BAB 8

3.3K 148 4
                                    

ANNYEONGHASEYO


Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading

Pagi ini Javier terbangun karena dikejutkan dengan suara bising diluar. Dengan pelan Javier melepaskan pelukannya berusaha agar Amora tidak terbangun, ia turun dari tempat tidur untuk melihat apa yang terjadi diluar.

Terlihat ada seorang wanita serta seorang laki-laki sedang memarahi Gian, entahlah Javier tidak mengetahui siapa kedua itu. Dan ia yakin bukan kedua orang tua Gian, ia cukup mengenal dekat kedua orang tua Gian.

PLAK 

Wanita itu menampar Gian hingga membuat Gian terlihat marah. Namun, Gian tetap diam berusaha menahan emosinya, Javier ingin datang menghampiri tetapi seseorang memanggilnya dari arah belakang dengan suara khas bangun tidur.

Javier menghampiri Amora membantu mengubah posisi Amora menjadi duduk. Ia mengesampingkan masalah tadi, saat ini dirinya harus fokus kepada kesehatannya Amora terlebih dahulu.

"Mau makan apa?" Javier mengelus puncak kepalanya, ia menggeleng sama sekali tidak memiliki napsu makan. 

Tok...tok...

"Permisi, makan siang nona Amora," ucap perawat sambil menaruh makanan Amora diatas meja yang disediakan oleh Rumah Sakit.

"Terimakasih."

Setelah perawat menutup pintu, Javier mengambil nampan berisi makanan khas Rumah Sakit lalu ia menaruhnya di paha Amora "Makan."

Amora tetap menggeleng, ia menatap tak minat bubur serta rebusan sayuran yang ditata rapi oleh koki Rumah Sakit "Rasanya hambar," paraunya berusaha membujuk Javier dengan nada suaranya agar tidak menyuruhnya makan lagi.

"Terus maunya apa?" tanya Javier.

"Nggak mau apa-apa, maunya mama sama papa," Amora menatap Javier dengan mata yang bersiap mengeluarkan air mata "Aku rindu mama sama papa, Jav," tanpa sadar Amora mengganti 'Lo-Gue' menjadi 'aku-kamu' karena terbawa perasaan.

Javier menyingkirkan nampan yang berada di paha Amora lalu menaruhnya di meja kembali, ia mendekat kearah Amora, memegang tangan hangat yang telah dibalut oleh selang inpus "Jangan nangis, ada gue di sini. Gue nggak akan pernah ninggalin lo, Ra. Lo bisa ngandelin gue dalam ham apapun di hidup lo," Javier menangkup pipi Amora dengan kedua tangannya untuk menghapus air matanya.

Kata-kata itu, hampir sama seperti apa yang ayahnya ucapkan sebelum pergi keluar kota. Tanpa sadar Amora menerbitkan senyumnya lalu menggangguk "Janji?" Amora mengangkat jari kelingkingnya "Hm," Javier menautkan kelingking keduanya.

"Makan ya?" Amora mengangguk semangat, ia menatap Javier tersenyum cerah "Suapin."

"Manja," cibirnya, tetapi tetap menyiapi Amora. Tingkah Javier seperti ini membuat Amora terkekeh "Kan cuma sama lo."

JAVIERWhere stories live. Discover now