the twins story (pengakuan) [8/...]

5 1 0
                                    

Note : cerita ini berisikan keseharian si kembar bersama teman maupun keluarganya. Cerita ini tak ada sangkut pautnya dengan oneshoot/twoshoot diatasnya maupun keluarga Taeby.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

selamat membaca

"Jaeden, kesini sebentar" panggil bunda kepadanya. Jaeden yang mendengar hal itu langsung menatap sekilas Marvin dan pergi menghampiri mamanya. Ia sengaja mempercepat langkahnya tak mau membuat sang bunda menunggunya. Sesampainya dibawah ia melihat sang bunda dan disampingnya ada Nunu dan seseorang yang tampak asing dimatanya.

"Ada apa nda?" tanyanya seraya berjalan mendekat kearah mamanya.

"Jelasin ke bunda apa yang kamu lakuin sampai anak orang masuk rumah sakit Jae" Ia terkejut mendengar penuturan sang bundq karena bagaimana mungkin bundnya mengerti akan hal ini. Sampai matanya menangkap seseorang disamping Arkhanu.

"Oh ternyata bajingan kecil ini ngadu ke mama? hhh ternyata nyali lo gede juga. emang kagak punya malu sih"

"Jaeden! bunda dan papa gak pernah ya
ngajarin kamu seperti itu" sergah sang bunda kesal melihat kelakuan putranya.

"hhh lagian dia memang pantes dapetin hal itu. Gak perlu buang tenaga-

"Jaeden stop" teriak marah sang bunda pada putranya saat ia melihat Jaeden hendak menyerang kembali Jason, mantan kekasih Akrhanu (Nunu)

"Mas den.. udah mas. Kasian anak orang nanti mati mas" Nunu pun berusaha keras untuk melerai dan menghalangi kakak sepupunya.

"Minggir nu" bukannya mendengarkannya, Nunu masih berusaha untuk menghalangi sang kakak sepupu karena ia tak mau adalagi pertengkaran yang mengakibatkan hal burul terjadi pada kakak spepunya itu. Lagi dan lagi usaha Nunu gagal karena Jaeden mendorongnya dan langsung menghajar Jason. Bunda dan Nunu pun panik dan terus berusaha melerai mereka ketika melihat Jaeden semakin membabi buta menghajar Jason.

"JAEDEN STOP NAK"

"VIN TOLONG BUNDA VIN" teriak sang bunda berulang kali dengan kencang berharap sang putra mendengarnya. Jujur ia sudah kewalahan menghadapi ini semua.

"Nu, panggil Marvin. Cepat panggil Marvin" perintah bunda pada Nunu yang langsung diangguki dan secepat mungkin Nunu berlari ke kamar kakak sepupunya.

"bang pin bang pin tolong"  teriak Nunu sambil mengetuk pintu itu dengan keras hingga sang kakak keluar dari kamar. Saat pintu di buka, Nunu langsung menarik tangan Marvin dan berlari ke bawah. Melihat hal itu, Angga dan Galih pun langsung mengikutinya.

Sesampainya di bawah mereka bertiga terkejut melihat Jaeden terus menghajar seseorang yang kini terkapar tak berdaya dibawahnya. Mereka bertiga pun dengan cepat berlari memisahkaannya. Marvin pun memukul Jaeden hingga limbung kebelakang. Kesempatan itu digunakan Angga, Galih, dan Arkhanu untuk membawa Jason ke rumah sakit.

"Gila lo. anak orang udah sekarat masih lo abisin begitu. Lo pikir keren? bangun lo" mendengar hal itu, tentu semakin membuat emosi Jaeden semakin membara. Ia layangkan beberapa pukulan yang mampu Marvin halau.

"Ah sial" murka Jaeden karena tak berhasil memukul Marvin hingga akhirnya ia meninju meja kaca disampingnya guna meluapkan emosinya. Bunda yang melihat tangan Jaeden berdarah pun panik.

"Vin, ambilin kotak p3k cepet" tak mau banyak berbicara Marvin menuruti permintaan sang bunda dan tak lama kemudian ia kembali dengan kotak obat ditangannya. Ia membiarkan sang bunda mengobati tangan kembarannya.



--- beberapa jam kemudian ---


Kondisi mereka kini jauh lebih baik. Dimana Arkhanu, Galih, dan Angga pun telah kembali dari rumah sakit. Jaeden pun sudah jauh lebih tenang serta luka ditangannya telah selesai ditangani.

"Apa salah satu dari kalian tak ada yang mau memberi tahu bunda apa yang sebenarnya terjadi? dan bagaimana kondisi pemuda tadi?"

"Untunge wes oleh penanganan tan-
(untungnya sudah dapat penanganan tan-)"

"alah mending lo diem Gal. Jadi Jason udah dapet penanganan, Tan. Untuk keluarga mereka awalnya memang mau nuntut dan bawa masalah ini ke ranah hukum." sela Angga sebelum Galih melanjutkan perkataannya yang jelas tak akan dimengerti. Ia terdiam sebentar lalu menatap Arkhanu seolah meminta pria kecil itu untuk berbicara.

"Tapi Nunu bilang ke mereka, kalau mau laporin bang eden nantinya nunu bakal laporin Jason juga karena..." Nunu sengaja menggantungkan perkataannya. sejatinya ia masih belum sepenuhnya sanggup dan masih malu untuk menceritakan hal ini.

"Jason ngelecehin dan ngelakuin kekerasan ke Nunu. Bahkan mama bisa lihat luka-luka ditubuh Nunu itu adalah hasil perbuatan dia" Jelas Marvin karena ia tau adik sepupunya belum sanggup mengatakan yang sejujurnya. Sang Bunda yang mendengar hal itu tentu terkejut dan langsung memeluknya erat. Ia sungguh kaget dengan apa yang terkadi pada keponakan kecilnya.

"Alasan Jaeden lepas kendali seperti tadi dan mama tau sendiri muka di penuh lula kapan hari ya karena itu Bun. Jaeden gak sepenuhnya salah karena dia mau ngebela dan jagain Nunu" Imbuh Marvin menjelaskan semuanya.

"Maaf bun... Eden tau bunda dan papa gak pernah ajarin Jaeden maupun Marvin begitu. Tapi Eden hanya mau jagain adek-adek seperti apa yang bunda dan papa bilang. Maaf kalau cara Eden salah, tapi memang bajingan itu pantes dapetin hal itu sih hh" hingga akhirnya Jaeden pun mengakui perbuatnya meskipun tetap ia melakukan pembelaan atas dirinya.

"oh cah gendeng kok cek sempete ngomong ngunu (oh anak gila, kok sempetnya bilang gitu)"

"Apaan si anjing? kagak paham gue"

"Eden" peringat sang bunda saat mendengar putranya berkata kasar.

"hehe ya maaf bun, lagian si Galih betingkah teros" jawab Jaeden yang langsung mendapat nyinyiran dan geplakan dari Galih.

"Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya bicara kasar ya, Den. Khanu, maafin tante ya sayang karena kamu harus mengalami hal buruk ini. Mama dan Papa kamu tahu hal ini? kalau belum nanti tante yang bakal bilang ke mereka. Maaf tante dan om belum bisa jagain kamu dengan baik selama ini. Apa karena ini kamu gak mau tinggal disini? apa dia juga mengancammu selama ini sayang?" Arkhanu hanya diam dan kembali menangis didalam pelukan bunda si kembar. Mengetahui hal ini, bunda pum dapat menyimpulkan jawabannya. Ia sungguh bersalah karena bagaimana bisa keponakannya harus mengalami hal seburuk itu.

"Jaeden dan Marvin kalian anak baik kesayangan bunda dan papa. Pinter banget mau jaga adik-adik tapi sayang bunda maupun papa gak suka dengan cara kalian, terutama kamu Eden.. Gak semua selesai dengan kekerasan, hal itu bisa nimbulin masalah yang baru." mendengar hal itu Jaeden dan Marvin hanya terdiam dan membiarkan sang bunda menyelesaikan perkataannya.

"Maaf bunda" ujar mereka bebarengan.

"Kemari, mendekat bunda mau kasih tau sesuatu" panggil sang bunda pada kedua putra kembarnya. Mereka berdua pun mendekati bunda dan adik sepupunya.

"Bunda bangga dengan yang kalian lakuin untuk melindungi saudara kalian. Tapi bunda harap jangan diulangin lagi ya sayang" ucap sang bunda yang langsung memeluk erat tubuh putra-putranya.

"terima kasih jagoan bunda" imbuhnya lagi dan mengecup pipi si kembar bergantian.

"Alah bunda ngapain dicium sih" protes si kembar karena melihat Galih dan Angga tertawa mengejek mereka. Sedangkan sang bunda hanya tersenyum sembari mengeratkan pelukannya pada si kembar.

"Kemari Galih, Angga" panggil sang bunda yang tentu dianggukin mereka berdua. Hingga akhirnya mereka semua (Galih, Arkhanu, Angga, Jaeden Marvin) memeluk bunda secara bersama-sama.

--- TBC ---

Le MomentWhere stories live. Discover now