Hari Baru

2.1K 175 44
                                    

Readersssssssssssssssssssssssssssss, tercinta!!!!!

Author nongol lagi membawakan sebuah chapter~

Hiyahiyahiyahiya kalian dah pada nungguin kah????

Moga aja nih book nggak ditinggal (T^T)

Yaudah, biar nggak kelamaan~

Boboiboy milik Monsta

"Sungguh aku tak apa...": berbicara

'Omong kosong': berfikir/membatin

Enjoy~

#

Solar mengerjapkan matanya saat sinar matahari mengenai wajahnya.

'Hangat....' sudah lama sekali dia tak merasakan kehangatan sang surya yang menemani Bumi. Belum selesai dia menikmati sedikit kehangatan yang merambat ke tubuh, sebuah ingatan muncul dalam benak membuatnya terjungkal dari kasur.

'Seharusnya aku mati!' Solar meraba tubuhnya. Mencari luka tapi dia tak menemukan apapun, hanya kulit dan tubuh yang masih belum memiliki bekas pertarungan. Solar mencoba mengingat – ingat apa yang sebenarnya terjadi.

'...ah aku menerima tawaran nggak jelas dari sosok yang nggak jelas pula..' Seharusnya dia curiga, namun entah mengapa Solar malah menerima tawaran itu.

'Aku dah gila nih...' Solar tidak akan menyangka kalau yang namanya time travel atau kembali kemasa lalu itu memang benar adanya. Tak lama setelah itu dia tersentak kaget dan cemas. Dilihatnya kamar yang memberikan kenangan manis dan pahit masih berdiri kokoh tanpa ada bekas apapun. Masih seperti apa yang dulu dia ingat. Sekelebat ingatan memberitahunya bahwa dalam beberapa tahun yang akan datang rumah Tok Aba ini pasti akan hancur dengan tanah akibat serangan dari alien. Solar mendengarnya, ya dia mendengar candaan tawa, omelan halus, dan gerutuan keras dari bawah. Seketika itu juga pemilik mata silver itu merasa hatinya tak bisa menahan ingin ia bertemu dengan mereka. Mereka yang tak ia temui selama beberapa tahun lamanya. Jujur saja, Solar masih belum menyiapkan mentalnya bertemu mereka. Walaupun secara mental dia berumur 27 tapi dia merasa sangat lemah untuk melihat saudaranya lagi, bahkan untuk berduka atas kematian mereka belum ia lakukan sama sekali. Solar tahu, kalau menahan itu semua akan menjadi penyakit yang tidak baik untuk tubuhnya. Hatinya sudah sangat hampa untuk mengenal emosi lagi. Hanya dipertarungan terakhir itu saja dia bisa meluapkan rasa sesak dihati, itupun belum semua. Solar mengutuk dirinya sendiri, karena tidak berani melangkah bahkan turun dari ranjangnya untuk menemui saudaranya yang sangat ia dambakan. Dia merasa semua kekuatan terkuras habis darinya dan hanya menyisakan sebuah cangkang kosong tentang Solar yang dulu. Hatinya bimbang. Dia tak pernah memikirkan sejauh ini, berangan – agan saja tidak pernah. Solar tidak pernah berharap bahwa dia bisa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Dia masih delusi bahwa semua ini hanya mimpi, namun setelah melihat kalender yang bertengger di ujung ruangan itu, membuatnya merasa yakin kalau semua yang terjadi sekarang adalah nyata.

'Aku benar – benar kembali ke masa lalu....'

#

Enam wajah, berparas hampir sama sedang rusuh melakukan kegiatan mereka masing – masing. Mereka sudah siaga dibawah menyiapkan diri untuk sarapan. Tanah dibantu dengan Ochobot memasak sarapan untuk orang banyak. Ya, ramai adalah hal identik di rumah Tok Aba. Tidak ada satu orang tetangga pun yang heran mengapa bisa ada tujuh kembaran di dalam rumah berlantai dua itu. Daun, Api,dan Angin sedang merencakan kejahilan mereka di sekolah, Petir yang dengan santai meminum kopinya, Tok Aba membaca koran pagi, Air yang lanjut tidur di meja makan. Pokoknya kegiatan seperti biasa, tapi tunggu dulu ada yang tidak biasa. Mereka melupakan sosok si bungsu. Cahaya biasanya akan kebawah serentak bersama dengan Air.

Save and ProtectWhere stories live. Discover now