Episode 18-Omongan Tukang Rumpi

414 22 0
                                    

Beruntungnya, para pekerja yang akan melanjutkan renovasi terhadap warung Rihana sudah tiba. Meski pertengkaran adu mulut, bahkan tinju antara Gillian dan Kenzi tetap terjadi, setidaknya kejadian itu tidak berlangsung lama. Tidak ada yang sampai terluka parah, meski wajah keduanya tetap menderita beberapa lebam. Rihana sendiri sangat berterima kasih pada para pekerja yang sudah berkenan untuk membantunya dalam melerai mereka.

"Sebaiknya, kamu segera berangkat kerja, Kenzi. Aku dan Gillian juga harus pulang," ucap Rihana pada Kenzi yang masih dipegangi kedua pekerja. "Jangan khawatir dan jangan ikut-campur. Gillian adalah suamiku, dan enggak mungkin dia menyakiti aku serta Arion." Meski berat, Rihana tetap memutuskan untuk membela posisi suaminya. Yah, mau bagaimana lagi, ia sendiri sudah berjanji untuk selalu menjaga martabat Gillian yang kini adalah suaminya sendiri.

Kenzi menggertakkan gigi. Detik berikutnya, ia mengibaskan kedua tangan para pekerja untuk melepaskan diri. Tatapan matanya tertuju pada Rihana, dan sejujurnya ia sangat kecewa. Mengapa Rihana harus memilih pria yang sudah memperburuk situasinya selama tujuh tahun terakhir? Mengapa pula, Rihana juga harus bersikap sedemikian rupa, yang secara tidak langsung berniat untuk mengusir Kenzi dari kehidupannya?

"Rihana, jika suatu saat kamu terbukti telah dipaksa oleh pria itu, aku benar-benar akan maju. Sebab, daripada si Pecundang yang kabur itu, akulah yang lebih pantas untuk menjadi suamimu!" tegas Kenzi.

"Woi!" seru Gillian tidak terima.

Setelah mendengar seruan galak Gillian, Rihana cepat-cepat menahan suaminya tersebut. "Sudahlah, Gilli. Kumohon," pintanya penuh harap. "Ada banyak orang yang menatap kita. Tolong jangan mempermalukan aku, karena aku bakal berjualan di sini setelah renovasi selesai! Biarkan Kenzi pergi."

"Ya, aku akan membiarkan pria itu pergi untuk selama-lamanya dari hadapan kamu, Rihana."

Rihana menelan saliva dengan susah-payah. Menurutnya, ucapan Gillian barusan memberikan arti ganda. Bisa jadi Kenzi hanya sekadar tak boleh muncul di hadapan Rihana, dan kemungkinan lain adalah ... Kenzi disingkirkan dengan cara apa pun oleh Gillian. Sayangnya, Rihana tak bisa menyangkal apa pun untuk sekarang. Ia tidak mau jika situasi semakin mencekam. Sudah ada beberapa warga, yang merupakan penjual di kawasan tersebut saling berkumpul dan telah membentuk geng rumpi dadakan. Jika Rihana terlihat beradu mulut dengan Gillian, mereka semua akan mendapatkan lebih banyak asupan gunjingan.

Dengan gerakan yang kasar dan penuh emosional, akhirnya Kenzi memutuskan untuk pergi. Kekecewaan yang kini masih bersarang di dalam dirinya, ibarat sarapan pagi yang membuat perutnya mendadak kenyang. Sialnya, ditambah dengan lauk lebam yang membuat penampilannya menjadi berantakan. Sungguh, ia tidak akan memaafkan Gillian yang sudah merebut Rihana serta Arion, bahkan sampai mempermalukan dirinya.

"Ayo pulang. Kamu juga harus berangkat bekerja, 'kan?" ucap Rihana pada sang suami. "Maksudku, aku akan ikut Jeki pulang dan kamu harus ke kantor."

Tatapan mata Rihana lantas melesat, jatuh pada Jeki yang sejak tadi pun gagal melerai Gillian dan Kenzi. Pria berbadan tegap atletis tersebut langsung menunduk penuh rasa bersalah. Sebab ia pun tahu jika kemungkinan besar saat ini Rihana memang tengah menuduh sekaligus menyalahkannya yang memberikan laporan pada Gillian.

"Ikut aku saja, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Hana," ucap Gillian.

Rihana lantas menatap sang suami. "Enggak. Kamu harus bekerja. Aku akan pulang. Lagi pula, aku tahu hal apa yang akan kamu bicarakan denganku, Gillian. Kita lakukan saja setelah kamu pulang kerja."

"Hana—"

"Gillian, ingatlah watak kedua orang tuamu. Jika gara-gara aku, kamu mengabaikan pekerjaanmu, aku pasti akan disalahkan lagi."

Pernikahan yang Gillian InginkanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt