[14] - When Drama Discovers Us?

508 59 2
                                    

Bastian:

saya ada acara keluarga hari senin. kamu ada waktu, kan?

Pesan itu masuk ke ponsel Abi, hari selasa minggu lalu. Untuk pertama kalinya Bastian akan memperkenalkan Abi dengan keluarga besarnya sebagai seorang pacar. Ya, pacar sewaan. Keluarga besar Bastian akan mengadakan arisan keluarga di mana hampir semua keluarganya berkumpul di satu tempat.

Abi tidak bisa menghilangkan perasaan gugupnya sejak tadi, bertemu dan berinteraksi dengan orang baru adalah hal yang paling dibencinya. Dan dalam beberapa jam ke depan Abi harus berlakon sebagai seorang wanita kasmaran yang menikmati masa indahnya menjadi seorang kekasih.

Abi menghela nafas sambil menatap pantulan wajahnya di cermin. Dress embroidery warna putih selutut dipadu padankan dengan cardigan warna navy sebagai outer. Rambut hitam panjangnya diikat ponytail dengan menyisakan beberapa helai anak rambut yang dibiarkan tergerai bebas.

Penampilannya tidak dibilang buruk tapi tidak juga mengesankan. Seharusnya Abi bisa memakai baju yang lebih layak, namun percayalah dress inilah baju terbagus yang dia punya diantara baju lainnya. Abi menghela nafas, semoga Bastian menyukai penampilannya.

***

Mobil Bastian sudah terparkir di depan resto saat Abi tiba di sana. Sesuai dengan janji mereka, mereka akan bertemu di depan restoran. Hari ini Abi tidak masuk kerja, entah apa yang dikatakan bastian kepada bossnya, sehingga dia diberi izin hari ini.

Abi mendekat lantas membuka pintu mobil. "Maaf, kamu lama ya nunggunya?"

"Not that long ago." Pria itu terdiam sesaat, sambil mengamati penampilan Abi dari atas ke bawah.

"Saya nggak punya banyak baju. Ini baju terbaik yang saya punya." Abi tersenyum kecut. Dia bisa mengerti tatapan Bastian. Dia pasti salah kostum.

Bastian menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kita ke mall sebentar. Masih ada waktu," ucapnya lalu menyalakan mesin mobilnya, meninggalkan area parkiran.

Langkahnya teratur, mengikuti Bastian yang terlihat telaten memilih baju untuknya. Abi tidak pernah membeli baju branded seperti ini, itulah sebabnya dia hanya mengikuti instruksi Bastian karena
merasa pria itu lebih tahu.

"Ini nggak kebanyakan?" tanya Abi setelah Bastian menyerahkan 5 set dress kepadanya.

"Baju yang lain untuk pertemuan selanjutnya. Kamu nggak mungkin pakai baju yang sama ke semua pertemuan." Bastian mengeluarkan ponsel dari saku celananya saat nada deringnya berbunyi. Pria itu menatap layar ponselnya sekilas sebelum kembali menatap Abi. "Saya tunggu di sini. Kamu ganti baju dulu."

Abi mengangguk, sambil berlalu menuju ruang ganti.

Abi menatap deretan dress di hadapannya, menimbang yang mana akan dikenakannya untuk acara hari ini. Pilihan Abi jatuh kepada long sleeve dress berwarna denim. Abi mengakui pilihan Bastian tidaklah buruk. Long sleeve dress itu melekat sempurna di tubuh proporsionalnya.

Abi kemudian melepas ikatan rambutnya dan mulai merapikan helaian yang kusut. Mungkin lebih baik dia menggerai rambutnya saja.

Setelah merasa puas dengan penampilannya. Abi melangkah keluar, Bastian sudah menunggu di depan kasir, masih dengan keadaan menelepon.

"Hmmm," Abi berdeham pelan, memberitahukan keadaannya.

Pria itu menoleh, menatap Abi lekat-lekat. Seketika, tatapannya membuat Abi salah tingkah.

"It suit you," ucapnya kemudian menoleh sambil menyerahkan kartu kreditnya ke kasir.

Abi merasakan aliran darah ke wajahnya meningkat. Wajahnya pasti sangat merah saat ini.

Blessing in DisguiseWhere stories live. Discover now