12

2.8K 62 3
                                    

Kanaya berada di apartemen Killian, keduanya berniat menonton sebuah film. Kanaya larut dalam tayangan televisi. Sesekali ia melirik Killian, pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya.

Beberapa hari ini memang Kanaya melihat Killian sibuk dengan benda pipih itu, bahkan tak jarang ia melihat Killian yang tersenyum tipis.

"Kamu lihat apa? Sibuk banget dari tadi," sindir Kanaya, melirik sebal pada Killian.

Killian mengalihkan pandangannya pada Kanaya, pria itu menggeleng lalu menyimpan ponselnya disisi kiri. Ia menarik Kanaya kedalam dekapannya.

"Gak ada." Killian mengecup surai Kanaya.

Kanaya berpura-pura percaya saja, hingga matanya tak sengaja melirik bubble chat dari ponsel Killian yang menyala. Lalu tak berselang lama panggilan masuk dalam ponsel Killian.

Pria itu meraih telfonnya, lalu berdiri meminta izin pada Kanaya untuk mengangkat telfon. Tak berselang lama Killian kembali dan terlihat tergesa dengan kunci mobil yang sudah dalam genggamannya.

"Aku keluar sebentar, sepupuku meminta bantuan untuk menjemput, mobilnya mogok. Kamu bisa menghabiskan film dahulu," ucap Killian yang pergi meninggalkan Kanaya.

"Sepupu, ya?" Gumam Kanaya, tatapannya sarat akan luka. Melihat kebohongan Killian. Padahal sudah jelas matanya menangkap bahwa Maribelle lah yang menelfon Killian.

Moodnya hancur, ia mematikan televisi lalu keluar dari apartemen Killian.

***

Mobil Killian terhenti di apartemen Maribelle. Wanita itu berkata jika dirinya tengah sakit dan tidak bisa kemana-mana. Tidak ada yang bisa dimintai tolong, ia berkata bahwa Killian adalah pilihan terakhir.

Memang tak biasanya Killian menuruti permintaan seseorang. Ia biasanya tak mau tau, selama hal itu tidak menguntungkannya. Sialnya Maribelle kali ini menguntungkan dirinya. Gemerlap popularitas memang sedang grup Everlast tuju, Killian rela mengorbankan namanya demi bermain kontrak dengan Maribelle.

Pria itu keluar dengan totebag makanan dari salah satu restoran. Ia menaiki lift menuju lantai Maribelle tinggal. Didepan pintu apartemen Killian memencet bel, tak berselang lama pintu terbuka. Ia menatap Maribelle yang terlihat segar dan tidak ada tanda pucat ataupun lesu.

"Sakit?" Ucapan Killian dengan nada ejekan. Ia tidak suka dengan hal yang membuang waktunya, bahkan dirinya sampai rela jauh-jauh datang ke tempat Maribelle. Wanita itu mengancam tak akan melanjutkan kontrak jika Killian tidak menolongnya. Killian menyerahkan makanan tersebut pada Maribelle dan berniat akan pergi.

"Killian, aku memang sakit. Ini hari pertama datang bulan, aku gak bohong." Maribelle menahan lengan Killian. Ia tak akan mengizinkan Killian pergi dengan mudah. Setidaknya pria itu harus tinggal sebentar saja.

"Aku harus pulang," balas Killian, melepas cekalan Maribelle yang sayangnya sangat erat.

"Enggak boleh, ayolah Killian tinggallah sebentar disini." Maribelle terlihat memohon dengan wajahnya yang cantik, ia juga mencoba menarik Killian masuk ke apartemen. Beruntungnya pria itu tidak menolak, ia menyuruh Killian duduk. Maribelle pergi ke dapur untuk mengambil camilan dan minum.

"Minumlah dulu," ucap Maribelle lalu duduk disebelah Killian dengan jarak yang tak tersisa.

"Makasih," balas Killian. Pria itu mulai meminum pemberian Maribelle.

"Kita harus sering berdekatan seperti ini, bukankah kontrak dating harus dilakukan dengan totalitas. Lagipula kamu juga tidak rugi jika sering berdekatan denganku." Maribelle terus membujuk Killian, mengingatkan tentang kontrak dating mereka..

KanaLianWhere stories live. Discover now