22 • Kecurigaan Harry Dan Tuduhan Ron

416 45 0
                                    

Hermione selalu menghilang akhir-akhir ini. Setelah makan malam, gadis itu akan pamit untuk pergi ke perpustakaan. Harry tahu tabiat sahabat perempuannya itu yang gila ilmu pengetahuan, maka menjadikan perpustakaan sebagai tempat kunjungan rutin tidak lah aneh jika dikaitkan dengan seorang Hermione Granger.

Namun, sejak dimulainya tahun ke-6 Hermione lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Harry hanya ingin tetap berpikir postif menyangkut Hermione yang mungkin ingin bekerja lebih keras di tahun ke-6 mereka. Tapi kecurigaan asing tiba-tiba muncul pada suatu waktu.

Harry tidak lagi yakin bahwa apa yang Hermione lakukan diperpustakaan hanya membaca buku pelajaran seperti biasanya.

Harry belum mengatakan tentang kecurigaan terhadap Hermione pada Ron. Sebab, sejak Ron mulai berpacaran dengan Lavender Brown, waktunya lebih banyak dihabiskan dengan perempuan itu.

Harry sendiri cukup sibuk untuk sekedar menegur. Ia hanya akan pergi ketika Ron dan Lavender sudah memulai sesi ciuman panas mereka yang tidak tahu tempat dan situasi. Harry yakin, tidak ada tempat tersisa yang belum pernah jadi spot berciuman kedua sejoli itu.

Seperti saat ini. Meski tidak banyak orang di ruang rekreasi Gryffindor, Harry yakin orang-orang cukup canggung dengan situasi yang tercipta di salah satu sudut ruangan, dimana Ron dan Lavender tengah berciuman mesra seakan tidak ada hari esok.

"Astaga, menjijikan."

Komentar itu terlontar dari Hermione yang baru saja bergabung bersama Harry di sofa depan perapian.

Hermione melirik sinis sebelum bergidik dan mendengus jengkel. Pandangannya lantas beralih pada sang sahabat berkacamata yang duduk di bawah sofa dengan buku dipangkuannya.

"Kau masih belum mengembalikan buku itu?" Hermione bertanya dengan alis berkerut curiga.

Harry melirik sejenak sebelum kembali menatap buku lagi, tidak menjawab, membuat Hermione mendengus.

"Berhentilah memelototi buku itu terus-menerus. Kau bahkan sampai tidur dengannya."

Harry memelototi Hermione, tidak terima atas pernyataan sahabat perempuannya itu.

"Aku tidak tidur..."

"Jangan mengelak. Aku dengar dari Seamus bahwa kau bahkan sering begadang hanya untuk membaca buku tak jelas itu." Alis Hermione berkerut penuh curiga "coba kulihat." Hermione baru akan mengulurkan tangan, tapi seakan tersentak dengan gerakan Hermione, Harry langsung berdiri dan menjauhkan buku "The Half Blood Prince" dari Hermione.

Tindakan Harry, seakan memicu minat Hermione untuk lebih niat melihat buku tersebut. Maka, Hermione bergerak mendekat dan mulai mencoba merebut buku tersebut dari sahabat kacamata nya.

"Mione? Dari mana saja kau?"

Aksi memperebutkan buku antara Hermione dan Harry terhenti ketika sebuah pertanyaan terlontar dari Ron yang akhirnya menyelesaikan sesi ciuman panas dengan Lavender yang sekarang telah masuk ke dalam asrama putri bersama Padma.

"Tentu saja perpustakaan. Aku sudah bilang pada kalian sesudah makan malam."

Ron berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Pandangannya masih tertuju pada Hermione.

Di sisi lain, Harry tampak bernapas legah dan berterimakasih pada Ron karena telah berhasil mengalihkan perhatian Hermione.

"Kau lebih sering pergi ke perpustakaan akhir-akhir ini Hermione," kata Ron.

"Aku memang sering ke perpustakaan sejak tahun pertama."

"Kali ini berkali-kali lipat lebih sering. Dulu, kau masih punya waktu untuk nongkrong dengan kami di sini atau pergi mengunjungi Hagrid," komentar Harry. Hermione mendelik, kini merasa bahwa Ron dan Harry sedang mengintrogasinya.

"Mione, aku melihat sesuatu yang janggal saat detensi di perpustakaan sekitar dua malam kemarin," kata Ron.

Hermione tidak yakin apa yang Ron lihat, tapi Ron selalu menunjukan ekspresi jelas yang menggambarkan emosinya.

"Kenapa kau bersama Malfoy dan apa yang kalian lakukan bersama selama ini di perpustakaan?"

"Apa maksudmu?" Hermione merasa sengsi. Nada bicara Ron terdengar menuntut.

"Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat malam itu. Tapi Lavender bilang, dia juga melihatmu bersama Malfoy selama seminggu kebelakang. Kalian selalu duduk bersama di perpustakaan setiap malam."

"Hermione," panggil Harry lirih.

Ekspresi wajah Hermione luruh "aku hanya membaca, dia hanya kebetulan duduk di sana bersamaku," bohong, kebohongan pertama yang Hermione katakan pada kedua sahabatnya.

"Kebetulan macam apa jika terus terjadi? Seolah kalian memang sengaja duduk di tempat yang sama. Serius Hermione? Ini sama saja kau menghabiskan malam dengan Malfoy."

"Jaga kata-katamu, Ron!"

"Hermione," Harry memanggil lagi, membuat perhatian Hermione, kini beralih padanya "Aku tidak tahu apa ini bisa menyadarkanmu atau tidak. Tapi Malfoy itu pelahap maut."

Ada kerutan yang muncul di pelipis Hermione, tanda ketidak senangannya atas apa yang Harry katakan barusan.

"Apa kau sadar bahwa apa yang kau katakan barusan itu hanyalah tuduhan tidak berdasar?" Balas Hermione "apa kau punya bukti kalau Draco Malfoy itu pelahap maut?"

"Mione, ayahnya adalah bagian dari mereka, maka sudah pastilah dia juga."

"Itu hanya spekulasi yang muncul dari kegelisahanmu. Harry, dia bahkan menyelamatkan Sirius..."

"Aku setuju dengan Harry," timpal Ron "Dengar Hermione. Malfoy itu pelahap maut, maka sebelum dia menjeratmu ke sisi kegelapan, segeralah kabur darinya."

"Kalian yang harus mendengarkan." Hermione menakan kata-katanya "berhenti  menyimpulkan segala sesuatu dari kecurigaan tidak berdasar, atau kecurigaan konyol itu akan membawa kalian pada kesimpulan bahwa Draco Malfoy itu adalah Voldemort." Hermione dengan kesal berlalu, berjalan abai meninggalkan kedua sahabat laki-lakinya yang dirasanya sangat tidak masuk akal.

Mana mungkin Draco Malfoy adalah pelahap maut. Ayahnya memang pengikut kegelapan, tapi bukan berarti Draco juga bagian dari perkumpulan sesat yang dipimpin monster gila kekuasaan itu.

To Be Continued

ʟᴏsᴛ ᴀɴᴅ ғᴏᴜɴᴅ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Where stories live. Discover now