Episode 11-Ayo ... Kita Menikah, Gillian

648 28 0
                                    

Pukul enam pagi di hari Minggu, Gillian yang sepanjang malam dicemaskan oleh harapannya sendiri, bahkan sampai tidak tidur semalam suntuk, kini tengah duduk di balkon yang terhubung dengan kamarnya. Ditemani segelas kopi dan sepuntung rokok, ia tengah menatap jalan depan rumahnya. Sebenarnya ia bukan perokok akut, ia hanya melakukan hal tersebut ketika sedang dilanda kecemasan saja. Seperti layaknya sekarang, ketika ia pun juga sibuk membayangkan kejadian di masa silam.

Dulu, ketika baru sampai di Amerika untuk belajar di salah satu universitas, mental Gillian sungguh tidak baik-baik saja. Rasa bersalahnya terhadap nasib Rihana nyatanya sangat sulit untuk ia abaikan. Sebagai anak belasan tahun yang baru lulus SMA, tak mungkin ia tidak merasa takut. Dan ketakutan itulah yang membuat Gillian tidak bisa berusaha untuk melakukan sesuatu demi menghilangkan rasa bersalahnya, hingga membuatnya sampai frustrasi. Setidaknya selama setengah tahun, ia hanya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dengan beban pikiran yang membuatnya kerap tak bisa tidur.

Namun suatu saat, ketika Ibra—adiknya—memberikan kabar mengenai kematian ibunda Rihana yang disebabkan oleh depresi, membuat Gillian akhirnya mampu bangkit. Rasa bersalah, marah, dan kekecewaan mendorong Gillian untuk mencari cara. Dan tanpa sepengetahuan Aditama serta Desia, Gillian mulai mencari pekerjaan paruh waktu.

Gillian menabung semua gajinya, sekaligus hampir semua uang jatah yang diberikan oleh kedua orang tuanya, tentunya setelah menyisakan uang untuk kebutuhan pokoknya. Gillian bisa mendapatkan uang, tak hanya dengan kedua hal itu saja. Lantaran, ia juga sampai memulung barang-barang yang dibuang. Beberapa barang yang masih layak pakai kemudian ia jual secara daring. Bahkan, barang branded apa pun yang diberikan oleh Desia langsung ia jual. Beruntungnya, ia tidak tinggal di asrama pada saat itu, melainkan di sebuah apartemen yang telah lama dimiliki oleh keluarganya.

Upaya Gillian untuk hidup mandiri, memang terbilang naif pada saat itu ataupun saat ini. Lantaran, ia mengakui jika tanpa kedua orang tuanya, ia hanyalah seorang laki-laki tanpa kuasa apa pun. Namun kelicikan ayahnya pun lantas ia tiru. Semua fasilitas pemberian sang ayah ia manfaatkan dengan baik. Entah itu uang, barang, ataupun koneksi. Termasuk juga sosok orang yang paling dekat dengan ayahnya, Ajirama, paman Gillian sekaligus adik kandung Aditama.

"Om, maaf sudah meminta Om untuk datang jauh-jauh ke negeri ini. Tapi, Gillian membutuhkan pertolongan dari Om. Saya ingin membuka perusahaan sendiri, Om," ucap Gillian pada kala itu. Tepatnya setelah tiga tahun dirinya berada di Amerika dengan segala perjuangan yang tak Rihana ketahui.

Ajirama yang pada saat itu berkenan untuk datang mengunjungi Gillian, atas permintaan dari keponakannya itu sendiri, malah sibuk tertawa. "Kamu ini lho, masih enak jadi mahasiswa, kok sudah enggak sabar mau jadi pengusaha, Gilli!" sahutnya.

Gillian menelan saliva dengan susah-payah. Sembari mengusap tengkuk belakangnya dan menahan rasa malu, ia lantas berkata, "Sa-saya i-ingin menjadi a-ayah yang baik, Om. Se-sekaligus seorang suami. Sa-saya enggak bisa mengabaikan mereka begitu saja. O-oleh sebab itu, sa-saya harus segera sukses dan lepas dari jerat Ayah, Om. Me-meski, saya terkesan konyol, tapi saya beneran ingin membuka perusahaan, Om! Saya sudah menabung. Untuk membuka satu toko sepertinya sudah bisa kok!"

Seketika terdiam membisu sikap Ajirama pada saat itu. Sangat takjub dengan maksud dan tujuan Gillian. Apalagi setelah Gillian mengeluarkan sebuah buku tabungan. Meskipun untuk membangun sebuah perusahaan masih banyak kekurangan, nominal di dalam buku tersebut tentu saja tak main-main. Namun niat Gillian dan bagaimana Gillian menceritakan segala perjuangannya untuk bisa menabung demi terwujudnya dua keinginan besar, perlahan membuat hati Ajirama tersentuh. Selain karena ia sangat menyayangi Gillian sedari Gillian kecil, cara Gillian yang tidak ingin melepaskan tanggung jawab setelah membuat kesalahan besar pada seorang gadis, membuat Ajirama akhirnya memutuskan untuk membantu. Investasi besar ia berikan pada keinginan Gillian. Dan sebagai seorang wali bayangan, ia yang membuka bisnis retail waralaba atas nama Gillian, menetapkan dirinya sebagai CEO yang ditunjuk oleh sang owner sekaligus seorang investor paling penting.

Pernikahan yang Gillian InginkanWhere stories live. Discover now