LA - 01

287K 20.2K 6K
                                    

Judul lama: Living with Ketua BEM
Judul baru : Love Attack

Sekali lagi ku ingatkan, konsep cerita di ubah dari cerita sebelumnya. Tapi tokoh pendukung seperti Jaleo, Khaezar, Ejan dan Roman tetap sama ya. Jadi jangan berpatokan sama kisah tokoh yg lain ❤️

Follow Wattpad ku dlu ya! Biar bisa baca sampai end!

Next? Vote 1K dan komen 1.5K ya!

Gaby memencet bel pagar rumah dengan perasaan campur aduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaby memencet bel pagar rumah dengan perasaan campur aduk. Di pundak kanannya terdapat tas jinjing yang berisi pakaian miliknya serta barang-barang penting miliknya.

Tak berapa lama seorang penjaga membuka gerbang besar rumah itu, "ada apa ya, mbak?" Tanya pria itu.

Gaby tersenyum ramah. "Saya anaknya ibu Imah, Pak."

Pria yang berusia sekitar tiga puluhan itu melebarkan matanya dan langsung membuka jalan untuk Gaby masuk.

"Nak Zia, ya?" Tebaknya.

Gaby tersenyum. "Panggil Gaby saja, pak." Kekehnya. Zia adalah panggilan kecil untuk orang yang benar-benar dekat dengannya. Dan ia tidak memperbolehkan sembarang orang memanggilnya dengan sebutan Zia.

"Oh, iya iya. Kenalin, nama bapak Seno." Pak Seno menjulurkan tangan ke depan, yang langsung dijabat oleh Gaby.

"Masuk masuk, bapak panggil Nyonya dulu, ya." Seno membawa Gaby masuk ke dalam rumah besar dengan dua lantai itu.

Mata Gaby terpukau dengan seluruh interior yang berada di dalam rumah ini. Benar benar megah dan mewah. Berbanding terbalik dengan rumahnya yang ia tinggali bersama nenek. Kecil dan engap karena tidak ada ventilasi.

"Duduk dulu aja, Nak Gaby." Seno membuyarkan kegiatan Gaby menikmati rumah mewah ini.

Gaby tersenyum. Ia kemudian mendudukkan diri dengan hati-hati di sofa yang ia duduki langsung terasa empuknya bak di awan.

"Gila, ini sofa berapa juta, ya? Aduh. Kalo aku punya sofa kayak begini enak banget kali ya?" Gaby mengelus permukaan sofa dengan hati-hati.

"Kasihan sofanya. Tak duduki jadi kotor." Gaby kemudian bangkit, dan mengelus-elus sofa yang tadi ia duduki.

"Oh, ini anaknya Bi Imah? Halo sayang."

Suara ramah dan lembut itu membuat Gaby menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke belakang.

Gaby terpana dengan kecantikan Nyonya dari rumah ini. Benar benar definisi titisan dewi, setidaknya itu yang ada di mata Gaby. Kok bisa ya? Ada wanita sesempurna itu.

"Halo sayang," Nyonya Ezkiel menepuk pundak Gaby, membuat perempuan itu terkejut kecil.

"A-aduh, maaf Nyonya." Gaby menggaruk tengkuk lehernya dengan kikuk.

"Hahaha, gemesin banget sih. Panggil Mami Clara aja."

"Eh? Jangan Nyonya, jangan. Ibu nanti marah." Gaby menggoyangkan kedua tangannya ke depan, tidak ingin memanggil pemilik rumah itu dengan panggilan selain Nyonya.

Love Attack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang