap maut. Sangat tidak masuk akal." Hermione mendengus lagi. Tapi Reaksi terkejut Draco tidak bisa ditampik, untungnya Hermione tidak sedang memperhatikannya saat itu.

"Mereka mengambil spekulasi karena Ayahmu adalah pelahap maut maka kau pastilah juga pelahap maut. Itu kecurigaan konyol. Kau bahkan menyelamatkan Sirius. Harry seharusnya berterimakasih."

Hermione mempercayainya, mempercayai Draco ketimbang dua sahabatnya dan Draco mulai merasa bersalah.

Kecurigaan Harry Potter bukan sekedar kecurigaan konyol seperti yang Hermione yakini, karen pada kenyataanya, Draco memanglah seorang pelahap maut, dia adalah bagian dari perkumpulan yang menentang pihak yang Hermione dukung, Draco berdiri di sisi yang menginginkan kemusnahan orang seperti Hermione.

Bertapa ironis.

Bagaimana jika Hermione tahu bahwa perkataan Harry benar? Bagaimana jika Hermione tahu bahwa Draco adalah pelahap maut?

Jujur saja. Menghabiskan waktu sepanjang tahun keenam bersama Hermione, benar-benar terasa menyenangkan. Hari-hari dingin yang ia lalui jadi terasa hangat saat Draco sedang bersamanya. Hermione seolah jadi penompang agar Draco tidak jatuh semakin jauh ke dalam keputus asaan.

Siang itu. Mereka duduk bersama di tepi danau hitam. Mengobrol ringan dalam suasana hangat.

Draco yang tadinya dilingkupi kegelisahan karena tidak kunjung menemukan mantra perbaikan Vanishing Cabinet, bisa sedikit menghirup napas  tenang berkat Hermione.

Sementara Hermione menjadi lupa niat awalnya mencari Draco. Bahwa dia telah menemukan buku mantra yang Draco cari selama ini.

To Be Continued

ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Where stories live. Discover now