32. The truth (2)

122 12 3
                                    

Brak!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brak!

Shelby membuka pintu kamar ibunya dengan keras. Mendengar percakapan yang membuat hatinya sakit mendorongnya untuk melakukan itu. Setelah pintu terbuka, ia menelusuri setiap pasang mata yang ada di sana. Mereka seolah terkejut, tidak pernah menyangka bahwa Shelby akan mendengar semua kebenaran ini. Shelby berakhir menatap mamanya tak percaya, matanya yang memerah karena menahan tangis itu mulai menitikkan airnya.

"Dia bukan anak saya, saya tidak punya tanggung jawab untuknya. Dia hanyalah anak yang dipungut oleh Mas Anton karena sebuah kecelakaan, mengapa saya harus menyayanginya? Atas dasar apa itu menjadi kewajiban saya?!"

Mengingat kata-kata sekejam itu tadi keluar dari mulut seorang Ibu yang selama ini ia percaya, membuat dadanya sesak. Shelby akhirnya menemukan jawaban dari perlakuan Ibunya selama ini.

"Ma, Shelby nyusahin Mama sama Papa, ya?"

Mamanya terus memalingkan muka,  enggan menatap Shelby yang terlihat kacau itu.

Shelby telah hidup dengan keyakinan bahwa dia adalah anak kandung dari mama dan papanya sejak dia masih kecil. Namun, hari ini, kehidupannya tiba-tiba berubah ketika dia menemukan fakta bahwa dia sebenarnya bukanlah anak biologis dari keluarganya. "Harusnya Mama kasih tau aku dari awal, kalau gitu kan Mama gak perlu pura-pura perhatian sama aku."

Mamanya menyeringai. "Kalau bukan karena Mas Anton juga saya mungkin sudah buang kamu dari dulu."

"Anggita!" Teriak Anton.

"Memang benar, kan? dari dulu, aku gak pernah setuju sama kehadiran dia, Mas! Kamu yang selalu maksa aku buat nerima dia," sahut Anggita—mamanya Shelby.

Anton menghela napasnya lelah. "Kamu kan tau keadaannya, Git."

"Iya, aku juga tau kalau perjanjiannya cuma sampai Shelby menikah. Selanjutnya dia bukan tanggung kita lagi, Mas. Terserah aku lah mau peduli atau nggak sama perasaan dia, kenapa aku dimarahin cuma gara-gara gak mau ngasih tau dia kalau kita pergi ke Korea?"

Shelby meneteskan air matanya tanpa sadar. Kepalanya terasa pusing dan berat sekali untuk mencerna semua ini. Pertama, dia menemukan fakta bahwa dia bukan anak dari kedua orangtuanya. Kedua, dia harus menerima kenyataan bahwa semua perhatian dan kasih sayang terhadapnya selama ini hanya karena perjanjian itu. Dia juga harus menerima fakta bahwa mereka tidak benar-benar menyayanginya. Shelby rasa, kepalanya bisa meledak saat ini juga.

"Sayang, ayo kita pulang ke rumah, ya?" Bunda Lilith berusaha untuk meraih tangan Shelby. Namun, menantunya itu malah menepisnya pelan.

Shelby menyeka air matanya dan memaksakan senyumnya pada Bunda Lilith. "Bunda gak perlu pura-pura lagi, ya? Aku gak pa-pa."

Shelby menatap seluruh orang di ruangan itu. "Papa sama Ayah juga, maaf Shelby ngerepotin kalian. Mulai sekarang, kalian semua gak perlu pura-pura lagi. Aku sendirian juga gak apa-apa."

Dikejar Warisan [END]Where stories live. Discover now