Cuek-Cuek Perhatian

19 4 0
                                    

"Brian, Lo mau gak?" ucap Chesa masih memperhatikan Brian.

"Apa?" Brian tak menoleh. Ia masih fokus pada novel yang dibacanya.

"Mau nggak jadi pacar, Gue?" ujar Chesa.

"Gak." Brian masih fokus membaca novelnya. Tidak melirik ke arah Chesa sekalipun.

"Oke. Gue bakalan bikin Lo naksir sama Gue. Lihat aja nanti!" ucap Chesa percaya diri.

Brian beranjak dari tempat duduk yang di huninya. Meninggalkan Chesa sendirian di pojokan, karena jam pelajaran Bahasa Indonesia sudah selesai. Chesa ikut beranjak juga dari tempat duduknya. Tidak lupa membawa novel yang akan di pinjamnya dari perpustakaan. Setelah selesai mengisi daftar pinjam buku di perpustakaan, Chesa berlari keluar perpustakaan mengejar Brian.

"Brian, tunggu!" Chesa berlarian kecil mengejar Brian yang jalannya cepat. Maklum saja tubuh Chesa pendek. Jadi langkahnya lebih lambat daripada Brian.

Brian tidak menghiraukan Chesa. Ia tetap fokus berjalan. Tak peduli jika dirinya dan Chesa kini tengah menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Akhirnya bisa sejajar juga." Chesa berjalan di samping Brian yang mukanya datar lempeng seperti batu.

"Nanti pulang sekolah. Chesa, boleh bareng Brian, ya?"

"Punya sopir sendiri kan?" tanya Brian.

"Iya, tapi pak sopir lagi cuti pulang kampung. Jadi nanti aku pulang naik angkot. Kalo nebeng Brian aja gimana? Boleh ya please. Brian ganteng sedunia!" Chesa merayu Brian.

Brian tak menghiraukan Chesa. Ia berjalan lebih cepat meninggalkan Chesa di belakang. Membuat Chesa kesal di buatnya.

"Kasian banget di cuekin," sindir Anggun dari belakang Chesa.

Chesa berbalik menatap Anggun. "Masih mending Gue. Daripada Lo, tukang tikung!"

Chesa berlari meninggalkan Anggun sendirian. Ia malas sekali jika harus berkomunikasi dengan Anggun. Sementara Anggun hanya diam. Dia tidak bisa berkata-kata dan menatap marah ke arah Chesa.

***
Chesa duduk di bawah pohon mangga yang rindang nan sejuk di taman sekolah. Sambil melamun, pikirannya tak berarah. Hal yang menyeramkan jika melihat seseorang melamun, tapi bagi Chesa itu bukan suatu hal yang menyeramkan. Justru dengan melamun dan berfantasi liar, dia bisa mendapatkan ide untuk menulis cerita di aplikasi oren. Hal itu membuat Chesa mempunyai hobi menulis.

"Hei! jangan melamun." Tamara menyadarkan Chesa dari lamunan fantasi liarnya.

"Hehehe. Nggak melamun kok Tam." Chesa terkekeh pelan.

"Kalo mau cerita ya sini cerita aja. Mumpung lagi jamkos (jam kosong)," ucap Tamara.

"Jadi gini Tam. Gue suka sama Brian," ucap Chesa malu-malu.

"Lo udah bilang ke Brian soal itu?" tanya Tamara.

"Tadi pas di perpustakaan. Gue, udah nembak dia."

"What. Terus apa jawaban Brian?" tanya Tamara lagi, karena penasaran.

"Gue di tolak, tapi tenang. Gue nggak akan menyerah gitu aja!" jawab Chesa semangat.

"Tapi inget pesan Gue. Jangan merendahkan diri hanya karena cowok." Tamara berpesan pada Chesa.

"Iya. Gue nggak bakalan kayak gitu." Chesa terkekeh pelan. Ia mengamati bunga-bunga segar yang tumbuh di taman sekolah. Sampai guru yang mengajar pun akhirnya datang. Tamara dan Chesa masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.

***
Bell pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa-siswi SMA Kamboja Putih segera pulang menuju rumahnya masing-masing. Berbeda dengan Chesa. Ia langsung menuju ke perpustakaan untuk meminjam beberapa novel. Daripada membeli novel, Chesa memilih pinjam dari perpustakaan.

"Terima kasih Bu," ucap Chesa pada petugas perpustakaan. Setelah selesai meminjam lima novel dari perpustakaan.

"Sama-sama Chesa," balas petugas perpustakaan itu yang memang sudah hafal nama Chesa, karena sering berkunjung ke perpustakaan.

Chesa keluar dari perpustakaan sekolah. Memasukan semua novel yang di pinjamnya ke dalam tas punggungnya. Lalu Ia bergegas menuju gerbang keluar pintu sekolah.

Saat sudah sampai di gerbang sekolah, Chesa baru sadar jika dirinya ketinggalan angkot untuk pulang menuju rumahnya. "Aduh. Gue lupa kalo hari ini pulang naik angkot. Mana uangku sudah habis gak bisa naik ojol."

Chesa mengeluarkan ponsel di dalam tasnya. Menelpon Bunda Salma dirumah.

"Maaf paket kuota Anda habis." Suara pemberitahuan mbak telepon membuat Chesa sedikit kesal.

"Aihh.. Mana lupa kalo paket kuotaku udah habis!" teriak Chesa kesal. Ia hanya bisa pasrah sekarang. Sekolah sudah tampak rumayan sepi. Chesa takut jika tidak ada yang menjemputnya. "Bunda, tolong jemput Chesa hiks." Chesa mengusap air mata di pipinya.

"Cepat naik dan gak usah nangis!" Sebuah motor berhenti di hadapan Chesa. Menampakkan sosok Brian dengan ekspresi datar itu bersama motor miliknya.

"Brian, belum pulang?" Chesa mengusap jejak air mata di pipinya.

"Naik." Perintah Brian sekali lagi.

Chesa mematuhi perintah Brian. Dirinya segera naik motor yang di kendarai oleh Brian. Dan sekarang mereka berdua pulang bersama. Sepanjang perjalanan Chesa tak berhenti tersenyum saking senangnya.

"Brian perhatian banget sumpah." Chesa mengetuk-ketuk helm Brian.

"Diem atau diturunin di jalan?" ancam Brian.

"Eh.. Jangan! Kamu tega banget sama aku," ucap Chesa dramatis.

Brian kembali tak bersuara. Ia memilih fokus mengendarai motornya, daripada menanggapi celotehan Chesa yang ngalur ngidul. Sampai akhirnya Brian sampai di rumah Chesa.

"Terima kasih banyak ya Ian." Chesa turun dari motor Brian.

Brian mematung sejenak. "Tadi Lo, manggil Gue, apa?"

"Ian!" jawab Chesa semangat.

Ian. Nama panggilan yang sangat familiar untuk dirinya. Brian menggelengkan kepalanya pelan. Menepis kenangan indah di masa lalu yang menari sejenak di kepalanya.

"Ian, tahu rumah Chesa dari mana?" tanya Chesa penasaran. Sebelumnya Chesa belum pernah memberi tahu Brian alamat rumahnya.

Brian tak menjawab. Dirinya melajukan motornya meninggalkan Chesa. Kemudian Brian membelokkan motornya di rumah yang bersebelahan dengan rumah Chesa.

"Jadi, tetangga baru rumah sebelah itu Brian?" Chesa dibuat kaget, karena tidak menyangka hal ini akan terjadi. "Asik! Setiap hari bisa pergi dan pulang sekolah bareng!" Chesa bersorak senang.

################################

❣️
💕
💞
💓
💗
💓
💘
💝
I Love you❤

B and CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang