7 +

8.4K 129 2
                                    

Kanaya masih tak percaya, Killian mengajaknya pergi ke hunian pria itu. Sebuah apartemen elit di lantai paling atas. Ia duduk di ruang tv menunggu Killian yang tengah membersihkan diri. Keduanya tadi pulang bersama dan Killian langsung membawa Kanaya ke apartemennya.

Karna bosan Kanaya memilih memainkan ponselnya, tanpa disadari Killian sudah menghampirinya dengan rambut yang masih setengah basah. Killian berjalan dibelakang sofa lalu tanpa permisi memberi kecupan pada pipi Kanaya. Kanaya tersentak saat merasakan dingin dan lembut pada pipinya. Ia menatap kesamping terlihat Killian yang berjarak hanya beberapa senti darinya.

"Killian, ngagetin aku!" Kanaya melihat Killian dengan wajah yang lebih menggoda saat rambut pria itu setengah basah, ia juga bisa mencium wangi sabun dari pria itu.

"Lian," koreksi Killian. Ia menyukai panggilan yang tertulis di ponsel Kanaya siang tadi.

Kanaya yang paham, menuruti kemauan Killian, "Oke-oke.. mulai sekarang aku akan memanggilmu Lian."

"Mandi, gih. Nanti aku pinjemin baju. Sekalian aku pesan makan." Killian mendorong Kanaya agar berjalan menuju kamarnya.

"Baiklah, badanku juga terasa lengket," balas Kanaya. Ia melangkah menuju kamar Killian, pria itu yang memintanya untuk menggunakan kamar mandi kamar. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan diri.

Killian meraih satu kaos miliknya dan celana pendek, meski yakin hal itu pasti kebesaran di tubuh Kanaya yang kecil. Lalu ia keluar, menunggu pesanan makanan mereka.

Kanaya keluar dari kamar mandi dengan bathrobe, bau tubuhnya kini seperti Killian, rambutnya yang setengah basah ia biarkan saja, terlalu lama jika harus menunggu kering. Ia meraih kaos saja, lalu memakainya. Safety pantnya yang kini terlihat tenggelam dalam kaos Killian yang kebesaran di tubuhnya. Meletakkan pakaiannya di totebag yang juga disiapkan Killian. Ia keluar membawa barang miliknya, menghampiri Killian yang ternyata sedang menonton televisi dengan makanan yang sudah memenuhi meja.

"Kemarilah," ucap Killian merentangkan sebelah tangannya.

Langkah Kanaya mendekat, ia duduk di samping Killian. Melihat meja yang penuh makanan dengan logo restoran mahal. Seperti ini cara Killian mentraktir seseorang.

"Makanlah, kamu pasti sudah lapar." Killian membukakan sebuah kotak makan lalu meletakkannya didepan Kanaya.

Kanaya memakan dengan tenang, sesekali melirik Killian yang juga tengah menyantap makanan miliknya. Setelah selesai, membereskan semua makanan tersisalah desert sebagai makanan penutup. Kanaya meraih mini cake tersebut lalu memakannya, tanpa disadari Killian menatap Kanaya yang tengah makan dengan belepotan.

"Belepotan," ucap Killian terkekeh, mengulurkan tangannya untuk membersihkan bibir Kanaya yang terkena krim.

Suasana menjadi lebih hangat, Kanaya memejamkan mata saat kulit jari Killian menyentuh bibirnya, memberi sedikit tekanan. Ia membuka matanya lalu melihat Killian yang memakan krim tadi, terlihat sensual dan menggoda.

Kanaya yang merasa panas dengan iseng kembali menyentuh krim dengan tangannya lalu meletakkan pada sudut bibirnya. Terlihat kilatan mata Killian yang seolah paham dengan kode Kanaya.

"Menggodaku, hmm."

"Do you like sweet or spicy?"

"I prefer like your lips."

Pria itu meraih tengkuk Kanaya, menyatukan bibirnya dengan bibir Kanaya yang terkena krim. Rasa manis krim dan hangat bibir Kanaya menyegarkan dahaga Killian. Rasa haus akan kehangatan tubuh yang mulai naik.

Kanaya meremas rambut Killian, ia terus mengikuti hawa panas yang semakin membara. Kanaya mendesah saat Killian mulai menyentuh payudaranya.

"Lian.. nghh..."

KanaLianWhere stories live. Discover now