Kenapa?

1.1K 112 47
                                    

Olaaaaaaaaaaa, Readers~

Dah lama yah ternyata Nee nggak kesini?

Ehem, jangan digebukin plis

Anyway, kalau Nee muncul berarti ada yang baru nih~

Selamat membaca~

Boboiboy milik Monsta

"Caranya dapetin hati orang itu gimana?" : berbicara

'Hamba apa kabar?' : membatin/berfikir

Enjoy~

#

Cahaya menendang batu yang tak bersalah kala fokusnya tertuju pada kakak - kakaknya yang berlari mengitari taman itu. Memang terdengar seperti anak kecil —[meski dirinya ini lebih tua dari tubuh yang dia tempati ini] —tapi melihat kakak - kakaknya bugar itu memberikan kepuasan serta rasa jengkel tersendiri.

Kenapa pula tubuhnya tak se-durable ataupun tak sekuat milik saudaranya? Tuman. Tubuhnya serasa akan bertemu dengan sang khalik saat usai berlari satu kali putaran!

Sungguh sangat mengecewakan dan menghina harga dirinya yang setinggi tiang listrik dekat rumah!

Jika kakaknya yang dia tahu itu melihat atau mendengar ini bisa - bisa Cahaya lebih memilih menikam diri sendiri daripada diejek dengan kata berbuai—

"Ututututu~ adeknya siapa sih ini baru satu putaran dah mleyot"

Cahaya bisa membayangkan wajah menyebalkan Blaze yang tengah mengejeknya tapi itu hanya angannya, nyatanya kakak - kakaknya —[yang sekarang di masa semuanya masih damai tanpa ada darah yang berceceran] —malah yang pertama menghentikannya sebelum dia berpikir lebih jauh untuk melanjutkan sejauh mana tubuhnya yang saat ini dapat dipaksa.

Mereka menggenggam pundaknya dengan raut wajah tak senang dan khawatir. Yang tertua bahkan mengusap keningnya.

"Wajahmu, pucat dah jangan lari lagi" sanggah kakak pertamanya. Raut wajahnya biasa saja tapi terpancar ketidaksukaan dengan apa yang dia lihat.

"Lagipula larimu aneh kek—"

"—zombie...", Petir memotong ucapan Api.

Kali ini Cahaya dan kakaknya yang keempat menatap si sulung.

"Bang situ tak selesai - selesai nonton series zombie itu kah?"

"Belum selesai" Petir berdehem lalu memberikan botol airnya ke adiknya yang terakhir.

Cahaya menerimanya. Bergumam "Terima kasih" sebelum meneguk isinya.

"Mau ku gendong pas pulang nanti?"

Cahaya menatap Petir heran. Ini akan menjadi yang kedua kalinya dia digendong —[itupun kalau ia mengiyakan tapi kalau bisa tidak. Memori indah ini lama - lama akan membuat Cahaya takut untuk melangkah kedepan dan lebih memilih untuk berdiam pada waktu ini] —Tumben - tumben kakaknya itu jadi seperti ini, macam bapak yang siap dan tanggap. Cahaya jadi kepikiran apakah segitu mengkhawatirkannya kah kondisinya di mata keduanya hingga si sulung turun tangan? Atau—

"Nanti kalau kau ku gendong makin pingsan pula"

Oh ya dia melupakan satu hal itu.

"Ya bau keringatmu itu sangat nauzubilah" Cahaya menutup hidungnya sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya guna menetralisir oksigen pagi dari bau ketiak Api.

"Heh, jangan begitu pula lah!"

"Situ duluan yang mulai, Kak"

"Tapi ya nggak usah merendahkan juga—"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Save and ProtectWhere stories live. Discover now