6 • Di Suatu Tempat Antah Berantah

538 59 1
                                    

Cahaya yang keluar dari gelang silver yang dipegang Draco semakin terang, menusuk penglihatan dan membutakan mereka selama seberapa saat. Sampai kemudian, Draco membuka matanya. Iris abu-abu segera bertemu iris hazel yang familiar.

Mereka berdiri amat dekat, dengan wajah yang nyaris bersentuhan. Hingga mata gadis di depannya melotot, dan keduanya sama-sama mengambil langkah mundur, menjauh satu sama lain.

"Apa ini?"

Iris abu-abu Draco memperhatikan sekitar ketika menyadari bahwa mereka tidak lagi berada di perpustakaan, melainkan di hutan. Bukan hutan terlarang, tapi hutan lain yang terlihat amat asing. Draco belum pernah datang ke hutan ini sebelumnya dan Granger nampaknya juga begitu.

Dari garis wajahnya, terlihat jelas bahwa gadis Gryffindor itu terkejut dengan sedikit kepanikan. Mata hazelnya kemudian tertuju pada gelang silver yang masih ada dalam genggaman Draco. Tanpa bicara terlebih dahulu, Granger merebut gelang tersebut.

"Sial, Granger, apa gelang itu Portekey?" Draco nyaris meledak. Menyadari hal aneh sebelum mereka tiba di hutan ini.

"Aku tidak tau, sebelumnya gelang ini hanya benda biasa sebelum dipegang olehmu."

Draco berdeceih, ekspresi wajahnya mengeruh "jadi maksudmu, akulah penyebabnya? Itu gelangmu, Mudblood!"

Alis Hermione mengerut seiring dengan ekspresi wajahnya yang berubah marah "gelang ini bukan punyaku, Malfoy. Dan perlu kuingatkan bahwa jika kau berpikir gelang ini punyaku, maka seharusnya kau tidak menyentuhnya sejak awal. Lagi pula aku bahkan tidak menyentuhnya saat gelangnya mengeluarkan cahaya, jadi bagaimana bisa aku ikut terseret juga?"

Draco menggeram "sial!"

Hermione mendelik saat melihat Malfoy mulai mengerang frustasi. Dia kemudian mengalihkan pandangan pada gelang silver yang kini ada dalam genggamannya, menelisik, mencoba mencari celah. Namun konsentrasinya terganggu oleh kata-kata Malfoy. Pemuda itu bahkan tidak berhenti bicara dan membuatnya terjangkit rasa frustasinya.

"Sial, sial, sial!"

"Bagaimana bisa aku terjebak di hutan antah berantah dengan mudblood."

"Demi merlin, Malfoy, bisakah kau diam!" Pekik Hermione.

"Urus urusanmu, Granger. Jangan ganggu aku dengan mencoba mengajakku bicara," balas si pemuda pirang sinis.

Hermione memutar bola mata jengah, menahan kutukutan diujung lidahnya "aku sedang berusaha mencari cara agar bisa kembali, dan jika benar gelang ini adalah portekey, maka dia bisa mengirim kita kembali ke Hogwarts."

"Kalau begitu lakukan, Granger. Kenapa kau malah mengangguku."

Hermione menggigit bibirnya, benar-benar mencoba sabar "aku perlu konsentrasi, Malfoy, tapi suaramu amat sangat menganggu. Dan jika kau ingin pulang, maka diamlah," hardik Hermione tajam.

Draco memasang wajah jengkel, namun tidak membalas lagi. Membiarkan Hermione mulai melakukan sesuatu pada gelang silver tersebut. Jika ingin segera pulang, maka diam adalah solusi saat ini. Ya, setidaknya sampai Granger mengerang frustasi menggantikannya tidak lama kemudian.

"Ini bukan portekey, aku sudah berulang kali memeriksanya."

Draco memejamkan mata, menahan gejolak kekesalan "lalu apa penyebab kita bisa berada di sini?" Tanya Draco menuntut.

"Aku tidak tau."

"Ayolah, Granger."

"Aku tidak tau, Malfoy." Geram Hermione.

Kedunya sama-sama menunduk lemas. Entah mengapa hal ini terjadi pada mereka, dari semua orang, kenapa harus mereka.

Tiba-tiba terdengar suara, Hermione yang pertama kali menyadarinya segera mengalihkan pandangan ke arah asal suara tersebut.

Seorang perempuan dengan pakaian khas abad pertengahan datang dari arah samping kiri mereka. Perempuan itu berjalan mendekati tempat Hermione dan Draco berdiri. Ekspresi wajahnya terlihat cemas, dan gerak-geriknya menandakan kegugupan.

Hermione pun yang berniat meminta bantuan, segera menghampiri perempuan tersebut "permisi..." namun baru saja Hermione menyapa, wanita itu berlalu mengabaikannya begitu saja. Tapi bukan itu yang membuat Hermione terkejut, tapi Wanita itu baru saja berjalan melewati Hermione, menembus tubuhnya seakan fisiknya saat ini hanyalah roh yang tidak terlihat.

Draco yang menyaksikannya lantas juga terkejut. Dia membagi tatapan dengan Granger yang masih membelakakan matanya. Keduanya lalu sama-sama memandang pada perempuan yang kini berdiri disisi Draco, juga tidak menyadari keberadaan pemuda itu di sana.

Tidak lama kemudian, satu orang lagi datang, kali ini seorang pria yang juga mengenakan pakaian abad pertengahan.
Pria tersebut mengambil tempat Draco, tepat di posisinya berdiri, Draco yang tidak nyaman dan merasa seperti hantu transparan Hogwarts langsung menyingkir dari sana.

"Mereka tidak melihat kita," kata Granger, begitu Draco berdiri di sebelahnya. Keduanya sama-sama memperhatikan kedua orang asing berpakaian abad pertengahan tersebut dengan pandangan kebingungan.

Yang laki-laki, memegang tangan wanita di depannya. Melihat dari ekspresi yang mereka tunjukan serta tatapan cemas yang mereka bagi, membuat baik Hermione dan Draco menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres diantara mereka.

"Dengar, ayah ku akan turun ke desa hari ini untuk pemeriksaan. Tapi itu hanya kedok, dia sebenarnya datang untukmu. Kamu dan keluargamu harus pergi," ujar yang laki-laki, nada suaranya terdengar amat cemas. Namun yang perempuan menggeleng.

"Aku tidak bisa pergi tanpamu," kata perempuan itu menolak, matanya sudah berkaca-kaca, ingin menangis.

Draco yang menyaksikan itu, berdecih "romansa picisan," gumamnya mencela. Hermione yang tengah fokus, mendelik sejenak, sebelum kembali fokus pada sepasang laki-laki dan perempuan disana.

Hermione mengira ada sesuatu di sini, kenapa mereka dikirim ke tempat ini dan diperlihatkan adegan 'romansa picisan' seperti yang Malfoy bilang. Pasti ada alasannya.

Laki-laki itu tersenyum, namun ekspresi itupun tidak dapat menghilangkan gurat kecemasan diwajahnya yang tampan. "Aku tentu tidak akan membiarkanmu pergi tanpaku..." kata pria tersebut dengan suara halus, dia kemudian mengangkat tangannya untuk menangkup pipi sang perempuan "Tapi Jane-Anne, sepertinya kamu harus pergi lebih dulu, tunggulah di bawah pohon doa, aku akan segera menyusulmu setelah menyelesaikan sesuatu."

"Berjanjilah kamu akan datang," kata yang perempuan. Laki-laki itu mengangguk, dengan senyum penuh kasih.

Laki-laki itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku bajunya "pakailah ini."

Mata prempuan itu membelakak, tapi bukan hanya dia, tapi Juga Hermione yang segera menyadari benda apa itu "gelang itu..." Gelang yang sama seperti gelang silver yang dipegang Hermione sekarang.

"Kamu berhasil membuatnya?" Perempuan itu menerima gelang silver tersebut, memandang sang pria dengan tatapan kagum dan tidak percaya.

"Ini akan jadi sinyal kita, aku punya pasangannya." pria itu mengeluarkan benda yang mirip, tersenyum pamer pada perempuan di depannya.

"Sekarang, dimanapun kamu berada, aku akan selalu menemukanmu."

To Be Continued

A/n

Maaf banget karena nggak bisa sering update cerita ini. Aku sedang fokus nulis cerita original ku dan fanfic bukan prioritas utama, jadi harap maklum. Tapi tenang aja, aku tetap akan nyelesaiin cerita ini, meski akan lama.

Terimakasih buat kalian yang sudah komen dichapter sebelumnya, yang sudah apresiasi fanfic ini dengan vote. Nggak nyangka kalo banyak yang nungguin cerita ini update, padahal cuman kujadikan anak tiri.

Aku akan berusaha up chapter berikutnya secepatnya, tolong tetap dukung fanfic ini dengan vote disetiap chapter dan juga komentar.

See you in the next chapter~

ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz