Khadijah tersenyum mendengarnya lalu mengangguk kecil, "iya, yah. Bunda juga seperti ayah, benar yang ayah bilang. Karena ketetapan Allah lah yang terbaik dari harapan kita." Azriel tersenyum mendengarnya.

"Kira-kira Annora sekarang sedang gugup gak ya, bun?"

"Pasti tuh, yah. Bunda saat ayah mau datang ke rumah. Maa syaa Allah, jantung ini gak berhenti berdetak dengan hebatnya. Perasaan ini udah cemas, gelisah, campur aduk," ucap Khadijah menceritakan hal yang sekarang telah menjadi kenangan.

"Kalo begitu ayah lebih parah gugupnya, bun," ucap Azriel tak mau kalah.

"Masa sih," goda Khadijah.

"Iya, bun. Ayah di malam harinya itu, besoknya mau ke rumah bunda. Maa syaa Allah, gak bisa tidur. Kepikiran mulu bagaimana yang terjadi besok dan apa jawaban bunda. Mana ayah latihan malamnya untuk mengatakan, mau kah kamu menjadi ibu dari anak-anak ku nanti," ucap Azriel membuat Khadijah tersenyum sipu karena salah tingkah.

"Eh, bunda saltingnya masih sama kayak dahulu ih gemas," ucap Azriel yang terus-menerus menggoda Khadijah.

"Ayah jangan gitu ih, malu bunda," Khadijah memukul perlahan lengan Azriel.

"Masa malu sama suami sendiri sih, sayang," ucap Azriel dengan begitu lembut.

"Arghhhh sudah cukup,"teriak Khadijah lalu segera beranjak dari tempatnya meninggalkan Azriel. Lama-lama di dekat suaminya yang terus menggoda ini bisa saja pingsan.

"Aiiii apa yang aku lihat barusan," celetuk Reyhan.

Mendengar hal itu Azriel segera membalikkan tubuhnya ke arah anaknya Reyhan yang masih bocil kelas 2 SMP ini.

"Eiii anak kecil, gak baik nguping pembicaraan orang dewasa," ucap Azriel lalu tergelak puas. Reyhan pun ikutan tertawa.

"Manis juga ayah sama bunda ternyata, uhuy," goda Reyhan.

***

Di cermin itu telah memperlihatkan Annora dengan abaya indahnya yang berwarna cream dengan balutan Khimar yang dibentuk seindah mungkin menutupi kepalannya dan dijulurkan menutupi dadanya. Polesan make up natural tak kalah indah di wajah Annora.

Sebenarnya Annora tidak mau berdandan terlalu indah seperti ini, tetapi Khadijah menginginkan anaknya tampil lebih indah hari ini. Akhirnya, Annora menuruti kemauan bundanya itu.

Terlihat pancaran bulan sabit dan mata menyipit di cermin itu. Annora telah menyiapkan jawaban untuk pemuda yang datang nanti. Atas petunjuk dari Allah, dia menemukan jawaban yang dia anggap benar-benar tepat.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu itu membuat Annora berkata untuk mempersilahkan si pelakunya memasuki kamarnya. Ternyata Khadijah. Dengan seulas senyum, Khadijah menghampiri Annora.

Ditemukannya wajah cantik Annora, Annora tersenyum kepada Khadijah. Khadijah memegang dagu Annora dengan lembut seraya menyeka bulir air yang nyaris saja jatuh dari pelupuk matanya.

Annora menggeleng tanda dia tidak mau bundanya menangis.

"Bunda terharu, nak. Ternyata gadis kecil bunda sekarang sudah sebesar ini," ucap Khadijah. Annora hanya tersenyum.

"Kamu siap, nak?"

"In syaa Allah bunda."

"Baiklah, tamunya telah datang. Mari kita ke bawah untuk menemuinya."

Deg!

Serasa waktu berhenti, detakan hebat sekarang ia rasakan. Tubuhnya serasa membeku di tempat setelah mendengar perkataan Khadijah.

Annora Untuk Ravindra [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang