"Coba masukin ke lubangnya, bisa nggak?" tanya Arsaka seperti menantang cowok itu menyandarkan tubuhnya dimeja biliar.

Giya tidak tinggal diam, gadis itu juga merasa tertantang. Giya dengan berani mendekat kearah Arsaka, memposisikan dirinya tepat didepan Arsaka, kemudian mengambil posisi bungkuk. Sama persis seperti apa yang dilakukan Arsaka tadi kepadanya.

Sial, Arsaka sekarang yang gugup diperlakukan seperti itu oleh putri angkatnya sendiri.

Sudah mulai berani rupanya. ~batin Arsaka sambil tersenyum miring.

Giya yang fokus seperti itu membuat Arsaka terpana melihat kecantikan wajah gadis kecil yang mengukungnya saat ini.

Belum sempat menggerakkan stik biliarnya, Arsaka sudah lebih dahulu menarik pinggang Giya hingga tidak ada jarak lagi diantara mereka berdua. Tangan kanan Arsaka menekan kepala gadis itu hingga Arsaka dengan mudah mengecup bibir gadis itu.

Giya terkejut dengan perlakuan Arsaka, gadis itu menatap Arsaka dengan takut-takut. Apalagi melihat Arsaka yang tersenyum miring kearahnya.

"Mulai berani ya?" Arsaka malah mengecup ujung bibir gadis itu, hanya sekejap membuat Giya merasa geli.

"Geli ihh!" ujar Giya ingin mengubah posisinya sekarang.

Tetapi, lebih dulu Arsaka mendorong kedua bahu Giya, hingga berdiri tegak dengan Arsaka didepannya. Baru saja Giya ingin berbalik ingin mengambil handphone miliknya yang berbunyi, seperti ada yang menelpon.

Arsaka kembali mengejutkan Giya dengan kelakuan cowok itu yang kini menarik pinggangnya. Kemudian memeluk Giya dengan erat.

"Mau kemana, hm?" tanya Arsaka sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Gi-giya mau angkat telpon, kayaknya Una nelpon!" jawab Giya terbata-bata.

Arsaka mengangguk mengerti, cowok itu tau jika Una yang dimaksud Giya adalah sahabat gadis itu sendiri. Beberapa kali Arsaka memang sempat melihat Una si gadis mungil yang sama seperti Giya hanya saja gadis itu lebih tinggi. Kerap kali Giya mengajak Una datang kerumahnya hingga Arsaka tau jika Giya dengan Una sangat dekat.

"Lepasin dadd!" pinta Giya berusaha melepaskan tangan kekar Arsaka yang melingkar di pinggangnya.

"Siapa nyuruh-nyuruh heh?" tanya cowok itu menatap Giya dengan tajam mencoba menjahili gadis mungil itu.

Giya memalingkan wajahnya. "Anak daddy."

Arsaka terkekeh kecil melihat wajah menggemaskan Giya yang nampak ketakutan karena ditatap seperti itu olehnya.

"Ohh kirain istri!" sahut Arsaka enteng.

Refleks Giya menoleh kearah Arsaka mendengar penuturan cowok itu membuat ia terkejut. Apa tadi? Istri? Apakah Giya salah dengar?

"A-apa dadd?" tanya Giya ragu-ragu.

Arsaka tersenyum miring, mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu. Ia membisikkan sesuatu kepada Giya.

"I thought you were my wife!" bisik cowok itu kemudian meniup leher gadis itu membuat Giya menggeliat geli.

"Tapi kan Giya--"

"Lupain! Mau pulang sekarang? Atau mau kemana?" tanya Arsaka mengalihkan pembicaraan.

Giya tampak berpikir, sebelum gadis itu menjawab dengan antusias. "Giya mau beli--"

"Ayok!" potong Arsaka sambil melepas pelukannya, beralih menggandeng tangan mungil Giya.

"Giya belum selesai ngomong, dadd ihh!!" seru Giya kesal.

My Daddy My HusbandWhere stories live. Discover now