"Mami? Papi?" Tanya Gaby lagi. "Beliau nggak mungkin menerima aku, Mas. Kita gak seharusnya sejauh ini."

"Gak seharusnya? Tapi kamu juga menikmati?" Kiel memekik tak percaya. "Astaga Gaby, jangan pusingin hal hal seperti itu. Bayi kita bisa stres." Kiel mengulurkan tangannya untuk mengelus perut Gaby dengan penuh sayang.

"Mas. Serius dulu. Mami Papi kamu gimana?"

Kiel mengangguk anggukan kepalanya. "Aku sudah menghubungi Papi Mami, kalau kamu lagi hamil anak ku. Pewaris Milan selanjutnya. Dan tentunya pewaris pewaris selanjutnya."

"Astaga. Kayaknya habis ini aku beneran di kirim keluar negeri lagi." Gaby mengacak rambutnya kesal.

"Siapa bilang sih? Barang barang kamu di Jerman juga lagi di usung ke Indonesia sama Mami." Tutur Kiel.

"Hah? Apa?!" Gaby melotot lebih lebar.

"Mami sebenernya udah nerima kamu, Gaby. Bahkan dia keliatan seneng waktu denger kabar ini. Cuma Papi aja. Gue juga nggak peduli sama Papi. Dia mau nerima atau enggak bukan urusan gue juga." Nada Kiel terdengar sengit ketika membahas Papi lagi.

Gaby menghembuskan nafas panjang, konflik Kiel dan Papinya entah kapan akan membaik. Sedari dulu, Kiel dan tuan Milano selalu terlibat konflik kebencian satu sama lain.

"Dokter bilang, jangan banyak pikiran. Jangan kecapekan." Kiel mengelus rambut Gaby dengan penuh kasih sayang.

"Nangis ya?" Gaby tiba-tiba salah fokus dengan mata Kiel yang berkaca kaca lagi.

Kiel berdehem, mengalihkan wajahnya ke arah lain, menatap objek lain yang bukan Gaby. "Apa sih? Biasa aja."

"Yang bener?" Ledek Gaby. Dia sudah mulai bisa tertawa, apalagi saat melihat Kiel berusaha tak menolehkan kepalanya pada Gaby.

"Diem nggak?" Kiel mengancam tapi dengan suara lembutnya, bukan dengan suara tajamnya seperti biasa.

"Astaga nak, lihat Piel.. Kamu di ancam?" Gaby dengan dramatis menyentuh perutnya. Mengusap perutnya memutar.

Mata Kiel langsung melotot mendengar Gaby memanggilnya dengan apa tadi? Dengan sebutan apa? Piel? Astaga.

"Apa? Ulang ulang." Kiel menarik tangan Gaby, membawa tangan wanita itu ke bibirnya, kemudian ia kecup punggung tangannya. "Ulangin, ngomong apa tadi?"

"Apa ya??"

"Gaby, ulangin. Sekali lagi." Kiel menarik tangan Gaby, meminta Gaby untuk mengulangi kata kata yang baru saja di ucapkan oleh wanita itu.

"Jawab dulu, tadi habis nangis, kan?" Tuding Gaby pada Kiel, membuat Kiel langsung mengaangguk cepat.

"Iya. Habis nangis. Ini lihat, merah kan mata aku? Hidung aku juga merah kan? Matanya keliatan sembab juga kan? Aku habis nangis. Gara gara seneng banget." Tutur Kiel.

Gaby yang awalnya ingin menertawakan Kiel pun seketika jadi ikut berkaca kaca. Entah kenapa ia jadi malah terharu mendengar kenyataan itu.

"Lah? Kok jadi sedih?" Kiel menangkup rahang Gaby, mengelusnya. "Kenapa? Hm?" Tanyanya.

"Jangan ditanya gitu! Nanti aku jadi makin nangis tau!" Gaby menepis tangan Kiel yang mengelus salah satu pipinya.

Kiel mendekatkan wajahnya pada Gaby. Pria itu mengecup kening Gaby. "Jangan banyak pikiran. Biar semua aku yang selesai in. Semua akan segera selesai. Kita bisa hidup tenang." Katanya sembari mengucap perut Gaby yang masih rata.

Kecupan Kiel tidak hanya berhenti di kening saja, tetapi turun ke bawah, menuju hidung Gaby, kedua pipi Gaby, dan kemudian berhenti tepat di bibir Gaby.

Awalnya hanya kecupan, sebelum kemudian berubah menjadi lumatan panas. Gaby menggantungkan tangannya di leher Kiel, sedangkan Kiel menahan bobot tubuhnya dengan kedua tangan yang ia letakkan di masing masing sisi kepala Gaby.

Kecupan itu perlahan memanas, mulai beradu dengan lidah masing masing, lenguhan, dan juga gairah yang mulai tersulut.

Semua terjadi begitu cepat, sampai Kiel tak sadar jika pintu kamar ruangan Gaby di rawat terbuka, dan sosok Mami dengan wajah shock mematung di depan pintu. Mami mengangkat tas yang ia tenteng di pundaknya, sembari menghampiri Kiel yang dengan gesit menjauhkan tubuhnya dari Gaby.

"MANTU MAMI LAGI HAMIL! MAU KAMU TRABAS, HAH?! JADI ANAK NGGAK BECUS! JADI PACAR NGGAK BECUS! MAU JADI SUAMI NGGAK BECUS JUGA?! BISA TAHAN DULU NGGAK?!" Mami menghujami tubuh Kiel dengan pukulan dari tas branded puluhan jutanya.

Gaby hanya bisa memandang miris Kiel, sedangkan Mami tak henti menghajar putra kesayangannya itu. Dan Kiel yang berusaha menghindar namun sia sia sembari memohon ampun.

"Nggak sengaja Mi! Nggak sengaja! Aduh! Awww! By! Tolong By!"

-END-

AKHIRNYA TAMAT JUGA ASTAGA 😭 berapa bulan ya? 6 bulan woi 😭🙏🏻😭 ahhhh, lega nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AKHIRNYA TAMAT JUGA ASTAGA 😭 berapa bulan ya? 6 bulan woi 😭🙏🏻😭 ahhhh, lega nya..

Setelah ini fokus ke Midnight Love 😍🫶🏻 disana Kiel juga sering dibahas soalnya Beringas muncul terus ☺️❣️❤️

Beberapa konflik emang belum kelar, karena bakal panjang. Mungkin akan ku selesaikan di extra part yg ku upload 1 bab per minggu atau 2 bab perminggu. (Se sempat ku) 

Extra part gak melulu adegan dewasa ya. Ada adegan bucin doang. Malah keknya lebih bahas adegan Kiel, Gaby, dan baby baby mereka yg se abrek itu 😭😭😭

Disini bisa di simpulin kan? mami juga sbenernya sayang Gaby, karena Kiel juga sayang Gaby.

Besok extra part Love Letters. Kalo sempet ya, besok gabung juga Love Attack.. wkwkwk 😭 bertahap.. ada 5 extra part an ya.. ak gak kuat kalo upload langsung jadi satu 😭🙏🏻

Menurut kalian cerita ini komedi romance atau dark romance?

Mau kiel tetep jadi petarung jalanan gak?

Tolong bantu cari nama anak Kiel. Cowok cewek ya!

Apa kesan pesan di cerita ini?

Seberapa suka sama cerita ini?

Makasih ya udah nemenin sampai bab akhir.. huhuhu.. i Love u so much gaisss ❤️❤️🫶🏻🫶🏻😭😭

Tetap bertahan di cerita ku sleanjutnya ya ❤️❤️☺️☺️

Udah baca Midnight Love? Cerita Jaleo! Gak kalah seru! Sudah 8 bab ❤️🫶🏻

Love Attack Where stories live. Discover now