1. Hari Berat

5.4K 538 31
                                    

JANGAN LUPA SIMPAN CERITA ELLO DI PERPUSTAKAAN YA💖

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JANGAN LUPA SIMPAN CERITA ELLO DI PERPUSTAKAAN YA💖

SELAMAT MEMBACA💖💖

***

Pukul sebelas siang akhirnya Ello sampai di depan rumah miliknya. Rumah kontrakan sederhana yang ia tinggali bersama Ayah, Ibu, Nenek dan Kakaknya.

Dengan langkah lebar Ello memasuki pekarangan rumah yang tampak ramai dengan suara kakaknya yang tengah bermain lego bersama sang ayah di teras rumah.

"Ayah!" Seru Ello langsung menubruk tubuh ayahnya dengan pelukan. "Ello dapat wang banak!" Ujarnya ceria.

Pria paruh baya yang Ello panggil Ayah mengernyit tak suka dan langsung mendorong tubuh ringkih Ello hingga pelukan mereka terlepas dan Ello terjatuh ke lantai dengan keras.

"Beraninya kau memeluk ku!" Hardik pria itu marah.

Senyum ceria Ello berubah kaku. Ia tak menyangka respon yang ia harapkan dari ayahnya tidak terjadi. Dulu Ello pikir ayahnya sangat suka memarahinya itu karena Ello tidak bisa menjual bunganya sampai habis. Tapi kini kenapa masih sama? Apa Ayah benci Ello? Tapi kenapa?

"Berikan uang nya cepat! Pergilah ke belakang, cuci piring di sana! Enak saja kau ini enak-enak tinggal di sini gratis!" Semprot Ayah Ello.

"Kenapa sih mas marah-marah mulu," dari dalam rumah keluar sosok Ibu Ello membawa secangkir kopi untuk suaminya. Wanita itu menatap tajam Ello yang berdiri kaku dekat daun pintu masuk.

"Hah anak ini lagi. Pergilah ke belakang, cuci semua piring kotor di sana, jangan lupa menyapu belakang rumah sangat kotor!" Titah sang Ibu ketus.

Ello mengangguk kecil, tatapannya tertuju pada sang Kakak yang meliriknya tak acuh. "Akak bantu Ello?"

Mata wanita itu melotot. Bahkan ia sudah berkacak pinggang bersiap menjewer telinga Ello. "Heh bocah! Berani sekali kau meminta putraku yang tampan itu mengerjakan pekerjaan pembantu! Itu semua tugas mu! Cepat pergi sana, awas saja tidak beres!" Peringatnya tajam.

Mau tak mau Ello harus melaksanakan perintah ibunya. Mau bicara apapun Ello rasanya selalu salah di mata mereka. Kenapa Ello di bedakan ya? Bukannya Ello anak Ayah dan Ibu juga?

Sekelebat ingatan Ello saat bertemu wanita tadi menyergapnya. Apa benar kata wanita itu kalau dialah ibu Ello yang sebenarnya?

Dari siang hingga menjelang sore Ello masih berkutat dengan sekumpulan cucian kotor. Selesai mencuci piring dan menyapu, tiba-tiba Nenek datang membawakan sekeranjang pakaian kotor yang harus ia cuci. Kadang Ello berpikir, ia masih kecil kenapa justru mengerjakan pekerjaan berat orang dewasa? Tanpa didikan orang tuanya Ello tumbuh menjadi sosok yang pendiam, jarang mengumbar senyum namun berpikir dewasa.

Ottello OsterioWhere stories live. Discover now