[9] - When He Finally Meets Her Again?

464 64 1
                                    

Hanya kurang dari seminggu, Abi mendapat kabar baik dari Bang Panji. Pesan yang disampaikannya kepada Yanti, benar-benar membuatnya bernafas sedikit lega.

"Bang Panji punya teman yang kerja di resto. Kata temannya, resto tempat dia kerja juga lagi butuh karyawan. Gajinya lumayan, nyampe umr. Kamu mau, Bi?"

Tanpa berpikir lama, Abi langsung mengiyakan tawaran itu. Pekerjaan ini tentu saja sangat berbeda 180 derajat dengan bidang pekerjaannya sebelumnya. Namun, Abi tidak akan memikirkan soal itu. Hal yang penting saat ini dia mempunyai uang untuk bisa bertahan hidup dengan Shilla.

Resto tempat Abi bekerja baru buka sejak 2 bulan yang lalu. Namun, meskipun baru buka resto ini nampakya selalu ramai pengunjung. Resto bergaya industrial itu berlantai dua, dengan lantai satu berfungsi sebagai restoran all day dining sedangkan untuk lantai duanya berfungsi sebagai music bar.

Dari rumor yang beredar pemiliknya adalah salah satu chef terkenal sekaligus anak konglomerat di Indonesia. Abi tidak pernah bertemu secara langsung, beberapa pegawai di resto ini pun nampaknya begitu. Mungkin resto inilah hanya salah satu dari sekian banyak bisnis yang mereka miliki. Tipikal orang kaya.

"Setelah bersihkan yang itu, ganti meja no.11 dan 12 lagi ya yang lo bersihin. Udah ada yang booking buat arisan nanti siang."

Abi menghentikan aktivitasnya sejenak menatap Bertha, teman kerjanya yang hanya berdiri di sampingnya tanpa melakukan apapun. Sejak hari pertamanya kerja, Abi sudah merasa Bertha memang tidak menyukainya. Wanita itu selalu menyuruhnya melakukan hal di luar job desk-nya. Tugas Abi sebagai waitress, namun tidak jarang Abi menyambi sebagai dishwasher atas perintah Bertha padahal sudah ada karyawan lain yang bertanggung jawab atas hal itu. Abi pun tidak dapat menolak karena dia menyadari dia masih karyawan baru dan dirinya tidak ingin mencari masalah.

Jadi, bisa ditebak apa yang Abi lakukan selanjutnya. Dibanding berdebat dengan Bertha Abi memilih melangkah ke arah meja dan membersihkan meja yang dimaksudnya.

Setelah membersihkan piring dan gelas kotor dari pengunjung sebelumnya, rombongan ibu-ibu sosialita dengan tampilan necis yang dimaksud Bertha mulai memasuki area restoran. Dari kejauhan Abi bisa mencium parfum yang beraroma kayu manis bercampur dengan segarnya buah peach.

"Jadi Bastian akhirnya setuju, Jeng?"

Abi mendengar bisik-bisik salah satu rombongan sosialita itu di sebelahnya. Yang dilakukanny hanyalah berdiri mematung, menunggu para rombongan ibu-ibu itu duduk baru menanyakan pesanan mereka.

"Setuju ya karena saya maksa. Anak itu kalau nggak dipaksa nggak bakal mau." Ucap salah satu wanita yang Abi tebak berusia 50-an, dengan blazer channel berwarna merah muda yang melekat di tubuhnya.

Sejak tadi, wanita itu benar-benar menarik perhatian Abi. Keriput halus yang muncul di sekitar wajahnya tidak mengurangi sedikitpun kecantikannya. Wajahnya pun terlihat familiar, namun Abi lupa pernah melihatnya di mana.

Setelah melihat mereka semua mengambil tempat duduk, Abi melangkah mendekat "Mau pesan apa, Bu?" ucap Abi seramah mungkin. Sambil mendengar pesanan mereka, Abi mencatatnya satu persatu.

"Saya pernah sekali ketemu dengan Raline, Jeng. Dia anaknya cantik terus sopan juga. Semoga kali ini cocok sama Bastian." Terdengar suara lain dari sosok wanita yang bersanggul rapi yang duduk di bagian kursi paling ujung.

"Semoga ya, Jeng. Tapi, tahu sendiri kan Bastian anaknya seperti apa."

Abi tersenyum tipis. Dia sudah bisa menebak pembicaraan ini ke arah mana. Perjodohan antar orang kaya. Kebanyakan dari mereka pastinya akan memilih calon yang berada di kalangan yang sama untuk dijadikan pasangan dan Abi sudah tidak heran akan hal itu.

Blessing in DisguiseOù les histoires vivent. Découvrez maintenant