A,AC VS Big 3

98 18 1
                                    

Krik krik, tidak ada respon yang keluar dari 2 kelas menjadi 1 itu. Bahkan suara jangkrik terdengar amat nyaring layaknya sedang berpesta pora.

"HUH?!!!" respon terlambat terdengar mengalahkan suara konser kawanan jangkrik.

"Bukankah lebih menarik jika tubuh kalian merasakan sendiri pengalaman kami dengan bertarung?"

"Harus banget? Apa imbalannya?" Tanya Mimura yang mulai bosan dengan jurusan pahlawan.

"Imbalan? Apa pahlawan harus mendapatkan imbalan?" Tanya Mirio. "Pahlawan itu harus smangat menumpas kejahatan dan tersenyum dengan gagah."

"Oh dan kalian akan kami anggap penjahat?"

Mirio menaik turunkan bahunya, "Terserah saja. Anggap saja aku penjahat keji yang berniat membunuh."

Seringai terpancar pada wajah 24 murid alumni kelas pembunuh namun misi 3 miliar yen itu mendadak gagal akibat sesuatu. Seakan kepribadian lain-kepribadian haus darah muncul dengan senyuman secerah mentari ditemani bunga-bunga serta kicauan burung musim semi.

"Jangan salahkan kami jika predikatmu kami ambil dan kau beneran mati ya." Ucap Mimura Kouki menepuk pundak Mirio itu.

Murid kelas A mengernyit tak pernah sebelumnya melihat kelas pembunuh itu seperti ini. Seakan terasuki oleh hal lain.

Memakai seragam olahraga, seluruh murid kelas A dan AC serta big 3 kini berada pada gedung Gamma.

Mirio melakukan pemanasan sebelum memulai serangannya, Sero Hanta mendekati dengan ragu.

"Apa kau yakin senpai? Aku tahu kau memang kuat, tapi kau tak tahu tentang mereka bukan?" Tunjuknya kepada murid kelas pembunuh yang tampak berdiskusi itu.

"Tentu saja sebagai calon pahlawan masa depan kita harus selalu yakin dengan perkataan kita. Dan mereka hanya anak kelas 1 bukan? Aku tidak meragukan mereka, jika mereka memang kuat bukankah itu bagus?"

Kaminari menepuk pundak sero yang tak mendapat pencerahan itu, "Aku jadi penasaran dengan mereka. Maksudku siapa yang akan menang? Mereka atau big3?"

"Aku memegang suara pada big3!" Seru Mineta. "Lagipula Hadou-senpai memiliki aset yang sempurna. Dan lagi mereka belum pernah membunuh sama sekali bukan?"

Kurahashi Hinano serta Yada Tooka menghampiri Aizawa Shota yang tampak enggan berkomentar sama sekali. "Sensei, sensei."

"Hmm? Ada apa?"

"Melukai calon pahlawan dengan melukai murid biasa lebih berat mana hukumannya?" Tanya Kurahashi dengan semangat.

"Kenapa kalian bertanya seperti itu?" Alih-alih menjawab Aizawa Shota bertanya balik.

"Habisnya kita juga harus memperkirakan apakah akan dikenai sanksi atau tidak." Ucap Yada

"Kecelakaan dalam latihan kurasa tidak ada sanksi ya selagi masih bernafas."

Mendapatkan lampu hijau, dua gadis itu tersenyum manis kembali kepada rekannya untuk berdiskusi.

Di lapangan, murid kelas A satu-persatu melawan Mirio, dan satu persatu pula mereka tumbang layaknya semut-semut kecil.

Mirio menatap dengan penuh semangat kepada juniornya yang telah tumbang dan kelelahan.

"Hoi hoi, apa kalian sudah menyerah? Pahlawan itu harus tetap bangkit walaupun penjahat ingin membunuh."

Kalimat sakral nan keramat itu terucap kembali dari mulut Mirio. Yada Tooka menghampiri big 3 yang nyaris bugil itu membawakan papan dada beserta pulpen diatasnya.

"Senpai tolong tanda tangan disini." Tunjuk Yada Tooka.

"Kau mau minta tanda-tanganku? Boleh, padahal aku belum debut." Tanpa rasa ragu Mirio menandatanganinya seolah tengah memberikan tanda tangan kepada penggemar.

Assain Vs HeroWhere stories live. Discover now