2

460 61 6
                                    

Malam sudah larut, tapi seorang remaja manis dengan seragam sekolah masih sibuk bekerja membereskan barang-barang pada rak agar terlihat rapi dan juga memastikan tidak ada stok yang kurang.

Tangan yang penuh dengan luka lebam dari cambuk itu dengan perlahan mengambil produk yang sudah hampir kadaluarsa untuk ia simpan di dalam dus yang nantinya akan dibuang, lalu memasukan barang yang baru.

"Yoongi-ah, kemarilah.."

"Sebentar nuna, tanggung sebentar lagi" balas yoongi sedikit berteriak, lalu melanjutkan memasukkan beberapa produk ke dalam dus. Setelahnya ia pergi untuk menemui suran

"Ada apa nuna?"

"Duduklah, aku akan mengobati lukamu" ucap suran, tapi remaja mungil itu hanya  diam dengan gelengan pelan nya

"Kenapa? itu akan infeksi jika tak segera diobati yoon-ah"

"Gwaenchana, lagipula percuma saja diobati...jika nantinya aku akan mendapat luka baru" ucap yoongi melirih

"Tapi yoon, itu tetap ha_

"Tak apa nuna, aku sudah terbiasa dengan ini. Jadi, jangan khawatir hm?"

Suran menghela nafas pasrah, lalu memandang sendu pada yoongi yang kini sedang memalingkan wajahnya ke samping, karena remaja itu paling benci jika ada yang mengasihani nasibnya.

"Apa kau tak ingin melaporkannya kepolisi?"

Yoongi menggeleng, meski ingin sedari dulu...tapi ia urungkan.

"Wae?"

"Dia masih appa ku, dan mungkin dengan cara ini lah beliau menyalurkan rasa kasih sayang nya" jawab yoongi tersenyum tipis, lalu melirik jam di dinding

"Sepertinya aku harus pulang sekarang nuna, gomawo karena telah memperhatikanku"

"Eum...berhati-hatilah saat kau pulang, nuna harap kau tidur nyenyak malam ini"  suran berujar lembut, sedangkan remaja manis itu hanya tersenyum palsu.

Tidur nyenyak? sudah lama ia tak merasakannya, terakhir kali mungkin saat ia umur 7 tahun, selebihnya tak ada rasa nyaman dan aman saat ia tidur, hanya sibuk meringis dan mengerang akibat luka yang ada. Dan...semoga saja malam ini, ia bisa tertidur nyenyak seperti apa yang diharapkan suran.

"Semoga saja..." lirih yoongi

Setelahnya ia pamit, lalu keluar dari tempat kerja paruh waktunya yang sudah ia tekuni kurang lebih 5 tahun terakhir ini. Menghela nafas pelan, lalu berjalan untuk pulang ke rumah..

Atau lebih tepatnya, neraka dunia baginya..

Kepalanya menengadah ke atas langit yang gelap, tak ada satupun bintang yang bersinar...bahkan bulan juga ikut bersembunyi tak mau melihatnya.

Lelah? tentu saja, siapa yang tidak lelah jika setiap hari diperlakukan seperti itu? rasanya ia ingin bunuh diri saja, tapi jika ia melakukannya...maka orang yang menyayanginya akan sedih, dan ia tak ingin itu terjadi.

Alis nya berkerut, saat melihat sebuah mobil terparkir tak jauh dari rumahnya,  batin nya bertanya...siapa pemilik mobil itu? setahunya tidak ada yang memiliki sebuah mobil didaerahnya.

Memilih acuh, ia berjalan pelan memasuki halaman rumah, sedikit tak percaya saat manik hazel nya tak melihat sepatu sang ayah di depan pintu.

"Apa appa belum pulang?" gumamnya, melirik kanan kiri dan tak ada sepatu sang ayah di manapun

Ceklek

Tubuhnya membeku, nafasnya tercekat dengan bola mata membulat saat melihat sang ayah yang tergeletak tak bernyawa dengan darah menggenang, bahkan tangan kanan ayah nya itu sudah terputus dari tempatnya. Ia berteriak histeris, tak percaya akan dihadapkan dengan situasi seperti ini, berjongkok memukul-mukul kepalanya berharap semua yang dilihatnya adalah mimpi buruk dari tidurnya.

Dan semua itu tak lepas dari manik biru safir yang sedari tadi memperhatikan, dengan seringaian yang terpatri di wajah tampannya. Ia senang, senang dengan apa yang ia perbuat, melihat tubuh gemetar dengan raut ketakutan adalah kesukaannya, dan tangisan memilukan adalah nyanyian paling merdu menurutnya.

Perlahan ia berjalan mendekat dengan kedua tangan disaku celana, berdiri tepat di hadapan remaja manis yang tengah menangis tertunduk dengan memukul kepalanya, senyumnya semakin mengembang kala remaja dihadapannya ini mendongkak memamerkan wajah basah dengan ekspresi terkejut yang kentara.

"A-ahjussi..."

"Hai boy, suka dengan karyaku?"

Yoongi menggeleng brutal, bangkit secara perlahan lalu memundurkan tubuhnya meski kaki nya lemas bukan main.

"Kau mau kemana boy? kemarilah..."

"B-berhenti!! j-jangan mendekat!" yoongi terus mundur, tangannya berpegangan pada benda yang ada karena kaki nya gemetar, takut pada orang dihadapannya.

Ia menodongkan sebuah botol kaca pada pria dihadapnnya, tapi tak sedikitpun membuat pria yang tadi pagi tak sengaja ia tubruk ketakutan atau bahkan berhenti mendekat, pria itu malah tersenyum lebar terus mendekatinya.

"Sudah kubilang jangan mendekat!!"

"Tapi aku ingin mendekat" balas pria itu santai, terus mendekat dengan kedua tangan disaku celana nya.

Yoongi mulai melemparkan botol kaca itu pada tubuh pria di hadapannya, namun tak membuat pria itu meringis atau mengerang sakit...padahal darah mulai mengucur di pelipis nya.

Takut, dirinya semakin takut pada pria dihadapan nya. Langkah nya terhenti saat ia sudah terpojok pada sudut tembok, tubuhnya semakin gemetar dengan isak tangis yang mulai terdengar kembali.

"Ah...kau membuat darah berhargaku terbuang boy" ucap pria itu seraya mengelap darah yang mengotori pelipisnya.

"Kau sudah menyakitiku, dan...sekarang giliranku"

"Akh!" pekik yoongi saat dengan cepat pria itu menancapkan sesuatu di batang leher, dan setelah itu penglihatannya berputar dan membayang

Tangan putih nya memukul kepala kecilnya berusaha untuk tetap fokus namun tak berhasil, kelopak matanya berkedip pelan dengan rasa pusing yang mendera dan tak lama setelah itu, gelap mulai merenggut kesadarannya.

Pria itu menyeringai, lalu membawa tubuh mungil tak sadarkan diri itu ala bridal dan membawnya keluar meninggalkan jasad mengenaskan di rumah sederhana itu

"Ke mansion sekarang!" titahnya, dan langsung dituruti oleh anak buahnya.





Langkah sepatu terdengar memenuhi mansion mewah itu, para maid dan juga bodyguard membungkuk saat sang master datang dengan seseorang dalam gendongannya yang kini terkulai tak sadarkan diri.

Taehyung hanya menatap tajam kedepan, menaiki tangga untuk menuju kamar miliknya.

Dengan perlahan, tubuh mungil yoongi ia baringkan di ranjang king size miliknya lalu membelai pipi itu penuh puja.

"Aku tidak salah membawamu, lihatlah... kulitmu begitu putih dan lembut. badanmu juga bagus persis seperti sorang wanita, aku benar-benar tak menyesal membawamu....my doll"


















Halloha manteman
Gimana?
Voment ya
Next Chap?
TBC.

MAFIA LOVE ( TAEGI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang