Episode 24-Dekapan Gillian yang Bikin Salting Dirinya sendiri

539 18 0
                                    

"Mbok!" Arion berseru, memanggil Minah yang sudah sibuk di dapur, padahal masih jam empat pagi.

Minah yang langsung mendengar suara Arion segera menoleh. Pun dengan Beti, salah satu pelayan yang dipekerjakan oleh Gillian, dan masih dipertahankan di tempat itu di antara lima pelayan lainnya. Kedua wanita yang terpaut usia dua puluhan tahun tersebut kompak berlari ke arah si bocah kecil. Dengan antusias, keduanya langsung duduk di hadapan Arion yang masih tampak mengantuk.

"Bagaimana, Aden Kecil? Apa rencana kita berhasil? Apa papa dan mama Aden Kecil sudah baikan?" tanya Minah tidak sabar. Karena sejatinya, ia adalah provokator sekaligus penghasut yang telah membuat Arion meminta tidur bersama Gillian dan Rihana. Hal itu tentu saja ia lakukan dengan niat yang baik. Apalagi jika bukan demi membantu Gillian untuk menaklukkan dinginnya hati Rihana.

Beti berbinar-binar. "Misi kita berhasil, 'kan, Tuan Muda?"

Arion menggeleng malas. "Mama masih galak, Mbok sama Mbak. Mama galak terus sama Papa. Tapi, tadi Mama belum bangun, terus Papa sudah bangun. Arion minta Papa buat enggak berisik, biar Mama enggak terbangun. Kan Mama harus pakai alarm biar bangun. Terus Arion juga minta Papa buat puk-pukin Mama, kayak Arion ke Mama biasanya," kisahnya dengan ekspresi yang polos.

"Aaaa, enggak apa-apa, nanti pelan-pelan pasti Mama enggak jadi galak lagi ke Papa," ucap Minah menenangkan Arion, sementara kedua tangannya sudah siap memeluk anak itu. "Aden kalau masih mengantuk, tidur di tempat Mbok dulu, yuk."

"Apa mau digendong sama Mbak Bet?" timpal Beti.

Mata Arion lantas berbinar. "Mau digendong Mbak Bet!" sahutnya antusias.

Beti dan Minah kompak tertawa kecil. Dan detik berikutnya, Beti memutuskan untuk menggendong anak dari majikannya tersebut. Di gendongan Beti, Arion meletakkan kepalanya di bahu wanita itu. Matanya kembali terpejam. Ia layaknya anak balita untuk sekarang. Rasa mengantuk yang belum sepenuhnya menghilang membuat Arion akhirnya kembali terlelap.

Lalu situasi berbeda terjadi di kamar Gillian. Ia yang sudah terjaga lebih awal gara-gara Arion yang mendadak bangun, kini terjebak dalam kecanggungan besar. Gugup, berdebar, dan serba salah. Sementara salah satu tangannya masih berada di atas pinggang Rihana. Dengan bodohnya, ia mengikuti permintaan Arion untuk menepuk pelan tubuh Rihana. Dan kini, ia malah serba bingung. Antara meneruskan sikap tersebut, atau berhenti. Sebab di sisi lain, ia juga ingin memanfaatkan situasi ini.

"Cantik sekali," gumam Gillian. Benar-benar lirih, lebih tepatnya ia hanya berbisik. Sepasang matanya tak bisa melepaskan pandangan dari wajah ayu Rihana. Hidung Rihana yang mbangir, pipi tirusnya yang putih dengan dihiasi dua jerawat kecil serta setitik tahi lalat di bawah mata, lalu bulu mata Rihana yang lentik, hingga ... bibir atas wanita itu membentuk lengkungan lancip di bagian tengah, tipis, dan manis.

"Sial, kalau begini caranya aku yang bakalan meledak," gumam Gillian. "Aku yakin, kamu bakalan mengamuk setelah terbangun, Hana. Tapi, ... aku juga ingin memandangmu dengan lebih leluasa. Bagaimana ya caranya untuk meluluhkan hatimu yang sedingin es itu, Hana?"

Gillian mengembuskan napas, untuk setidaknya menghalau rasa sesak yang mendadak melanda. Namun sialnya, tepat setelah itu, Rihana mulai membuka mata. Seharusnya Gillian segera menyingkirkan tangannya, tetapi tubuhnya begitu kaku hingga dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Ah, tampaknya ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan atau bahkan tamparan dari istrinya itu.

"Apa yang kamu lakukan, Gillian?" tanya Rihana sembari menatap tajam ke arah wajah tampan sang suami.

Gillian menelan saliva dengan susah-payah. "A-aku ... i-itu, Arion mm ... enggak. Aku—"

"Singkirkan tanganmu!" tegas Rihana.

Gillian menggeragap. Secara perlahan, ia mengangkat tangannya. Namun, ide gila justru muncul di benaknya. Tak memedulikan rasa gugup yang belum menghilang, Gillian malah kembali menjatuhkan tangannya di pinggang Rihana. Dengan gemetar, ia mempererat pelukannya di tubuh wanita itu.

Pernikahan yang Gillian InginkanWhere stories live. Discover now