[1] - When The World Is So Cruel?

2.1K 114 13
                                    

"Aku bener-bener minta maaf, Bi. Aku juga nggak pengen hal ini terjadi, tapi kamu tahu kan aku nggak bisa apa-apa." Adam menyugar rambutnya, frustasi. Wajahnya terlihat sangat menyesal. Namun, Abi tau, pria itu juga tidak punya pilihan lain.

"Aku udah coba bahas ini sama Pak Susilo, tapi dia juga nggak bisa bantu banyak. Keputusan ini murni dari direktur yang baru," lanjut Adam.

Abi meremas jarinya yang terasa dingin. Harusnya dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Beberapa bulan terakhir, Idiom Creative Agency mengalami kesulitan finansial membuat Pak Susilo harus menjual hampir seluruh sahamnya kepada beberapa investor. Kedatangan direktur yang baru juga membawa beberapa kebijakan pada perusahaan. Salah satunya, memangkas beberapa karyawan yang menurutnya tidak memenuhi syarat dan Abi termasuk ke dalamnya. Alasannya simpel, Abi hanya lulusan SMK.

Abi bekerja di perusahaan ini hampir 5 tahun. Dia masuk bersamaan dengan Adam, saat perusahaan ini baru berdiri 5 bulan. Namun, dalam jenjang karir dia sangat tertinggal jauh dari Adam. Adam adalah lulusan salah satu universitas ternama di Indonesia membuat Pak Susilo sejak awal memberinya kepercayaan penuh untuk membantunya mengembangkan perusahaan. Hingga saat ini, Adam sudah menjabat sebagai marketing manager sedangkan Abi harus mengalami kepahitan karena pemecatan ini.

"Soal gaji bulan ini aku masih bisa dapat kan, Dam?" Abi mengangkat wajahnya, menatap Adam lekat. Jika sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk kembali bekerja, maka Abi akan meminta haknya. Gajinya memang tidak seberapa tapi Abi sangat membutuhkan uang itu. Tabungannya sudah terkuras habis untuk pengobatan Shila bahkan menyisakan beberapa utang yang belum juga dia bayar.

"Aku juga udah bahas ini sama Pak Susilo. Dia bisa bayar gaji kamu untuk bulan ini. Tapi nggak full, cuman 50%. Nggak apa-apa kan, Bi?"

Abi mengangguk lemah. Dia tidak punya pilihan lain. Di PHK di tengah bulan seperti ini membuat Abi tidak bisa menuntut gajinya dibayar full, terlebih lagi perusahaan sedang mengalami krisis finansial seperti saat ini.

Abi bangkit dari duduknya. Dengan langkah gontai Abi berjalan mendekat ke arah pintu. Namun, langkahnya terhenti saat Adam memanggilnya. "Kalau nemu lowongan, bakal aku terusin ke kamu kok, Bi. Aku janji."

Abi mengangguk, tersenyum simpul. "Makasih, Dam."

Abi tahu kalimat yang diucapkan Adam hanya untuk menenangkannya. Nasib pria itu bahkan sama tidak jelasnya dengan dirinya. Bedanya, jasa Adam masih dibutuhkan di perusahaan ini. Abi melanjutkan langkahnya di saat kepalanya sudah dipenuhi berbagai pertanyaan bagaimana caranya untuk bertahan hidup ke depannya jika pekerjaan saja dia tidak punya.

***

Sambil memegang sebuah kardus coklat di tangannya, kardus yang berisi barang peninggalannya di kantor, Abi memasuki gang sempit yang menghubungkan jalan raya dengan rumah kontrakannya. Gang itu berukuran 1,5 m, hanya cukup dilewati motor dan pejalan kaki. Dapat dilewati mobil pun juga tidak ada bedanya, Abi dan tetangganya tidak akan sanggup membeli sebuah mobil. Untuk makan saja mereka sering kesulitan.

Dari kejauhan, Abi mengernyit saat pintu rumahnya terbuka. Tidak biasanya hal ini terjadi. Shilla akan selalu menutup pintu rumah mereka rapat-rapat jika tinggal sendirian. Seketika, jantung Abi berdegup kencang.

Apakah wanita itu datang lagi?

Tidak. Ini tidak boleh!

Wanita itu tidak boleh ke sini!

Dengan sisa tenaga yang Abi miliki, dia berlari sekuat tenaga menuju rumahnya. Pintu yang terbuka lebar membuat Abi tanpa basa basi melenggang masuk ke dalam rumah. Kardus coklatnya dia letakkan sembarangan.

Blessing in DisguiseOù les histoires vivent. Découvrez maintenant