[10] - When He Finds His Reason?

481 59 4
                                    

"Kamu mau pesan apa?" suara Raline menyadarkan Bastian.

Bastian mengerjap, menatap Raline yang terlihat menunggu jawabannya. "Samakan sama kamu saja."

Entah mengapa nafsu makannya hilang seketika. Perhatian Bastian kembali kepada wanita yang hingga saat ini tidak dia ketahui namanya itu. Wanita itu terlihat serius mencatat beberapa pesanan yang disebutkan Raline, seolah mengabaikan kehadiran Bastian yang justru menatapnya lekat.

Apakah wanita itu tidak mengenalinya?

"Kamu kenal sama dia?"

Bastian mengernyit. "Hmmm?"

Raline menunjuk wanita itu yang berjalan menjauh. "Waitress tadi, kamu kenal sama dia?"

Bastian menatap Raline, bingung. Apakah Bastian dikatakan mengenal wanita itu jika namanya saja tidak dia ketahui? Mereka hanya pernah bertemu sekali dan Bastian yakin wanita itu pasti tidak mengetahui namanya  karena dia pergi sebelum mereka sempat berkenalan.

"Saya tidak kenal dia," jawab Bastian, akhirnya.

"Really? Wajah kamu kelihatan marah saat liat dia tadi. Dia juga kelihatan nggak nyaman kamu tatap seperti itu," ucap Raline.

"Saya? Marah?" tanya Bastian, terkejut. Apakah wajahnya sekentara itu?

"Mungkin bukan marah. Tapi...kaget?"

"Oh...itu. Dia mirip dengan seseorang yang saya kenal," ucap Bastian, berkilah.

Raline mengangguk-angguk. Pembicaraan kembali berlanjut saat Raline membahas tentang kesibukannya saat ini untuk mengambil gelar spesialisnya dan berencana untuk membuka praktek sendiri beberapa tahun kedepan. Bastian juga sesekali menjawab pertanyaan Raline kepadanya, tentang apa kesibukannya akhir-akhir ini.

Raline nampaknya banyak tahu tentang dirinya, wanita itu bahkan tahu tentang project yang saat ini sedang dikerjakannya. Bastian mengakui Raline adalah teman bicara yang baik, wajahnya selalu terlihat antusias tiap kali dirinya bercerita atau mendengarkan sesuatu. Namun, baginya Raline hanya cocok dijadikannya sebagai teman, tidak lebih dari itu.

Fokus Bastian terpecah saat wanita itu muncul lagi dari arah yang Bastian tebak dapur. Di tangannya terlihat membawa buku menu untuk dia berikan ke pengunjung lainnya.

Mungkin merasa dirinya diperhatikan, wanita itu menoleh ke arah Bastian. Namun, Bastian dengan cepat mengalihkan pandangannya.

Apakah wanita itu akan datang lagi ke mejanya? Hormon adrenalinnya meningkat seketika.

Bastian bahkan menunggu tidak sabar makannya tiba, hingga dia bisa melihat wanita itu lagi. Namun, kecewa justru didapatkan Bastian ketika makanannya tiba bukan wanita itu yang dia dapatkan.

***

Dinner-nya bersama Raline sudah selesai sejak dua jam yang lalu. Namun, bukannya pulang Bastian memilih duduk berdiam dan menunggu di dalam mobilnya. Bastian tidak tahu setan apa yang merasukinya. Namun, perasaanya benar-benar tidak karuan semenjak pertemuannya kembali dengan wanita itu.

Bastian juga bersyukur, Raline tidak meminta untuk diantarkan pulang. Meskipun dirinya sudah berniat jika memang Raline tidak membawa kendaraan, dia harus mengantarkan wanita itu selamat sampai di rumahnya. Ya, meskipun Bastian sejak awal tidak menyetujui rencana Mamanya terhadap perjodohan ini, dia tetaplah pria yang bertanggung jawab. Dia tidak mungkin membiarkan Raline pulang sendirian. Namun, sebelum itu terjadi, niatnya digagalkan begitu saja.

"Kita pulang sendiri-sendiri saja. Saya bawa mobil kok," ucap Raline tadi.

Dan disinilah Bastian sekarang, menunggu hingga wanita itu pulang dan menyelesaikan pekerjaannya. Dia akan bertanya kepada wanita itu secara gamblang, apakah wanita itu benar yang ditolongnya beberapa hari yang lalu. Karena percayalah, hatinya tidak akan tenang jika Bastian belum mendapatkan jawabannya.

Blessing in DisguiseWhere stories live. Discover now