BAB 20

3.4K 126 23
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Setelah kejadian semalam, keduanya tidak ada yang memulai pembicaraan sampai matahari menampakkan wujudnya.

Saat ini keduanya tengah sarapan dengan telur dadar yang sedikit menghitam akibat Amora yang melamun.

Javier tetap memakannya dengan lahap, ia menghargai masakan Amora yang memasak pagi buta tadi karena Amora tidak tahu resepnya hingga ia membuka google untuk melihat cara membuatnya.

Setelah selesai sarapan, keduanya pergi ke sekolah. Tentunya Amora berangkat bersama Javier menggunakan mobil.

★✰✯☆✩

"Pagiii, cantik!" sapa Meila pertama kali saat Amora memasuki kelas di susul Javier yang berada di belakang.

"Pagiii juga, Meila cutie!" balas Amora tak kalah riangnya. Ia berjalan ke tempat duduknya mulai mengeluarkan ponselnya dan Meila sibuk dengan kegiatannya yaitu berdiri di depan pintu kelas untuk melihat para kakak kelas dan adik kelas tampan yang melewati kelasnya.

"Anjazzz berangkat juga lo, bos!" seru Bara di balas deheman oleh Javier.

"Lo aman'kan semalem?" tanya Devan memastikan.

"Aman."

Reflek Amora melirik ke belakang menatap Javier sinis 'Aman apanya? Jantung rasanya mau copot dibilang aman'. Amora membuang muka saat Javier balik menatapnya.

"Sebenernya kemarin gue udah sampe sana nyariin lo. Ternyata lo nggak ada, gue pikir lo udah pulang jadi ya gue balik lagi ke rumah," jelas Devan sambil cengenges. "Eeee... Istri lo aman'kan?" sambung Devan setengah berbisik.

"Shok dikit." Devan memangutkan kepalanya.

"Ada apa sih!?" sedaritadi Bara diam menyimak seperti orang tolol yang tidak tahu apa-apa. Ya memang tidak tahu apa-apa sih.

Devan menjelaskan secara rinci kepada Bara dan Mevan. Keduanya membulatkan matanya seperti akan keluar sebentar lagi.

"Kenapa nggak telepon kita?" tanya Mevan dengan raut tak bersahabat di angguki oleh Bara.

Devan menggaruk belakang telinganya gusar "Giniiii, semalem tuh niatnya mau telepon kalian kalaau darurat," alasan tentunya. Devan tak terpikirkan untuk menelepon temannya karena terlalu panik.

Bara berdiri lalu bersedekap dada "Ohh berarti lo lupa sama kita!?" sewotnya.

"Nggaakkk gitu anjinggg!".

"Tapi bener'kan kata gue barusan?" tekan Bara dengan nada yang masih sewot.

"Ck! Diem," sakras Javier saat Mevan akan mengeluarkan bersuara.

"Tapi nggak bisa gitu lahh. Sama aja gue sama Bara nggak di anggep!" seru Mevan.

Javier menghela napasnya "Yang penting gue sama Amora aman."

JAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang