BAB 11

3.1K 140 0
                                    


Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading

Seluruh anggota ANTHRAX telah berkumpul di markas atas perintah Javier. Mereka berkumpul di suatu ruangan tempat yang biasanya untuk mereka menyusun strategi.

"Amora di tangan Dhevos!" ujarnya memulai.

Semuanya terkejut dengan penuturan Javier, mengapa menjadi Amora yang menjadi target. "Jadi, lo mau kita gimana?" tanya Gian to the point.

"Devan, cari tahu dimana lokasi Amora sekarang," perintahnya.

"Siap!" segera Devan menyalakan komputernya dan mulai melacak keberadaan Amora sekarang.

javier menatap tajam seluruh anggotanya "Dan untuk kalian semua! Gue perintahin bunuh Mohan saat ini juga!" rahangnya mengeras. Kali ini Mohan sudah kelewatan, Mohan telah mengingkari janjinya. Javier benci itu.

"Tahan emosi lo!" bentak Gian mendorong bahu Javier. Ini bukan Javier yang ia kenal "Gue tahu lo kecewa! Tapi jangan gini!".

"Gimana gue bisa tahan! Gue tahu bener seberapa nekatnya dia! Gue nggak mau Amora kenapa-napa!" ia menjambak rambutnya prustasi "Gue sayang dia... dan udah kedua kalinya gue bikin dia dalam bahaya," suaranya melirih ia meluruhkan badannya di lantai.

Seluruh anggota ANTHRAX menundukkan kepalanya.

"Gue tahu lo emosi! Lo juga kecewa sama diri lo sendiri, gue tahu! Tapi jangan gini," kedua kalinya ia melihat sosok Javier yang biasanya angkuh menjadi serapuh ini.

Mevan menepuk pelan pundak Javier "Lo lupa sama perjanjian Bang Aren dulu? Jangan sampai anggota kita membunuh orang walaupun itu musuh kita sekalipun," papar Mevan.

"Gue tahu."

Javier berdiri melihat Devan yang sibuk dengan layar komputernya, jari-jarinya dengan lihai mengetik papan keyboard seperti seorang profesional "NAH LO!".

"Gue udah tau posisinya dimana," ucapnya sambil menatap Javier yang tengah bersender almari di belakangnya menatap dirinya kosong.

Javier mengangkat alisnya "Lokasinya ada di tengah hutan deket kos Merpati jalan Mercubuana."

"Cabut!" perintahnya yang di angguki oleh anggota ANTHRAX matanya menggelap, ia sudah tidak mempedulikan apapun.

Ia menaiki motornya lalu melaju dengan kecepatan tinggi menuju lokasi diikuti oleh Mevan, Bara, Devan dan Gian yang berada dibelakangnya.

★✰✯☆✩

Amora terbangun dalam keadaan baju dan celanya entah hilang kemana menyisakan pakaian dalam saja. Sontak ia memberontak namun ia merasa tidak bisa bergerak karena kedua tangan serta kedua kakinya diikat di pinggiran tempat tidur. Bahkan mulutnya tidak bisa mengeluarkan suaranya karena di sumpali sebuah kain putih.

JAVIERWhere stories live. Discover now