8 || kece?

546 184 4
                                    

"Ahhh! Segala lupa bawa duit lagi! Mana black card juga ketinggalan di laci kamar"

"ARRKHH! SIALAN!" Kesal Tahmidz, terlihat pria itu yang tengah mengobrak-abrik tasnya, mencari-cari apakah ada selembar uang yang terselip untuk ia membeli sebungkus rokok, benar-benar sangat menjengkelkan, karena dirinya yang benar-benar melupakan kedua benda berharga untuknya, uang dan kartu ATM black card miliknya

Bagaimana bisa ia melupakan barang paling penting yang sangat ia butuhkan jika saat berada di luar Rumahnya, tidak seharusnya ia melupakan hal itu

Tetapi, tiba-tiba saja terlintas dalam benahnya, baru saja teringat bahwa saja Aliya si cewe kuno kampungan itu yang juga berada di satu Sekolahan yang sama dengannya, maka dari itu Tahmidz berpikir untuk mengambil uang saku milik Aliya, untuk dirinya membeli sebungkus rokok

"Mana satu coba Kelasnya?!"

Terbiasa pria itu yang membully anak-anak di Sekolahnya, namun, tidak dengan pemalakan, walaupun seringkali ia yang bertengkar hebat hingga beresikokan masuk ke dalam Rumah Sakit, tetapi, ia tetap mengingat akan ajaran yang paling diutamakan di dalam Pondok Pesantren milik Abi nya, untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya

Tetapi, kali ini Tahmidz berpikir bahwa Aliya adalah seorang gadis yang memiliki hutang budi padanya, karena sudah tinggal di Rumahnya dan beruntungnya ia dianggap sebagai anak oleh kedua orang tuanya, maka dari itu, tidak masalah baginya jika mengambil uang saku gadis kampungan itu untuk ia jajankan

"Nah itu dia, si monyet purba!" Tertemukan sudah Tahmidz yang melihat Aliya, tampak gadis bercadar itu yang tengah berjalan mengarah ke tempat wastafel pencuci tangan, tempat pencuci tangan itu yang tidak jauh jaraknya dari kantin samping Sekolah

Baru ia tersadar bahwa saja Kelas Aliya yang tepat sekali bersampingan dengan Kelasnya (Kelas XIIA MIPA, Tahmidz) dan (Kelas XIIB MIPA, Aliya)

"Cuci tangan, cuci tangan, cuci bersih tanganmu, jangan sampai, jangan sampai, jangan sampai kuman menempel.." Bernyanyi kecil gadis bercadar itu yang tengah menggosokkan kedua telapakan tangannya menggunakan sabun cair yang tersedia di samping keran wastafel berlapiskan granit itu, mengusap bersih sela-sela ruas jari tangan dan ujung kukunya

Seperti pada kerutinannnya yang melakukan pembiasaan itu sebelum dan sesudah makan, dengan mencuci bersih tangannya yang diiringi dengan lirikan singkat lagu kegembiraannya

Terbiasa ia lakukan kegiatan itu bersama dengan adik-adik Pantinya yang duduk makan bersama di teras halaman Rumah, ramai-ramai duduk semuanya membentuk lingkaran besar, dengan do'a yang sentiasa dipimpin olehnya

"Weh! Sini lo!" Sarkas Tahmidz yang mempercepat tindakannya, menarik lengan Aliya, mengumpatkannya dipojokkan tembok

"Hiii! Mau apa kam-!"

Seketika itu, mulut Aliya yang langsung ditutup rapat oleh Tahmidz, kedua bola matanya yang menatap tajam gadis itu

"Heeh! Sini lo nyet, mana duit lo, kasih gue!" Tanpa berlama-lama, begitu langsung Tahmidz yang meminta uang saku milik Aliya, untuk diberikan padanya

"Loh, anda kan juga memiliki uang saku sendiri, mengapa anda harus mengambil uang saku milik saya" Mulai tertarik kening gadis itu, membalaskan tatapan tajamnya mata pria yang kini tengah berdiri sangat dekatnya berada dihadapan tubuhnya

Dear Aliya (On Going+Revisi)Where stories live. Discover now