Kekacauan Festival

235 35 1
                                    

"Cih tidak kena." Keluh Hayami saat bidikannya tidak mengenai penjahat itu.

Di tengah arena penjahat mumi itu mundur beberapa langkah, kesempatan itu dipergunakan oleh Todoroki untuk membekukan dengan sisi kanannya.

"Bakugo, kau pasti tahu pertarungan kita tidak bisa dilanjutkan bukan?" Ucap Todoroki tenang seperti biasa.

"Berisik kau setengah-setengah!! Mundur kau, Aku sendiri bisa mengalahkannya!" Bakugo kembali membuat letupan letupan kecil menyerang mumi itu. Disaat ingin menyerang, batu besar mengarah padanya. Dengan segera Bakugo menghancurkan batu itu tanpa ada masalah.

Nampak sebuah makhluk dengan wajah beruang itu memukul dadanya beberapa kali, "Maju kalian kroco-kroco!!" Makhluk mirip beruang itu memukul lantai arena hingga hancur, batuan arena dia gunakan untuk melempar ke arah dua finalis itu.

"Hee, ga seru dong kalau kroyokan?" Ucap sebuah suara menahan aksi itu.

Batuan itu tidak jadi terlempar akibat adanya pasir yang menahannya. Dengan cepat Yoshida Taisei mengubah komponen batu itu menjadi pasir miliknya. Berdiri dengan seorang gadis lengkap dengan pakian khusus miliknya, Kataoka Megu melakukan perenggangan sedikit.

Masih di dalam arena, namun sudut lain stadion, gelembung menghampiri mutan yang hendak melakukan pengrusakan lebih lanjut, mutan itu sedikit mengernyit saat melihat gelembung sabun sebelum akhirnya dia berteriak memekik kesakitan.

"Shit!! Keluar kau kroco!!" Pekiknya mengerang kesakitan.

Siluet 3 anak remaja muncul, salah satu diantaranya tengah menyeringai.

"Bunuh tidak ya?~" Ucapnya sambil memainkan pisau di tangannya.

"Hmm Maehara, tolong diingat, jangan menganggap remeh lawan." Mimura Kouki memperingatkan temannya itu.

"Tidak kok, aku hanya berpikir enaknya langsung bunuh atau kita permainkan dulu?" Maehara menggerling ke arah penjahat itu membuat Mimura menghela nafas. Entah sejak kapan teman buaya daratnya ini berubah menjadi psikopat.

Kembali ke arena utama, Bakugo mendecih, "Cih aku sendiri bisa mengalahkan mereka!!" Ucapnya.

"Benarkah? Kalau begitu bermain lah dengan anak-anakku!!" Mumi itu membuat sebuah boneka dari perban miliknya.

Mati satu tumbuh seribu, begitulah pribahasa yang dapat menggambarkan suasana arena tengah. Boneka boneka perban itu tak ada habisnya, membuat kedua finalis terengah-engah.

"Sepertinya kalian butuh bantuan?" kepingan salju turun dari arena, membekukan apapun yang disentuh olehnya termasuk boneka perban itu.

Akabane Karma berdiri tepat diantara mereka membuat perhatian 3 orang itu teralihkan.

"Kau? Ini quirkmu?" Tanya Todoroki dengan kalemnya.

"Bukan, melainkan–" Ucapannya teegantung, digantikan dengan teriakan kencang serta darah yang mengucur dari tulang belikat itu.

"ARGHHH!!" Pekik mumi itu kesakitan. Saat mundur beberapa langkah, tanpa sengaja dia merasakan aura mencekam.

Tanpa basa-basi seseorang dibelakangnya menusuk punggung penjahat itu. Bersamaan dengan bau anyir darah yang sungguh membuat sebagian orang mual.

"Kau? Dari mana kau datang?" Tanya mumi itu sembari melirik ke belakangnya.

Memberikan isyarat mendongak ke atas, mumi penjahat itu melihat adanya cermin es di langit-langit.

"Cermin?"

"Aku tidak ada dendam padamu, kau hanya sial saja bertemu denganku."

Nagisa mencabut senjatanya membuat darah muncrat, perlahan mumi itu jatuh dengan warna merah penghias lantai yang mereka pijaki.

Assain Vs HeroWhere stories live. Discover now