Iida dan Dendamnya

220 30 14
                                    

Hawks memakan onigiri, tubuhnya penuh dengan luka seolah melawan penjahat besar.

"Seperti janjiku, akan aku katakan apa yang membuatmu penasaran terkait kejadian itu. Mereka yang melakukannya." Ucap Aizawa Shota menepuk pundak Hawks berjongkok di depannya.

"Kejadian itu? Ah villain yang ditemukan kalah sebelum pro-hero mengalahkannya?" Tebak Hawks.

Aizawa Shota mengangguk sebagai jawaban.

"Pantas saja kau bilang Semoga beruntung padaku. Jadi senpai tujuan utama tadi, kau mau aku menerima mereka semua memasuki agensiku?"

"Bisa dibilang begitu.., jika kau tak sanggup mengurus mereka semua, kau bisa menjadi penjamin.., yah sejujurnya aku, maupun kepala sekolah bisa saja menjadi penjamin.., tapi itu akan terkesan hal lumrah sebagai tenaga pendidik bukan?" Aizawa ikut duduk bersandar disebelah hawks, karena lelah berjongkok.

"Aku mengerti, sayang ya mereka tidak ada satupun yang berpartisipasi dalam acara inti festival. Akan berbeda cerita jika mereka mengikutinya."

"Kurasa mereka tidak suka mencolok, di lain sisi mereka hanya remaja pada umumnya. Mengurusi 2 kelas itu sangat merepotkan."

"Aku setuju menjadi penjamin mereka." Ucap hawks.

***

Aizawa kembali menatap seisi kelas pembunuh, murid dengan kemampuan di atas murid lain, tapi tak ada satupun yang mau menonjolkan diri.

"Kalian semua diterima magang di dalam agensi no 3 top hero hawks– Takami Keigo. Tapi ya.., jika kalian ingin mencoba ke lain tempat, hawks dapat menjamin kemampuan kalian." Jelas Aizawa shota. Aizawa Shota keluar dari ruang kelas itu kembali ke gedung utama. Dia berjalan menuju kelas A tempat muridnya.

KRIET

Suara pintu geser bergema membuat perhatian mereka teralihkan ke arah pintu. Aizawa Shota memasuki kelas A serta beridiri di depan.

"Kalian sudah memutuskan akan magang dimana?" Ucap Aizawa Shota.

Murid 1A mengangguk mantap sebagai jawaban.

"Baiklah, aku harap kalian tidak tertinggal jauh dari kelas itu. Karena mereka sudah memulai lebih dulu."

Mineta Minoru meletakkan tangannya di belakang kepala, "Tapi mereka tidak berpartisipasi dalam festival bukan? Itu artinya posisi kami seimbang." Beberapa murid yang setuju dengan pernyataan itu mengangguk.

"Aku rasa tidak begitu, buktinya mereka menyabet juara umum karena memenangkan seluruh lomba hiburan." Hagakure Tooru menyanggah pernyataan itu.

"Lomba hiburan kan untuk berbagai jurusan. Dan lagi lomba itu tanpa quirk." Kirishima memberikan argumennya.

"Sudah-sudah, kita tidak akan tahu bagaimana hasilnya jika kita di adu. Yang jelas pengalaman, refleks dan taktikal mereka masih jauh di atas kita." Yaoyorozu Momo berkomentar.

"Jadikan magang ini untuk melebihi mereka!!" Seru Uraraka sambil mengangkat tangan dengan tinggi.

"Ong!!" Seru yang lainnya.

Di bangkunya, salah satu murid kelas A dengan quirk engine tengah hanyut dalam lamunannya. Tangannya mengepal lantaran mendapat berita terkait sang kakak Ingenium, yang saat ini terbaring koma setelah dibantai stain atau hero slayer (pembunuh pahlawan). Sebagai keluarga hero, ini merupakan pukulan terberat. Jika pahlawan saja dibantai sebegitunya, bagaimana dengan masyarakat biasa???

Midoriya Izuku dapat merasakan ada yang salah dari rekannya itu. Seakan ada hal yang disembunyikan oleh ketua kelas A. Rasa ingin membantu, tetapi dia tak tahu harus melakukan apa. Iida yang hanya diam tanpa menjelaskan membuat dirinya sebagai teman menjadi semakin kalut.

Assain Vs HeroWo Geschichten leben. Entdecke jetzt